nusabali

MUTIARA WEDA: Urgent-kah Nasihat Ini?

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-urgent-kah-nasihat-ini

Duduklah dengan orang baik, pergi dengan orang baik, berdiskusi dengan orang baik, berteman dengan orang baik! Jangan berteman dengan orang jahat!

NASIHAT di atas sangat baik, but is it really work? Jika benar bisa bekerja, lalu pada bagian mananya? Mari kita diskusikan. Masalah pertama, jika disarankan untuk bergaul dengan orang baik saja dan jangan bergaul dengan orang tidak baik, lalu orang jahat tentu tidak mendapat akses untuk berteman dengan orang baik. Mengapa? Karena orang baik tidak mungkin mau berteman dengan orang jahat. Orang baik pasti ingin berteman dengan orang baik pula. Dari pesan di atas dipastikan bahwa orang baik akan menyeleksi temannya. Jika orang yang datang tidak baik, tentu mereka akan menolaknya. Jadi, atas masalah ini, nasihat di atas hanya diperuntukkan bagi orang baik saja. Orang jahat yang membaca teks di atas tidak akan berarti apa-apa, sebab dipastikan dirinya tidak akan memiliki teman baik.

Masalah kedua, secara hukum alam, hanya hal-hal sejenis saja yang bisa berkumpul satu dengan yang lainnya. Seperti misalnya, seorang penjudi dipastikan teman-teman di sekitarnya adalah para penjudi. Seorang pemabuk akan dikelilingi oleh para pemabuk. Mengapa? Karena mereka akan merasa satu hati, merasa cocok dalam percakapan, apa yang didiskusikannya nyambung. Mereka memiliki ritme hidup atau pola hidup yang sejenis. Dengan cara yang sama, orang baik tidak bisa nyambung diskusinya dengan orang jahat, demikian sebaliknya. Hanya orang yang memiliki persepsi, rasa, yoni, pola hidup (atau apapun sebutannya) yang sejenis yang bisa berteman, berdiskusi atau pergi bersama-sama. Sehingga dengan demikian, nasihat seperti di atas tidak urgent. Alam telah mengatur di mana hanya orang baik yang bisa berkumpul dan berteman dengan orang baik, demikian sebaliknya.  

Masalah ketiga, jika nasihat di atas diikuti, maka hanya ketika telah menjadi baik baru kita mendapat teman baik. Artinya, selama kita belum baik, kita tidak akan pernah mendapatkan teman yang baik. Sehingga dengan demikian, untuk menjadi baik, kita harus mengupayakannya sendiri, sementara nasihat dari orang luar tidak mungkin didapatkan, orang baik tidak akan mau berdiskusi dengan kita yang masih belum baik. Di sini, nasihat di atas tidak dalam konteks evolusi atau perkembangan kesadaran manusia, namun hanya berupaya menjaga agar apa yang sudah mapan selamanya tetap mapan. Nasihat di atas boleh dibilang anti evolusi kesadaran, karena orang baik disarankan untuk tidak berteman dengan orang jahat, sehingga orang jahat tidak memiliki akses atau teladan bagaimana berbuat baik sebagaimana orang baik kerjakan.

Masalah keempat, kalau seandainya nasihat di atas diambil oleh seseorang dan kemudian orang itu mengkopinya untuk menasihati teman lainnya, tidakkah ini bisa digunakan untuk kepentingan lain? Teks seperti di atas bisa saja di-quote untuk kepentingan politis. Orang ini tampak memberi nasihat ke sana kemari seperti orang bijaksana, sebab bahasa seperti di atas tampak sangat bijak, enak didengar, tetapi tidak aplikatif. Tidak aplikatif maksudnya adalah tidak sesuai dengan tujuan awalnya. Siapapun yang membaca atau mendengar nasihat itu akan dipersepsi oleh si pendengar itu sendiri. Kebenarannya kemudian bergantung pada persepsi si pendengar atau si pembaca itu. Jika dia seorang penjudi, maka persepsi kebaikan yang ada baginya adalah sesama bebotoh. Baginya, teman baik itu adalah seorang bebotoh, demikian seterusnya. Tentu nasihat seperti di atas tidak berarti apa-apa jika dilihat dalam konteks perkembangan kesadaran, yakni dari orang yang belum baik menjadi baik.

Agar nasihat di atas bermakna bagi perkembangan kesadaran manusia, maka ada masalah kelima yang harus diperhatikan, yakni bacaan atau nasihat atau saran di atas hanya diperuntukkan baik mereka yang jahat saja dan jangan diberikan kepada mereka yang baik. Mengapa? Jika orang jahat yang membaca nasihat di atas dan kemudian dirinya terinspirasi, tentu dia kemudian mencoba mencari teman baik, sehingga dari pertemanan itu mampu mengikuti teman baiknya dalam berperilaku, dan secara perlahan perilakunya berubah. Jika nasihat ini diberikan juga kepada orang baik, tentu orang baik akan menyeleksi temannya dan membuang mereka yang tidak baik, sehingga orang jahat tidak ada akses untuk berteman dengan orang baik. *

I Gede Suwantana

Komentar