nusabali

Tukang Panggil Penumpang di Terminal Bus Bersimbah Darah

  • www.nusabali.com-tukang-panggil-penumpang-di-terminal-bus-bersimbah-darah

Saat kejadian orang-orang di sekitar TKP tidak berani mendekat lantaran pelaku terus mengacungkan pedang dan menantang siapapun yang mau maju.

DENPASAR, NusaBali

Eko Supriyanto, 28, asal Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur harus dioperasi karena luka terbuka dengan lebar 15 cm dan kedalaman sekitar 6 cm yang dialaminya pada bahu hingga punggung kirinya. Korban ditebas menggunakan pedang oleh pengendara motor saat hendak menolong pelaku lantaran terjatuh di Jalan Pidada No 17 tepatnya di depan Apotik Rama Cintya, Denpasar Barat, Denpasar, Selasa (6/12) pukul 20.00 Wita.

Informasi yang dihimpun, Rabu (7/12) malam itu Eko bersama istrinya Ni Nyoman Tripurnami Diantari,30, dari tempat kosnya di Jalan Pidada Gang II menuju ke Pasar Pidada untuk berbelanja makanan. Namun di tengah jalan, Eko melihat dua orang yang berboncengan menggunakan sepeda motor terlihat oleng dan terjatuh. Melihat kejadian itu, Eko berhenti dan hendak menolong.

Namun bukan ucapan terima kasih yang dia dapatkan, orang yang hendak ditolongnya itu malah mengeluarkan pedang dan tanpa basa-basi menebas korban Eko yang berada di depannya. "Kami padahal niatnya baik ingin membantu, tapi ternyata mereka mengeluarkan pedang dan menebas suami saya. Mereka bau minuman keras kayaknya mabuk. Suami saya ditantang dan langsung disabet mengarah ke kepalanya, karena suami saya menghindar dengan cara menunduk akhirnya kena bahu hingga punggung kirinya," kata Diantari saat ditemui di RS Sanglah.

Eko yang kesehariannya bekerja sebagai tukang panggil penumpang (Au-au) untuk salah satu PO bus di Terminal Ubung ini harus menahan sakit dan bersimbah darah. Saat itu orang-orang di sekitar TKP tidak berani mendekat lantaran pelaku terus mengacungkan pedang dan menantang siapapun yang mau maju.

Mengetahui Eko terkapar dan berlumuran darah pelaku langsung melarikan diri. "Beruntung ada teman suami saya yang tahu kejadian itu dan kita diajak bonceng bertiga ke RSUD Wangaya," ungkap Diantari. Sampai di RSUD Wangaya, Eko masih sadar, namun setelah beberapa menit dilakukan tindakan dia langsung pingsan. Eko malam itu juga sekitar pukul 23.00 Wita langsung dirujuk ke IGD RSUP Sanglah karena dikatakan kamar di RS Wangaya penuh.

"Kata dokternya kamarnya penuh, sementara saya sudah tidak punya uang, saya bayar di Wangaya Rp 580 ribu, itu tambahan tabungan saya. Saat ini sudah habis," ungkap Diantari dengan airmata berlinang. "Kemarin katanya suami saya harus dioperasi, diminta sekitar Rp 30 juta biaya operasinya tapi saya sudah tidak punya uang lagi, saya hanya bisa suruh dijarit saja," kata ibu satu anak itu. Diantari yang hanya seorang ibu rumah tangga ini mengatakan saat ini tidak memegang uang sama sekali. Apalagi anaknya yang masih berumur 2 tahun harus tetap dijaganya lantaran tidak ada saudara di Bali.

Diantari mengaku dirinya memang memiliki keluarga di Jembrana, namun hingga, Rabu (7/12) sore kemarin belum bisa dihubunginya. "Saya asli Bali tapi nikah ke Banyuwangi, saya tidak punya siapa-siapa di sini, ibu saya sudah janda, sendiri di rumah dan keluarga tidak bisa dihubungi. Saya bingung," ucapnya lagi. Sementara setelah selesai operasi di ruang operasi kecil (OK) kemarin, Eko sudah mulai siuman. Eko dikatakan mengalami putus pada pembuluh darahnya sehingga harus dilakukan operasi penyambungan agar tidak terjadi mati rasa.

Kanit Reskrim Polsek Denpasar Barat, Iptu Julkipli Ritonga seijin Kapolsek Denbar Kompol Wisnu Wardana membenarkan perihal insiden tersebut. Diakuinya, pasca mendapatkan laporan, anggotanya langsung turun ke lokasi dan lakukan penyelidikan. Keterangan korban dan sejumlah saksi sudah digali perihal motif dan pelaku di balik aksi penusukan itu. Hanya saja, polisi belum berhasil membekuk pelaku. "Masih dalam penyelidikan. Anggota masih kejar pelakunya," kata Kompol Wisnu singkat. * cr63, dar

Komentar