nusabali

Deklarator PDI Perjuangan Sabam Sirait Tutup Usia

  • www.nusabali.com-deklarator-pdi-perjuangan-sabam-sirait-tutup-usia

JAKARTA, NusaBali
Politikus senior sekaligus deklarator PDI Perjuangan, Sabam Sirait, 85, wafat pada Rabu (29/9/2021) pukul 22.37 WIB di RS Siloam Karawaci, Tangerang.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan seluruh kader PDIP berduka. “Pagi ini saya melaporkan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri. Seluruh keluarga besar PDI Perjuangan mengucapkan belasungkawa yang mendalam,” kata Hasto dalam keterangannya, Kamis (30/9/2021).

Hasto menyampaikan almarhum merupakan sosok deklarator partai pada 1973. Karena itu, PDIP menyampaikan penghormatan yang mendalam atas jasa-jasa almarhum.

“Dengan mengingat jasa-jasa Pak Sabam Sirait yang dikenal sebagai deklarator partai ketika fusi partai dilakukan pada tahun 1973 menjadi PDI, maka partai memberi penghormatan pada almarhum Bapak Sabam Sirait melalui protokol partai,” ucap Hasto seperti dilansir detikcom.

“Pak Sabam Sirait memiliki pengalaman yang sangat panjang sebagai anggota DPR RI dan juga sebagai Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan pada 1998–2008. Atas jasa-jasanya yang begitu besar, maka seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan memberikan penghormatan terbaik dan mendoakan semoga dilancarkannya jalannya dan mendapat tempat terbaik di surga,” kata Hasto.

Sementara itu, di sela-sela kegiatan tali asih untuk 201 kader PDIP yang meninggal dunia selama pandemi Covid-19, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto memimpin doa bersama untuk  Sabam Sirait. Doa dilakukan secara virtual, Megawati dari kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Sementara Hasto dari kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta.

“Satu-satunya deklarator partai yang masih ada yaitu Bapak Sabam Sirait juga telah meninggalkan kita semua. Dengan rasa dukacita, seluruh stakeholder partai juga mengucapkan duka cita mendalam,” kata Megawati Soekarnoputri dalam keterangan tertulisnya, Kamis kemarin.

Doa secara khusus dibawakan oleh Ketua Bamusi Provinsi Lampung Ustaz Suparman Abdul Karim. Tampak sesekali Ketum Megawati Soekarnoputri mengusap air mata saat doa dibacakan. “Kami berdoa untuk keluarga besar kami yang wafat karena virus Corona, khususnya bapak deklarator kami Bapak Sabam Sirait,” ucap Ustaz Suparman dalam penggalan doanya.

Doa dan penghormatan itu, selain dihadiri Megawati dan Hasto, juga diikuti oleh Wasekjen Sadarestuwati dan Ketua DPP PDIP bidang organisasi Sukur Nababan. Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi (Situation Room) PDIP M Prananda Prabowo serta Ketua DPR RI Puan Maharani secara virtual.

Sejumlah kepala daerah termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Walikota Semarang Hevearita G Rahayu ikut hadir.

Semasa hidup, Sabam dikenal sebagai politikus tangguh yang garang kala menyampaikan interupsi. Interupsinya yang paling terkenal adalah saat dia mengikuti Sidang Umum MPR pada Maret 1993. Dikutip dari buku ‘Oposisi: Partai Demokrasi Indonesia, Partai Oposisi Terakhir Era Presiden Soeharto’ yang ditulis Tim Majalah Tempo, Sabam Sirait pernah melakukan interupsi, protes karena usulan rancangan ketetapan pemilu tak masuk agenda.

Interupsi ini begitu fenomenal saat itu. Sebab, interupsi di sidang MPR merupakan hal yang tabu di zaman Orde Baru. Apalagi Orde Baru lewat Golkar begitu berkuasa.

Ada empat fraksi yang menolak usul PDI soal ketetapan pemilu itu. Sabam Sirait nyelonong begitu ke meja pimpinan sidang setelah mengacungkan tangannya dan berteriak dengan keras, ‘interupsi!’.

Dia memprotes karena usulan PDI berupa rancangan ketetapan tentang perubahan atas Ketetapan 3/1988 mengenai pemilu tak masuk agenda. Ketetapan ini terkait pemilu dimasukkan pada hari libur.

Saat itu, sidang umum MPR dipimpin Wahono. Langkah berani Sabam Sirait melakukan interupsi itu pun diikuti oleh Nico Daryanto dan Sukowaluyo. Saking fenomenalnya, media massa kala itu menjuluki Sabam Sirait sebagai ‘pendekar tangguh’ karena berani menyampaikan interupsi.

Sabam pernah menjabat anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1973. Dia juga menjadi salah satu penandatangan deklarasi pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973. Sampai tutup usia, dia tetap menjadi pejabat publik dengan menduduki kursi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Sabam lahir pada 13 Oktober 1936 di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara (Sumut). Dia menikah dengan dr Sondang Sidabutar MM dan dikaruniai empat orang anak.

Masa awal karier politiknya, Sabam bergabung dengan Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Dia sempat menjabat sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal (Sekjen) pada periode 1963–1967. Kemudian menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Parkindo pada periode 1967–1973.

Sabam berkiprah di lembaga di legislatif sejak 1967. Saat itu, pada periode 1967–1973, dia menjadi anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR). Kiprahnya di parlemen pun tetap berlanjut dengan menjadi anggota DPR RI periode 1973–1982.

Dia kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983–1993.

Sabam menjadi anggota DPR RI pada periode 1992–2009. Sempat berhenti masuk parlemen, dia kembali ke Senayan dengan menjadi anggota DPD RI pada periode 2019 sampai sekarang.

Sabam memiliki peran penting dalam sejarah Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada 1973, pemerintahan Soeharto atau Orde Baru membuat kebijakan fusi partai dengan hanya mengizinkan dua partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan satu Golongan Karya (Golkar).

Partai-partai yang sebelumnya berhaluan Islam melebur ke dalam PPP. Sementara itu, Parkindo dan partai berhaluan nasionalis melebur menjadi PDI. Sabam yang menjadi Sekjen Parkindo menjadi salah satu deklarator PDI tahun 1973.

Di PDI Sabam memiliki peran yang penting. Dia ditunjuk tiga kali menjadi Sekjen PDI pada periode 1973–1976, 1976–1981, dan 1981–1986.

Saat PDI diterjang konflik karena intervensi pemerintah Orba, Sabam berada di barisan pendukung Megawati Soekarnoputri. Pada September 1998, bersama pendukung Megawati lainnya, dia mendirikan PDI Perjuangan (PDIP). Di PDIP, dia menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) dari 1998 hingga 2008. *k22

Komentar