nusabali

Puluhan Hektare Sawah Gagal Panen

  • www.nusabali.com-puluhan-hektare-sawah-gagal-panen

Tanda-tanda gagal panen yang dialami petani sudah terlihat pada bulan Juni lalu.

SINGARAJA, NusaBali

Sebanyak 23,49 hektare sawah petani di sejumlah subak di Kabupaten Buleleng mengalami gagal panen, akibat musim kemarau yang panjang. Perisitiwa bencana yang dialami petani ini memang sudah langganan setiap tahunnya saat musim kemarau. Seluruh lahan padi yang dilaporkan mengalami gagal panen seluruhnya ada di subak wilayah Kecamatan Buleleng.

Data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, dari puluhan sawah yang mengalami gagal panen itu sebanyak 17,49 hektare diantaranya digolongkan dalam kondisi puso (tidak menghasilkan). Sedangkan sisanya 6 hektare dalam kategori rusak berat.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta dihubungi Selasa (31/8) kemarin mengatakan, dua kategori kerusakan itu sudah dipastikan gagal panen. Berbeda pada kerusakan kategori ringan dan sedang, yang masih bisa diperbaiki dengan sejumlah langkah intensifikasi.

Kerusakan kategori puso terluas dialami Subak Sidayu, Kelurahan Penarukan, Kecamatan/Kecamatan Buleleng sebanyak 16,49 hektare. Sisanya satu hektare lainnya terjadi di Subak Anyar, Desa Penglatan, Kecamatan Buleleng. Sedangkan kerusakan kategori berat tersebar merata di enam subak di Kecamatan Buleleng masing-masing satu hektare. Meliputi Subak Delod Kelurahan Penarukan, Subak Anyar Padang Keling, Kelurahan Banyuasri, Subak Buwug Desa Sarimekar, Subak Lebah Mantung Desa Sarimekar, Subak Arya Tegal Desa Jinengdalem dan Subak Anyar Pengelatan Desa Penglatan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.

Tanda-tanda gagal panen yang dialami petani pun sudah terlihat pada bulan Juni lalu. Diperkirakan puncaknya akan terjadi pada akhir Agustus ini. “Sebenarnya kejadian gagal panen ini selalu terjadi setiap tahunnya. Solusi terbaiknya sebenarnya adalah program AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi,red), selain program intensifikasi dari kami. Tetapi partisipasi petani mengikuti asuransi masih rendah,” jelas Sumiarta.

Upaya pencegahan gagal panen menurut Sumiarta sudah rutin dilakukan setiap panennya. Namun terkadang, sejumlah petani masih saja nekat menanam padi disituasi kemarau, dengan ketersedian air yang minim. “Kalau di wilayah subak ada sumber air atau sumur dangkal, kami bantu dengan mesin pompa dengan sistem pinjam pakai. Selain juga antisipasi dengan menanam varietas padi umur pendek,” imbuh dia.

Selain itu, Dinas Pertanian melalui penyuluh lapangannya terus menyosialisasikan pengaturan pola tanam. Petani pada musim kemarau diarahkan untuk menanam palawija. Tanaman yang tidak terlalu bergantung pada ketersediaan air, seperti padi. Sementara itu petani yang mengalami gagal panen tahun ini yang sudah terdata Dinas Pertanian, di musim tanam selanjutnya akan diupayakan bantuan bibit.

Bencana gagal panen yang menimpa petani tahun ini disebut Sumiarta, masih lebih sedikit jika dibandingkan tahun lalu dengan luasan 40 hektare. Meski demikian tetap menjadi perhatian pemerintah Buleleng untuk memaksimalkan luasan lahan sawah 9.048 hektare. Apalagi seluas 6.948 hektare diantaranya ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).*k23

Komentar