nusabali

Bupati Tamba Minta TPST 3R Dauhwaru Asri Dijadikan Pilot Project

  • www.nusabali.com-bupati-tamba-minta-tpst-3r-dauhwaru-asri-dijadikan-pilot-project

NEGARA, NusaBali
Kelompok Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Reduce, Reuse, Recycle (3R) Dauhwaru Asri di Lingkungan Keladian, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, mendapat apresiasi Bupati I Nengah Tamba.

Kelompok TPST 3R yang dinilai sudah mampu mengatasi persoalan sampah di seputaran Kelurahan Dauhwaru ini diminta menjadi pilot project (percontohan) dalam penanganan sampah di masing-masing desa/kelurahan se-Jembrana.

Hal tersebut disampaikan Bupati Tamba saat menyerahkan 1 unit kendaraan roda tiga untuk pengangkut sampah yang bersumber dari CSR Bank BPD Bali kepada kelompok TPST 3R Dauhwaru Asri, Selasa (14/9). Bantuan kendaraan roda tiga itu menambah jumlah kendaraan roda tiga yang dimiliki kelompok TPST 3R Dauhwaru Asri, sehingga kini memiliki 4 unit untuk mengangkut sampah di rumah-rumah anggota kelompok TPST.

“Saya merasa bangga. Hal ini dikarenakan Kelurahan Dauhwaru sudah maju, khususnya dalam menjaga kebersihan wilayahnya. Pola dan sistem pengelolaan sampah di masing-masing KK (kepala keluarga) telah dilakukan secara rutin oleh kelompok di sini dengan baik. Untuk itu, pola yang sudah baik ini saya harapkan bisa dicontoh dan dijadikan sebagai pilot project bagi desa dan kelurahan lainnya di Jembrana,” ujar Bupati Tamba.

Terkait dengan bantuan kendaraan roda tiga yang diserahkannya itu, Bupati Tamba berharap dapat dijaga dan dirawat dengan baik.

Ketua Kelompok TPST 3 R Dauhwaru Asri I Wayan Ariasa, mengatakan saat ini ada 401 KK di Kelurahan Dauhwaru yang dilayani Kelompok TPST 3R Dauhwaru Asri. Setiap harinya, ada sekitar 1 ton sampah yang terkumpul dari ratusan KK yang menggunakan layanan kelompoknya ini. “Crew kami mampu mengumpulkan sampah sebanyak 1 ton. Baik itu sampah organik dan juga anorganik. Itu kami ambil dari 401 kepala keluarga,” ujarnya.

Ariasa mengatakan, untuk sampah-sampah yang terkumpul di TPST 3R, akan dipilih. Sampah-sampah organik langsung diproses untuk dijadikan kompos. Sementara sampah-sampah non organik dijual ke pengepul. Terkait hasil dari pengolahan sampah itu, kembali digunakan sebagai biaya operasional kelompok. “Untuk mengangkut sampah dan crew yang kerjanya setiap hari, tentu membutuhkan biaya operasional. Maka dari hasil penjualan, baik itu berupa pupuk kompos dan penjualan dari sampah-sampah plastik kita gunakan untuk biaya operasional,” ucap Ariasa. *ode

Komentar