nusabali

Meninggal dalam Kondisi Patah Leher, Liang Kubur Bocah SD Pun Dibongkar

  • www.nusabali.com-meninggal-dalam-kondisi-patah-leher-liang-kubur-bocah-sd-pun-dibongkar

AMLAPURA, NusaBali
Siswa kelas VI SD dari Banjar Babakan, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Ka-rangasem, I Kadek Sepi, 13, meninggal mendadak dengan dugaan awal akibat diera usdai main layang-layang.

Belakangan, kematiannya dianggap tidak wajar, karena dalam kondisi leher patah dan luka lebam di beberapa organ tubuhnya. Petugas pun akan bongkar kuburan korban untuk dilakukan otopsi jenazah, guna mengetahui penyebab pasti kematiannya.

Kematian tidak wajar yang menimpa I Kadek Sepi terjadi di rumahnya kawasan Banjar Babakan, Desa Purwekerti, Selasa (21/9). Namun, jenazahnya keburu dimakamkan di Setra Desa Adat Linggawana, Desa Kerta Mandala, Kecamatan Abang pada Wraspati Paing Kulantir, Kamis (23/9) lalu, sebelum sempat diperiksa petugas.

Informasi di lapangan, kasus kematian tidak wajar bocah Kadek Sepi, di mana lehernya patah dan mengalami luka lebam di sekujur tubuhnya, baru dilaporkan oleh sepupu korban, I Ketut Eka Putra, 20, ke Mapolres Karangasem, Selasa (28/9) atau sepekan pasca penguburan jenazah. Ketut Eka Putra melapor, karena curiga adik sepupunya tewas sebagai korban penganiayaan.

Atas laporan Ketut Eka Putra, jajaran Polres Karangasem langsung melakukan penye-lidikan terkait kasus kematian tak wajar bocah Kadek Sepi. Polres Karangasem pun menggelar rapat koordinasi dengan pihak keluarga korban di Desa Adat Linggawana, jajaran Polsek Abang, Jumat (1/10) pagi. Rapat koordinasi yang digelar mulai pukul 09.30 itu dilaksanakan Mapolsek Abang kawasan Banjar Abang Kaler, Desa/Kecamatan Abang.

Pertemuan yang dikoordinasikan Kapolsek Abang AKP I Kadek Suadnyana, Jumat kemarin, dihadiri Kanit PPA Sat Reskrim Polres Karangasem Iptu Wiragraha Setiawan, Kanit Reskrim Polsek Abang Ipda I Nengah Artika, Babinkamtibmas Desa Purwekerti I Wayan Sutama, Perbekel Kerta Mandala I Made Oka Darma, dan Koordinator Pecalang Desa Adat Linggawana I Wayan Putu Jaya Purusa.

Kakak sepupu korban selaku pelapor kasus ini, Ketut Eka Putra, juga ikut hadir dalam pertemuan di Mapolsek Abak kemarin. Demikian pula ayah korban Kadek Sepi, yakni I Nengah Kicen, dan anggota keluarga lainnya. Hadir pula Bendesa Adat Linggawana, I Nyoman Anta. Bahkan, pentolan Organisasi Bantuan Hukum  Kelompok Peduli Perempuan dan Perlindungan Anak Bali, I Nengah Artini, juga ikut hadir.

Dari hasil pertemuan kemarin, disepakati kuburan korban Kadek Sepi akan dibongkar, Selasa (5/10) nanti, untuk mengetahui penyebab pasti kemariannya. Setelah diangkat dari liang kubur, jenazah korban akan diotopsi.

Hanya saja, pihak Desa Adat Linggawana mengingatkan agar setelah kuburan dibongkar, sesuai awig-awig setempat, jenazah korban tidak boleh lagi dikubur di sana. “Ya, sesuai awig-awig dan dresta di Desa Adat Linggawana, jika kuburan dibongkar, maka jenazahnya tidak boleh dikubur lagi di setra yang sama,” ujar Bendesa Linggawana, I Nyoman Anta.

Maka, solusinya nanti jenazah korban akan dikremasi di Krematorium Banjar Pun-dukdawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Anggara Wage Gumber, Selasa, 5 Oktober 2021. Kremasi dilakukan setelah jenazah bocah Kadek Sepi diotopsi.

Paparan senada dilontarkan Perbekel Kerta Mandala, I Made Oka Darma. "Ya, ketentuan di Desa Adat Linggawana seperti itu, jenazah tak boleh dikuburkan lagi setelah kuburannya dibongkar. Solusi telah didapatkan, yakni nanti dilakukan kremasi," papar Oka Darma.

Biaya kremasi sebesar Rp 5,65 juta nantinya akan ditanggung bersama oleh putugas, Desa Adat Linggawana, serta pelapor dan ayah korban yakni Nengah Kicen. Bocah Kadek Sepi merupakan anak tunggal pasangan I nengah Kicen dan Ni Nyoman Sutini.

Sementara itu, pelapor Ketut Eka Putra memaparkan sebelum meninggal secara tragis, adik sepupunya yakni korban Kadek Sepi, awalnya bermain layang-layang di tanah lapang, 21 September 2021 siang mulai pukul 11.30 Wita hingga 14.00 Wita. Berselang 6 jam kemudian, bocah Kadek Sepi tiba-tiba dikabarkan meninggal, petang itu pukul 18.00 Wita.

Keesokan harinya, Rabu (22/9), Ketut Eka Putra mendatangi rumah duka korban di Banjar Babakan, Desa Purweekerti. Saat itu, Eka Putra mendapat keterangan dari pamannya, I Nengah Kicen (ayah dari bocah Kadek Sepi), yang menyatakan korban meninggal mendadak karena menceret (diare).

Selanjutnya, jenazah korban dikuburkan di Setra Desa Adat Linggawana keesokan harinya, Kamis (23/9). Sebelum dikubur, jenazah korban dimandikan dulu. Nah, saat jenazahnya dimandikan itulah banyak orang menyaksikan kalau bagian lehernya patah. Lehernya bisa diputar-putar, sehingga agak sulit memandikannya dan mesti dipegangi.

Selain itu, kata Eka Putra, terdapat luka lebam di beberapa bagian tubuhm termasuk leher. Sedangkan telinga terlihat bengkak dan bahunya mengalami luka lecet. Keterangan Eka Putra ini dikuatkan oleh kesaksian Made Suardana, 42, dan I Nyoman Kertiyasa, 30, krama Banjar Babakan, Desa Purwekerta, yang hadir saat ritual memandikan jenazah korban.

Atas kecurigaan itulah, Eka Putra berkoordinasi dengan aktivis OBH KPPA Bali di Jalan Ahmad Yani Amlapura, kemudian sepakat melaporkan kematian adik sepupunya yang dinilai tidak wajar ke Polres Karangasem. Dalam laporannya, pihak KPPA Bali yang dikoordinasikan Ni Nyoman Suparni meminta agar dilakukan otopsi jenazah.

Sementara itu, Kapolres Karangasem AKBP Ricko AA Taruna mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan atas laporan kakak sepupu korban. Dari pertemuan koordinasi di Mapolsek Aban, Jumat kemarin, disepakati untuk membongkar kuburan korban, guna dilakukan otopsi jenazah.

"Kan awalnya ada laporan, anak itu meninggal karena menceret, lalu ditemukan lebam. Apakah lebam mayat atau sebab lain, nantilah setelah dilakukan otopsi akan terungkap," jelas AKBP Ricko di Amlapura, Jumat kemarin. *k16

Komentar