nusabali

Keluarga Korban Tenggelam Pantai Pering Gelar Upacara Nebusin

Tim SAR Gabungan Hentikan Pencarian Korban

  • www.nusabali.com-keluarga-korban-tenggelam-pantai-pering-gelar-upacara-nebusin

GIANYAR, NusaBali.com –  Hampir sepekan pencarian korban tenggelam Pantai Pering, I Made Sadra (65), tidak membuahkan hasil. Pencarian oleh Tim SAR Gabungan pun diputuskan dihentikan dan berganti dengan pemantauan.

Terlihat saat dikunjungi, Minggu (15/8/2021), Pantai Pering yang berada di wilayah Blahbatuh, Kabupaten Gianyar ini terlihat sepi. Hanya ada keluarga korban I Made Sadra yang berada di sekitar pantai dan melakukan ritual keagamaan. 

I Ketut Swastika, anak dari I Made Sadra,  saat ditemui di Pantai Pering pada Minggu (15/8/2021) sore, mengatakan bahwa dirinya dan keluarga telah ikhlas menerima kepergian ayahnya I Made Sadra. “Sekeluarga sudah ikhlas menerima kepergian beliau, namun saya dan keluarga masih mengupayakan pencarian jenazahnya,” ujarnya.

Upaya pencarian yang dilakukan pun dilaksanakan dengan cara makemit atau menginap di sebuah pura yang bernama Pura Candi Bang.  I Ketut Swastika pun mengatakan bahwa pada hari Minggu ini keluarganya telah menggelar upacara  nebusin untuk sang ayah. 

“Sudah melakukan upacara penebusan atau pemamitan. Ritualnya di sekitar tempat baju ayah saya ditemukan. Bertujuan untuk menebus apabila ayah saya sebelum kejadian mungkin salah kata, atau salah berbuat sesuatu di sini, sehingga menyebabkan beliau tenggelam,” ujarnya. 

I Ketut Swastika menyatakan bahwa keluarganya setelah I Made Sadra dinyatakan tenggelam pada Senin (9/8/2021) lalu, selalu menginap dan berjaga malam di sekitar Pantai Pering untuk menunggu kemungkinan terdamparnya jenazah korban ke pinggir pantai. 

“Keluarga saya terutama yang laki-laki, sekitar 25 orang secara bergiliran berjaga di sekitar Pantai Pering. Ya kami semua berdoa, setidaknya agar badan kasar bapak ditemukan,” ujarnya.

Dirinya pun mengungkapkan bahwa di hari kedua setelah I Made Sadra dinyatakan tenggelam, sempat bermimpi tentang sang ayah. “Dalam mimpi saya, ayah meminta uang Rp 10.000 kepada saya, untuk membeli jajan. Setelah mimpi itu saya sampai saat ini, selalu menyediakan kopi, jajan, dan nasi di kamar ayah saya di rumah, mungkin itu sebuah pertanda untuk saya,” cerita Swastika.

I Ketut Swastika pun berharap agar ayahnya I Made Sadra dapat segera ditemukan. “Yang menjadi harapan saya agar badan kasar ayah saya dapat segera muncul ke permukaan, rasa sedih sudah pasti, apalagi enam bulan yang lalu saya juga telah ditinggalkan oleh Ibu saya karena sakit,” ujar Swastika lirih. 

Sementara itu dikonfirmasi melalui telepon Minggu sore, Anak Agung Ketut Alit Supartana yang merupakan Kepala Seksi Operasi dan Siaga Pencarian dan Pertolongan Basarnas Bali menyatakan, bahwa sesuai yang tertulis pada UU Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan yang berbunyi bahwa pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan dilaksanakan dalam waktu paling lama 7 hari. 

“Setelah itu kami Basarnas Bali tetap melakukan pemantauan, dalam arti apabila menerima laporan terkait penemuan korban, proses evakuasi akan dibuka atau dijalankan kembali,” tuturnya.

Supartana pun menyebutkan bahwa tim SAR Gabungan yang terdiri dari berbagai elemen, seperti petugas kepolisian, BPBD Gianyar, serta Balawista telah melakukan upaya secara maksimal dalam menjalankan operasi upaya pencarian dan pertolongan korban tersebut.

“Selama proses pencarian banyak diwarnai kendala seperti keadaan alam yang kurang mendukung. Ombak besar dan angin kencang,” terang Supartana. *rma

Komentar