nusabali

Disetrum, Lalu Kakinya Diinjak Sampai Patah

Siswa SMP Diduga Dianiaya Oknum Polisi

  • www.nusabali.com-disetrum-lalu-kakinya-diinjak-sampai-patah

DENPASAR, NusaBali
Pelajar berinisial Made RSA, 14, diduga menjadi korban penganiayaan oknum polisi, yang membubarkan aksi balapan liar di kawasan Jalan Bypass Ngurah Sanur, Denpasar Selatan, Sabtu (25/9) dinihari.

Siswa Kelas III SMP ini diduga disetrum, lalu kakinya diinjak hingga patah. Kasus dugaan penganiayaan siswa SMP ini telah dilaporkan ayah korban Made RSA, yakni Made Tobias James Suwindia, ke Bid Propam Polda Bali, Selasa (28/9). Dalam laporannya ke Polda Bali, pria asal Banjar Balun, Desa Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat, melaporkan oknum polisi penganiaya anaknya yang belum diketahui identitasnya. Laporan tersebut diterima petugas Bid Propam Polda Bali, Iptu Ketut Risjuniarta, dengan Nomor SPSP2/01/IX/2021/Yandumas.

Informasinya, dugaan pengiayaan siswa SMP oleh oknum polisi ini berawal Sabtu dinihari sekitar pukul 02.00 Wita. Saat itu, korban Made RSA berboncengan dengan teman wanitanya di Jalan Bypass Ngurah Rai Sanur, seusai nonton balapan liar. Made RSA bersama rombongan sesama pelajar lalu berencana pulang ke rumahnya di Desa Padangsambian.

Nah, saat melintas tepat di depan The Hub Sanur, rombongan pelajar ini dicegat beberapa aparat kepolisian. Karena panik, rombongan pelajar ini berhamburan kabur, termasuk Made RSA dan teman wanita yang diboncengnya.

Naas, saat akan memutar balik, motor Honda Vario yang ditunggangi korban Made RSA ditendang seorang oknum polisi hingga terjatuh. Karena ketakutan, siswa Kelas III SMP ini memilih lari dan meninggalkan motornya yang terjatuh. "Waktu itu korban (Made RSA) lari menyusuri median jalan. Sementara teman wanitanya lari menyeberang dan diselamatkan Satpam yang jaga di salah satu ruko," jelas sumber di lapangan, Rabu (29/9).

Korban Made RSA lalu dikejar oknum polisi yang menggunakan pakaian preman. Tepat di depan The Hub Sanur, korban didorong hingga terjatuh. Setelah itu, oknum polisi mengeluarkan alat setrum dan menyetrum paha Made RSA. Selanjutnya, korban yang masih dalam kondisi terjatuh, kembali disetrum bagian rusuk, sementara kakinya diinjak hingga patah.

Bukannya memberi pertolongan, oknum polisi malah kembali memukul mulut korban hingga berdarah. Selanjutnya, korban Made RSA disuruh mengambil motornya. Meski sudah mengatakan kakinya patah, korban tetap dipaksa mengambil motornya. "Korban lalu berusaha mendekati motor dengan posisi duduk sambil menyeret kakinya yang patah," lanjut sumber tersebut.

Setelah itu, korban Made RSA meminta oknum polisi ini menelepon orangtuanya untuk menjemput. "Waktu itu, datang polisi lainnya memakai seragam dan senjata lengkap menanyakan kejadian ini kepada oknum polisi pakaian preman. Lalu, polisi berpakaian lengkap menelepon orangtua korban," katanya.

Saat datang ke lokasi, orangtua korban menemukan anaknya duduk di pinggir jalan sambil memegang kakinya yang patah. Sang ayah lalu menayakan siapa yang melakukan ini ke anaknya. "Waktu itu, anaknya menunjuk oknum polisi berpakaian preman yang melakukannya. Oknum polisi ini juga sempat ikut menggendong korban ke mobil untuk dibawa ke RS Bross di Niti Mandala Denpasar," terang sumber tadi.

Saat tiba di RS, dokter memutuskan untuk melakukan operasi kaki korban Made RSA yang patah tepat di tulang keringnya. Hingga dua hari korban dirawat di RS Bross, tidak ada permintaan maaf atau polisi yang menjenguk korban. "Karena tidak ada niat baik dari oknum polisi itu, orangtua korban pilih lapor ke Propam Polda Bali."

Sementara itu, Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Syamsi, mengatakan benar pihaknya telah menerima laporan orangtua korban yang diduga dianiaya oknum polisi. Namun, belum bisa disimpulkan yang melakukan tindakan kekerasan kepada korban adalah oknum polisi. Sebab, korban dan ayahnya tidak bisa memastikan apakah pelaku adalah polisi.

"Belum bisa dikatakan yang melakukan kekerasan terhadap korban adalah polisi. Saat ini, kami masih melakukan penyelidikan, karena pelapor juga tidak bisa memastikan yang dilaporkannya seorang polisi," papar Kombes Syamsi saat dikonfirmasi per telepon, kemarin sore. *rez,pol

Komentar