nusabali

Penggunaan Seni Sebagai Media Penyampaian Pesan Lebih Menarik dan Komunikatif

  • www.nusabali.com-penggunaan-seni-sebagai-media-penyampaian-pesan-lebih-menarik-dan-komunikatif

DENPASAR, NusaBali.com – Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar menggelar webinar nasional ‘Seni dalam Pandangan ilmu Sosial’.

Adapun narasumber dari kegiatan webinar tersebut diisi oleh Gilang Pratama yang menjabat sebagai Divisi Kampanye Kreatif Walhi Bali, lalu I Gede Agus Kurniawan yang merupakan seorang dosen Undiknas, dan Haris Azhar yang merupakan seorang aktivis HAM.

Gilang Pratama, pada kesempatannya memaparkan bahwa, seni dapat diaplikasikan tidak hanya dalam ilmu sosial saja. Namun dapat digunakan sebagai media komunikasi, sehingga dapat mengemas sesuatu menjadi lebih atraktif dan menarik. “Contohnya dalam pembuatan poster acara, atau seruan sesuatu, dengan adanya unsur seni di dalamnya, maka poster tersebut dapat menjadi lebih menarik dan komunikatif,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gilang Pratama pun menjelaskan bahwa peran seni dalam menyuarakan pendapat, sudah terlaksana pada zaman reformasi di era 98. “Contoh nyata aksi yang menggunakan seni sebagai media penyampaiannya, yakni aksi Bali Tolak Reklamasi,” jelasnya. 

Dirinya pun menyatakan bahwa, sentuhan seni di dalam menyuarakan sesuatu membuat aksi tersebut lebih berbudaya, bernilai, dan membuat kesan yang berbeda. Gilang Pratama pun mengaitkan dengan kondisi pandemi saat ini, di mana beberapa kebijakan pemerintah yang cenderung memberikan dampak kepada pedagang dan pelaku usaha kecil lainnya. 

“Sesungguhnya kebijakan yang dibuat sangatlah baik, namun agar lebih baik lagi, kebijakan yang telah dibuat dalam hal ini PPKM dibarengi dengan pemberian kebutuhan pokok secara merata, adil dan tepat sasaran,” tegasnya.

Gilang Pratama pun mengungkapkan, bahwa dirinya telah konsisten mengadakan workshop, dalam rangka memberikan pengetahuan tentang seni, dan mengaplikasikannya dalam kampanye maupun aksi-aksi sosial lainnya. “Terakhir saya sudah gelar workshop cetak cukil, dan workshop sablon. Di mana dalam workshop tersebut saya berikan ilmu tentang seni cetak cukil dan sablon, namun di samping itu juga saya memberikan sedikit wawasan terkait isu-isu lingkungan hidup maupun isu-isu sosial yang sedang berlangsung,” ujarnya. 

Adapun isu yang dimaksud yakni pembangunan jalan tol Mengwi – Gilimanuk, serta kebijakan PPKM yang sangat berdampak kepada masyarakat kecil.

Kemudian dalam kesempatannya, Haris Azhar menyatakan bahwa seni merupakan satu kesatuan gerak, proses, hasil, imajinasi, dan realita yang memiliki sudut estetika ekspresi komunikasi. Menurutnya segala perilaku manusia dapat dilihat dari sudut pandang seni. “Kesenian dalam berkomunikasi pun ada, dalam artian komunikasi yang diciptakan menjadi mengalir, dan tidak kaku,” ujarnya.

Haris Azhar pun lebih lanjut menerangkan, bahwa dalam berkesenian, seseorang memiliki rasa yang mendalam terhadap suatu objek tertentu, sehingga hal tersebut dituangkan dalam sebuah karya seni, dan dapat menimbulkan nilai estetikanya tersendiri. “Sama seperti apa yang disampaikan Gilang tadi, bahwa seni dapat menjadi media dalam menyampaikan sesuatu, tidak hanya seni poster dan cetak cukil saja, namun meliputi seni gerak (drama) dan seni musik (lagu),” ujarnya.

Sementara itu I Gede Agus Kurniawan pun menjelaskan bahwa masalah sosial yang ada, seringkali menciptakan para seniman baru. “Kadang seseorang yang lahir tanpa bakat seni, dapat terangsang apabila terdapat masalah sosial di sekitarnya, sehingga karya seni menjadi suatu media untuk pelampiasannya,” jelasnya. 

Dirinya pun lebih lanjut mengungkapkan, akan lebih baik jika aspek kesenian, aspek politik dan aspek hukum dapat dikolaborasikan sehingga menciptakan suatu formula baru, yang dapat diterapkan di tengah masyarakat. “Seniman tidak dapat dipaksa dalam menciptakan sebuah karya, karya akan tercipta pada saat sang seniman mulai menuangkan ide-idenya,” jelasnya.

I Gede Agus Kurniawan pun kemudian berharap, agar para pelaku seni khususnya di Bali, lebih diperhatikan lagi tingkat kesejahteraannya, terutama para pelaku kesenian tradisional. “Terutama pada masa pandemi seperti ini, para pelaku seni harus mendapat setidaknya sedikit perhatian untuk menjaga semangat dan kreativitas yang dimiliki oleh para seniman tersebut,” tutupnya. *rma

Komentar