nusabali

RSUD Buleleng Berlakukan Tarif PCR Baru

  • www.nusabali.com-rsud-buleleng-berlakukan-tarif-pcr-baru

SINGARAJA, NusaBali
Penurunan tarif polymerase chain reaction (PCR) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, sudah diterapkan oleh RSUD Buleleng.

Penurunan tarif ini mengacu Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/2845/2021 tentang menetapkan batas tarif tertinggi pemeriksaan tes RT-PCR Covid-19. SE tersebut diberlakukan RSUD Buleleng sejak Rabu (18/8). Tarif terbaru itu dikenakan pada pasien yang melakukan test PCR mandiri. Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha, Jumat (20/8) kemarin, menjelaskan sebagai rumah sakit rujukan penanganan pasien Covid-19, penentuan tarif disesuaikan dengan ketentuan pusat. Layanan test PCR mandiri di RSUD Buleleng yang sebelumnya dikenakan Rp 900.000 dengan tarif baru hanya Rp 495.000.

Penurunan tarif test PCR itu, sebut Arya Nugraha, dapat menutupi biaya operasional untuk proses pengujian swab PCR. Menurutnya, penurunan tarif yang ditetapkan pemerintah pusat juga dibarengi dengan penurunan harga bahan-bahan uji yang sebelumnya cukup tinggi. “Harga bahan baku pengujian diturunkan juga oleh pemerintah. Sehingga tetap masuk hitungannya untuk menutupi biaya operasional, meskipun ada penurunan tarif,” jelas dokter spesialis penyakit dalam ini.

Pembelakukan tarif PCR baru, belum berdampak pada jumlah masyarakat yang melakukan test. Lab PCR RSUD Buleleng sebelum pemberlakukan tarif baru rata-rata melayani 10 orang. “Tampaknya belum ada dampak ada penurunan atau peningkatan jumlah test, masih sama dengan rata-rata sebelum tarif baru, sehari 10 orang,” imbuh dia.

Sementara itu, rencana RSUD Buleleng menambah ruang ICU Covid-19 masih berjalan. Meskipun saat ini, jelas Arya Nugraha, ada penurunan pasien terkonfirmasi baru yang masuk ke RSUD Buleleng. Sehingga bed ocupancy rate (BOR) ruang isolasi Covid-19 perlahan menurun menjadi 91 persen. Namun untuk BOR ruang ICU masih 100 persen.

“Pasien Covid-19 yang baru datang ada penurunan. Makanya antrean di IGD sudah dapat diurai. Pasien gejala sedang dan berat sudah ada yang sembuh. Sedangkan kasus baru tidak setinggi kemarin, sehingga bisa mengurangi antrean di IGD,” kata dia.

Namun, pejabat asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini tidak mau berspekulasi dan mengambil kesimpulan terlalu dini, dengan penurunan kasus saat ini. Menurutnya, jika mengacu pada epidemiologi puncak kasus Covid-19 gelombang kedua di Jakarta, lebih dulu sebulan dibandingkan dengan di Bali. Sehingga secara hitung-hitungan penurunan kasus di Jakarta akan terjadi juga di Bali pada hitungan satu bulan setelahnya.

“Kalau sekarang kan baru tiga minggu kalau mengacu kasus Jawa-Jakarta, kita sudah ada penurunan kasus. Artinya, kan belum sebulan. Makanya kita masih tidak begitu berani memastikan, apakah sudah melewati puncak kasus atau belum. Kita tetap siaga saja dulu,” ungkap Arya Nugraha.  

Kondisi tersebut membuat RSUD Buleleng tetap melanjutkan rencana penambahan ICU Covid-19. Namun jika trend kasus terus mengalami penurunan, maka rencana penambahan ICU Covid-19, yang semula direncanakan di IGD akan digeser ke ruang Lely lantai dua. “Kemarin kenapa kami pikir di IGD, karena tidak sempat lagi kirim pasien karena ICU yang ada penuh. Kalau kasus kasus terus menurun kita atur ICU di Ruang Lely, sebagian sudah ICU, kami gabung disana saja,” tutup dia. *k23

Komentar