nusabali

Merawat Kebinekaan Harus Dipupuk di Sekolah

  • www.nusabali.com-merawat-kebinekaan-harus-dipupuk-di-sekolah

JAKARTA, NusaBali.com – Kemendikbud RI menggelar webinar Silaturahmi Belajar dengan tema Merawat Kebinekaan di Sekolah pada kamis (5/8/2021) sore.

Adapun narasumber yang dihadirkan, yakni Anindito Aditomo yang merupakan Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbudristek, kemudian Mujtaba Hamdi yang merupakan Direktur Eksekutif Wahid Foundation, lalu Sofyan Tan yang merupakan Anggota Komisi X DPR RI. 

Anindito Aditomo dalam kesempatannya, menyebutkan bahwa, rasa kebinekaan sebagai masyarakat Indonesia, harus dipupuk sejak dini dan salah satunya melalui sekolah. Dirinya pun mengatakan, segala elemen yang ada di sekolah, baik guru dan siswa harus memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam mengamalkan rasa kebinekaan tersebut. 
“Nilai-nilai Pancasila, harus ditanamkan kepada masing-masing individu,” ujarnya.

Lebih lanjut Anindito Aditomo pun menyebutkan bahwa, sekolah sebagai lembaga pendidikan, agar tidak bersifat diskriminatif terhadap agama, kondisi ekonomi, keadaan fisik para siswanya. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan rasa nyaman siswa, dalam bergaul, berinteraksi, baik sesama siswa maupun dengan gurunya. 

Dengan terwujudnya rasa nyaman tersebut, dapat dikatakan bahwa sekolah telah menerapkan dan menanamkan rasa toleransi kepada siswanya, dan menjaga kebinekaan yang dimiliki oleh Indonesia. “Sekolah tidak dapat membedakan gender, maupun keadaan fisik siswa dalam memperoleh hak untuk pendidikan setinggi-tingginya, semua siswa berhak merdeka dalam belajar atau memperoleh pendidikan. Semua orang di mata hukum, memiliki hak yang sama,” tegasnya.

Lebih lanjut Mujtanan Hamdi, menjelaskan bahwa sejatinya toleransi tidak hanya sebatas saling menghargai satu sama lain. Namun terdapat nilai yang lebih dalam lagi, yakni ikut berpartisipasi dan bekerja sama dalam mengerjakan sesuatu. “Contohnya perayaan Hari Natal, libatkan seluruh siswa dalam mempersiapkan perayaan Natal tersebut, seperti membersihkan gereja, dengan tidak memandang latar agamanya, sebab di sanalah toleransi yang sesungguhnya,” ujarnya.

Lebih lanjut Mujtanan Hamdi juga menuturkan terkait penempatan duduk siswa di sekolah. Dirinya pun mengimbau agar sekolah tidak menerapkan klaster-klaster, atau blok-blok yang memisahkan siswa berdasarkan atas latar belakang ras, suku, maupun agamanya. “Biarkan siswa saling berinteraksi dan berkomunikasi lintas budaya, agar dapat saling menghargai dan memahami satu sama lain. Sehingga dapat menghindari sikap intoleransi dan diskriminasi di sekolah,” tambahnya.

Sofyan Tan pun menambahkan, bahwa sikap toleransi dapat memetik dari filsafat sebuah pohon. “Contohnya pohon asam jawa, pohon tersebut tidak hanya ditanam oleh orang Jawa, namun berbagai suku lainnya pun juga menanam, merawat, dan menikmati hasilnya. Seperti itu hendaknya sebuah toleransi diterapkan, siapa pun dan di mana pun seorang siswa bersekolah, hendaknya mendapatkan perlakuan yang baik tanpa diskriminasi dan intoleransi,” ujarnya. 

Dirinya pun menuturkan bahwa toleransi di sekolah, merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI yang menjunjung tinggi nilai Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila. *rma

Komentar