nusabali

Ombak Besar, Nelayan Serangan Curi-Curi Kesempatan Melaut

  • www.nusabali.com-ombak-besar-nelayan-serangan-curi-curi-kesempatan-melaut

DENPASAR, NusaBali.com - Meski ombak di laut masih tinggi, nelayan di Pulau Serangan sesekali mencoba peruntungannya dengan nekat melaut mencari ikan. Hal ini dilakukan karena sudah dua minggu terakhir mereka tidak melaut sama sekali.

“Kalau bagus cuacanya lari ke tengah, mancing. Karena faktor memberanikan diri juga, sudah terlalu lama tidak melaut,” ujar I Made Kariaka, nelayan di Pulau Serangan yang juga Ketua Kelompok Nelayan Madu Segara, Kamis (5/8/2021).

Ia berangkat melaut sekitar pukul 05.00 Wita, di saat air laut mulai pasang. Seringnya menuju lokasi yang cukup jauh dari perairan Serangan hinggga sekitar 30 kilometer, yakni di sekitar Nusa Penida (Selat Badung) atau selatan Pantai Pandawa (Nusa Dua). 

Hasilnya menurutnya tidaklah selalu bisa diprediksi. Seperti kali ini, setelah melaut hingga pukul 11.00 Wita tak satu pun ikan yang ia dapat. Padahal setidaknya ia telah mengeluarkan biaya operasional sekitar Rp 150.000. Kata Kariaka, saat ini merupakan musim ikan tongkol yang banyak berada di perairan agak dangkal. 

Kariaka mengeluhkan jumlah tangkapan ikan yang didapat nelayan di Pulau Serangan beberapa tahun terakhir terus menurun. Ia heran dengan fenomena tersebut. “Sekarang tidak bisa bicara apa, ikan sepi, kadang-kadang dapat ikan, jual tidak bisa, karena situasi Covid ini,” terangnya.

Sebelum ombak tinggi seperti bulan-bulan sekarang, ia mengaku biasanya dapat memancing dua ekor ikan kurisi ataupun giant trevally (gt) dengan berat total sekitar 30 kilogram. Ikan-ikan tersebut kemudian ia jual dengan harga Rp 20.000 per kilogramnya. 

Untuk mengakali situasi saat ini, ia pun sesekali mengantar orang yang hendak berekreasi memancing dengan perahunya. Atau jika tidak, ia akan sibuk membersihkan perahunya supaya siap digunakan ketika cuaca sudah menguntungkan. Ditambahkannya, sebelum pandemi situasinya berbeda, dengan industri pariwisata masih hidup Kariaka seringkali menjadi supir perahu boat mengantar wisatawan. 

Sementara itu nelayan di Pulau Serangan lainnya, Ketut Jarna, mengaku harus putar balik kembali ke darat karena ketika tiba di tengah laut dijumpainya ombak besar setinggi sekitar 2,5 meter dan angin yang sangat kencang. “Sudah dua minggu terakhir anginnya keras, gelombangnya keras,” ujarnya. 

Menurut pengalamannya setiap bulan Agustus, angin akan mulai berkurang kecepatannya dan tinggi gelombang juga akan menurun. Karena itu ia memberanikan diri untuk melaut mencari peruntungannya. 

Ia mengeluhkan situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Diceritakannya, meski berhasil mendapatkan ikan, penjualan jadi jauh berkurang akibat daya beli masyarakat yang juga menurun. Ia serba salah, jika dijual dengan harga murah, maka ia pun rugi total, mengingat untuk melaut diperlukan biaya operasional seperti uang bensin dan pelumas mesin. Sementara jika tidak dijual ikan akan membusuk. “Kalau nggak dikasih dia busuk, lain dengan padi,” ucapnya. *adi

 

Komentar