Bali Waspadai Pesilat Jabar
Langganan Bertemu di Fase Penting PON
Tak bermaksud mengecilkan kemampuan atlet provinsi lainnya, para pesilat Jabar medominasi pertandingan final saat Pra PON lalu. Persiapan mereka juga cukup panjang, hampir dua tahun.
DENPASAR, NusaBali
Tim silat PON Bali mewaspadai khusus para pesilat Jawa Barat dalam ajang PON XX/2021, di Papua, 6-12 Oktober. Komang Harik dkk menilai para mereka menjadi rival paling kuat. Apalagi pada Pra PON 2019, Jawa Barat keluar sebagai juara umum. Sedangkan Bali di posisi kedua dengan 5 medali emas, 7 perak dan 5 perunggu.
Pelatih tim pencak silat PON Bali, I Gusti Made Semarajaya mengakui rival utama di ajang PON memang Jawa Barat. Tak bermaksud mengecilkan kemampuan pesilat provinsi lainny a, kata Gusti Semarajaya, para pesilat Jabar medominasi pertandingan final saat Pra PON lalu.
Bahkan mereka juga sering bertemu para pesilat Bali pada fase-fase penting, baik untuk kategori pertarungan maupun nomor seni. Semarajaya juga mengingatkan, persiapan mereka cukup panjang, dengan menggelar TC Sentralisasi selama kurang lebih dua tahun tanpa henti.
"Saya berharap raihan lima medali emas bagi di Pra PON jangan sampai turun, itu saja dipertahankan sudah cukup bagi Bali," kata Gusti Semarajaya, yang juga Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Provinsi Bali.
Gusti Semarajaya juga menyebutkan, mempertahankan lima medali emas itu cukup berat di PON Papua. Yakni, empat emas di kategori pertarungan dan satu emas dari kategori seni beregu putra. Apalagi, katanya, perkembangan para pesilat saat ini kian merata di antara provinsi.
Menurut Semarajaya, kemampuan teknik, gerakan, dan skill juga berimbang dan hampir merata. Sekarang, katanya, tergantung kematangan dan pengalaman di atas matras saja. Sehingga yang menentukan meraih medali hanya mental atlet itu sendiri.
"Bali akan menurunkan 12 pesilat dikategori tarung, dan 4 nomor seni dengan total 21 pesilat," kata birokrat asal Banjar Pelaga, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung itu.
Sementara itu, para atlet yang jadi tumpuan Bali untuk meraih emas di PON Papua, yakni I Gede Arya Widhyantara kelas C Putra, Komang Widia Mahardika kelas D Putra, Komang Harik Adi Putra kelas E Putra, Ni Made Sindi Maharani kelas F Putri, dan satu emas lagi dari beregu putra Putu Yudi Surya Pratama, Made Ananta Pradnya, I Kadek Adi Santoso. *dek
Pelatih tim pencak silat PON Bali, I Gusti Made Semarajaya mengakui rival utama di ajang PON memang Jawa Barat. Tak bermaksud mengecilkan kemampuan pesilat provinsi lainny a, kata Gusti Semarajaya, para pesilat Jabar medominasi pertandingan final saat Pra PON lalu.
Bahkan mereka juga sering bertemu para pesilat Bali pada fase-fase penting, baik untuk kategori pertarungan maupun nomor seni. Semarajaya juga mengingatkan, persiapan mereka cukup panjang, dengan menggelar TC Sentralisasi selama kurang lebih dua tahun tanpa henti.
"Saya berharap raihan lima medali emas bagi di Pra PON jangan sampai turun, itu saja dipertahankan sudah cukup bagi Bali," kata Gusti Semarajaya, yang juga Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Provinsi Bali.
Gusti Semarajaya juga menyebutkan, mempertahankan lima medali emas itu cukup berat di PON Papua. Yakni, empat emas di kategori pertarungan dan satu emas dari kategori seni beregu putra. Apalagi, katanya, perkembangan para pesilat saat ini kian merata di antara provinsi.
Menurut Semarajaya, kemampuan teknik, gerakan, dan skill juga berimbang dan hampir merata. Sekarang, katanya, tergantung kematangan dan pengalaman di atas matras saja. Sehingga yang menentukan meraih medali hanya mental atlet itu sendiri.
"Bali akan menurunkan 12 pesilat dikategori tarung, dan 4 nomor seni dengan total 21 pesilat," kata birokrat asal Banjar Pelaga, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung itu.
Sementara itu, para atlet yang jadi tumpuan Bali untuk meraih emas di PON Papua, yakni I Gede Arya Widhyantara kelas C Putra, Komang Widia Mahardika kelas D Putra, Komang Harik Adi Putra kelas E Putra, Ni Made Sindi Maharani kelas F Putri, dan satu emas lagi dari beregu putra Putu Yudi Surya Pratama, Made Ananta Pradnya, I Kadek Adi Santoso. *dek
Komentar