nusabali

Pelanjut Sang Ayah, Kibarkan Ubud ke Manca Negara

Kiprah Tjokorda Putra Sukawati Hingga Menapak Satya Lencana Pembangunan

  • www.nusabali.com-pelanjut-sang-ayah-kibarkan-ubud-ke-manca-negara

GIANYAR, NusaBali
Tjokorda Gde Putra Sukawati alias Cokorda Putra, salah seorang putra Bali peraih Penghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI Joko Widodo, 17 Agustus 2021.

Penghargaan ini makin menguatkan keyakinan banyak kalangan tentang kiprah tokoh Puri Agung Ubud,  Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar ini, sebagai penggerak utama pembangunan pariwisata Ubud. Pariwisata Ubud berdaya tarik seni, budaya, dan alam ini pun jadi contoh pengembangan pariwisata berpotensi serupa di Bali, bahkan Indonesia.

‘’Saya hanya pelanjut dari spirit papa (Tjokorda Gde Agung Sukawati, almarhum 20 Juli 1978, Red) bersama masyarakat di Ubud. Tentu ke arah lebih baik, pembenahan dan inovasi kekinian,’’ ujar Cokorda Putra kepada NusaBali, Kamis (19/8), di kediamannya, Puri Saren Agung Ubud.

Sebagaimana diketahui, Tjokorda Gde Agung Sukawati, di masa hidupnya, adalah salah seorang tokoh Ubud yang berperan besar dalam ‘memantik api’ pariwisata Ubud dan Bali umumnya, hingga makin berpijar. Dimulai kisaran tahun 1930an, membuka Puri Agung Ubud sebagai penginapan untuk tetamu asing, aktif mengundang sejumlah seniman asing hingga jenak di Ubud. Antara lain, Walter Spies, Rudolf Bonnet, Antonio Maria Blanco, Arie Smith, dan lainnya. Aktif menggelar even seni budaya Bali dari Ubud, berlanjut ke manca negara. ‘Promosi’ ini menjadikan nama Ubud dan Bali makin harum di pelbagai belahan negara.

Cokorda Putra menuturkan, sang ayah mencetak kepribadiannya sejak kecil agar kelak menjadi anak mandiri dan berwawasan terbuka. Tahun  1972, tamat di SMPK Swastyastu Denpasar, ayahndanya mengirim Cokorda Putra ke Sydney, Australia. Di negeri Kangguru itu, ditemani adiknya, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), kini Wagub Bali, belajar bahasa Inggris di Teaching English Laboratory. Tak hanya belajar bahasa asing, cara ini merupakan strategi sang ayah agar Cokorda Putra juga dapat melihat Ubud dan Bali umunnya, dari kacamata luar.  ‘’Pesan papa; anda harus pergi ke luar negeri agar tahu siapa diri anda, seperti apa Ubud ini, kenken Bali yen cingak uli joh (bagamana sih Bali ini jika dilihat dari pandangan luar,Red),’’ ujar Cok Putra, menirukan pesan ayahnda, suatu hari.

Sebagai putra Puri, hati Cokorda Putra tergerak untuk membangun Ubud. Antara lain, tahun 1982 Desa Ubud ditunjuk Pemda Gianyar mewakili Kabupaten Gianyar untuk Lomba Desa Se-Provinsi Bali. Dalam persiapan  lomba itu, Cokorda Putra menjabat Ketua Tim Empat mendampingi LKMD Kelurahan Ubud. Perjuangannya bersama warga menjadikan Desa Ubud berhasil merebut juara satu se-Bali.

Cokorda Putra mengembangkan Museum Puri Lukisan yang dirintis ayahnya, aktif di Yayasan Bina Wisata Ubud, menjabat Ketua KMD Ubud dan LMP Ubud. Selanjutnya menggelar pameran lukisan dan pertunjukan kesenian Bali ke Jepang, Kanada, Jerman, dan negara lain. Juni-Juli 2005, menggelar Festival Ubud.

Cok Putra sangat berperan dalam mempertahankan ciri khas Ubud, yakni desa dengan seni budaya sebagai daya tarik wisata. Salah satunya, menutup Pasar Senggol dan meniadakan bioskop tahun 19810an.

Karena Pasar Senggol ditutup, maka makanan khas Ubud, disajikan secara modern berdaya tawar tinggi di lidah wisatawan.  Terbukti restoran, kafe, dan warung lokal berkelas internasional bertebaran di Ubud. Pasar Senggol juga kerap kotor hingga bau amis. Usaha-usaha berjejaring waralaba internasional juga dibatasi. Upaya ini untuk mencegah usaha kecil masyarakat dijepit pebisnis kuliner internasional. Sedangkan penutupan bioskop agar kesenian Bali makin berkembang, terutama untuk hiburan turis pada malam hari. Upaya ini tak hanya bernilai profit, juga pelestarian seni.

Cokorda Putra terkenang dengan visi/misi ayahnda membangun pariwisata Ubud, antara lain melalui membentuk komunitas Pita Maha tahun 1996. Lembaga ini menjadi wadah para seniman lokal dan barat untuk berkreasi. Misi ayahnda ini dilanjutkan Cok Putra hingga pariwisata Ubud makin diperhitungkan di kancah internasional.  

Terkait ketidakpastian kondisi pariwisata Bali di tengah Covid-19, Cok Putra mengakui pariwisata Bali  kini sedang mati, dan ke depan dalam dilema. Satu sisi Bali, terutama pariwisata Ubud yang berdaya tarik seni dan budaya. Di lain sisi, pandemi ini meniadakan gerak seni dan budaya untuk mencegah kerumunan. Namun semua ini harus dihadapi dengan jiwa optimis. Karena kemungkinan terbesarnya adalah masyarakat Bali dapat menjalani kebiasaan yang berdampingan dengan pandemi. Hal ini seiring dengan upaya-upaya pemerintah untuk terus mencari formula atau strategi baru sebagai pedoman bagi masyarakat untuk beraktivitas secara wajar.

Menurutnya, dalam pandemi, pariwisata Bali, khususnya Ubud, masih sangat memungkinkan bergerak dalam bentuk aktivitas wisata baru. Seperti yoga, healing, spiritual, dan lainnya. ‘’Karena pandemi, pariwisata jangan selalu berorientasi keramaian. Restoran, misalnya, harus berani stop pembeli jika sudah numplek,’’ ujarnya. *lsa

Komentar