nusabali

Aksi Kamisan Bali Suarakan Penegakan Hak Asasi Manusia

  • www.nusabali.com-aksi-kamisan-bali-suarakan-penegakan-hak-asasi-manusia

DENPASAR, NusaBali.com - Sejumlah aktivis melakukan orasi bertajuk ‘Aksi Kamisan Bali’ di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi, pada Kamis (23/9/2021) sore.

Sekitar 40 orang aktivis berpakaian serba hitam menyuarakan permasalahan Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia. Selain melakukan orasi, aksi yang dilangsungkan pukul  17.00-18.00 Wita juga dilakukan dengan membacakan doa bagi korban pelanggaran HAM, hingga menyayikan lagu.


Tampak mereka membawa berbagai foto yang menunjukkan pelanggaran HAM di Indonesia, serta membawa sejumlah spanduk salah satunya bertuliskan ‘September Hitam‘, yang menandakan banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di bulan September di Indonesia. Selain itu pada spanduk lainnya tertulis ‘Merawat Ingatan Menolak Lupa’, yang merupakan ajakan untuk tidak lupa dengan berbagai pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indoensia.

“Narasi dan isu yang kita angkat di Aksi Kamisan Bali #1 adalah September Hitam. Di mana September adalah sebuah momentum kita untuk mengingat pelanggaran-pelanggaran HAM yang sampai hari ini belum tuntas,” ujar Michael Haganta Ginting, salah seorang anggota  Komite Aksi Kamisan Bali dalam orasinya.

Disebutkan, kasus pembunuhan Munir, tragedi Tanjung Priok, peristiwa Semanggi II, reformasi dikorupsi, pembunuhan pendeta Yeremia, sejarah kelam pembantaian 1965, dan lainnya merupakan berbagai kasus pelanggaran HAM yang masih digantung penyelesaiannya oleh negara.

“Bulan September adalah bulan perlawanan yang harus dirayakan sebagai bentuk protes terhadap negara yang gagal dan abai terhadap perlindungan dan penegakan Hak Asasi Masyarakatnya,” kata Ginting.

Ia menambahkan, sebagai negara yang dibangun atas dasar hukum dan demokrasi, aspek yang penting dalam penengakannya adalah Hak Asasi Manusia (HAM). Namun, dalam praktiknya perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia mengalami tantangan yang berat khususnya dalam konteks penyelesaian kasus pelanggaran-pelanggarann HAM masa lalu yang melibatkan negara sebagai salah satu aktornya.

Dikatakan, pada awalnya Aksi Kamisan adalah sebuah aksi yang dilakukan setiap hari Kamis di depan Istana Negara yang dilakukan oleh korban pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia. Aksi ini pertama kali dimulai pada tanggal 18 Januari 2007. Dan dengan semangat perlawanan yang sama, titik apinya kemudian menyebar ke berbagai daerah, yakni Bandung, Depok, Semarang, Yogyakarta, Kediri, Malang, Pekanbaru, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan banyak lainnya.

Dalam konteks Bali, Aksi Kamisan Bali hendak mengkritisi berbagai permasalahan terkait HAM yang juga banyak terjadi di Pulau Seribu Pura. Ginting mengatakan, Bali tentunya bukan hanya tempat berlibur, melainkan tempat tumbuh banyak perjuangan, pemikiran, dan permasalahan sosialnya. Disebutkan, banyak lahan dirampas dan dialihfungsikan, ketimpangan akses pendidikan, memori pembantaian 1965 yang keji, dan sekelumit permasalahan lainnya.

“Kami  akan berdiri setiap hari Kamis sore di depan Monumen Bajra Sandi, sebuah monumen simbol perjuangan untuk mengabarkan kepada rakyat Bali bahwa situasi hari ini sedang tidak baik-baik saja,” tandas Ginting. *adi

TONTON JUGA: 
Aliansi BEM se-Bali Kritisi Penanganan Pandemi yang Dilakukan Pemerintah

Komentar