nusabali

Sabungan Ayam, Kaul Atas Kesehatan Ternak

  • www.nusabali.com-sabungan-ayam-kaul-atas-kesehatan-ternak

Tradisi Aci Keburan berupa sabungan ayam dilaksanakan setiap enam bulan di Pura Hyang Api, Desa Adat Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar

Tradisi Aci Keburan di Pura Hyang Api, Kelusa, Gianyar

GIANYAR, NusaBali
Tradisi ini dilaksanakan sebagai wujud syukur masyarakat karena ternak mereka terhindar dari penyakit dan kematian. Aci ini diikuti oleh krama Desa Adat Kelusa dan krama dari seluruh Bali. Bendesa Adat Kelusa I Wayan Suwata,51, menjelaskan pelaksanaan Tradisi Aci Keburan yaitu proses mengadu ayam secara massal yang dilaksanakan di areal jaba sisi Pura Hyang Api. Pelaksanaan dimulai setiap Tumpek Kuningan hingga Tumpek Krulut. Pelaksanaan hari pertama hingga lima hari berikut dilaksanakan secara berturut-turut, kemudian pelaksanaan selanjutnya dilaksanakan setiap kliwon.

Aci Keburan berbeda dengan sabung ayam biasanya, yakni tidak ada taruhan di dalam pelaksanaan serta tidak ada arena khusus sabung ayam. Biasa Aci Keburan dimulai pukul 04.00 Wita dan selesai pukul 10.00 Wita. "Tidak ada arahan untuk memulai atau memberhentikan krama untuk mengadu ayam. Semua berjalan dengan sendirinya," jelas Bendesa Suwata.

Kemudian dalam palaksanaan Aci Keburan tidak menggunakan istilah menang kalah, namun warga yang melaksanakan Aci Keburan diartikan ngaturang atau nunas. Bendesa Suwata mengungkapkan biasa petani yang tangkil dan melaksanakan Aci Keburan untuk membayar kaul atau sesangi. "Misal ada ternak yang sakit dan memohon kesembuhan ternak dan berjanji melaksanakan Aci Keburan, kemudian ternak tersebut sembuh. Maka petani tersebut akan membayar hutang dengan melaksanakan Aci Keburan,’’ jelasnya.

Prosesi pelaksanaan Aci Keburan, krama sebelumnya menghaturkan sesajen sesuai kemampuan atau sesuai dengan apa yang dijanjikan, kemudian barulah krama tersebut mengadu ayamnya. "Krama bebas ingin mengadu ayam dengan siapa saja," ungkap Bendesa Suwata.

Setelah ayam diadu, sudah ada ngaturang atau nunas, krama tersebut barulah melaksanakan persembahyangan. Aci Keburan juga mengunakan taji seperti sabung ayam pada umumnya. Dalam pelaksanan beberapa kali sempat terjadi insiden, seperti krama terkena taji sampai menjalani perawatan. Diyakini bahwa mereka yang terluka ini berbuat kesalahan, seperti berfikir tidak baik atau sampai berbicara tidak pantas di areal pura.

Sebagai antisipasi setiap pelaksanaan Aci Keburan, dari pihak desa selalu menyiapkan obat-obat untuk pertolongan pertama bila sampai ada yang terluka. Pelaksanaan Aci Keburan berakhir pada Saniscara Kliwon Wuku Krulut Sabtu (22/10) krama dari seluruh Bali tangkil ke Pura Hyang Api, untuk melaksanakan tradisi Aci Keburan. Karena begitu banyak krama yang tangkil, pelaksanaan Aci Keburan sampai di luar arel pura.

Selama paksanaan Aci Keburan hingga sebulan, setiap hari ada saja krama yang tangkil untuk sembahyang, meski tidak bertepatan dengan Kliwon. Tradisi Aci Keburan sudah dilaksanakan sejak turun temurun dan itu setiap enam bulan selalu dilaksanakan. "Meski tidak ada yang memberitahukan, krama yang tangkil dengan sendirinya. Dan tradisi ini belum pernah sampai tidak dilaksanakan," jelas I Wayan Suwata.

Pura Hyang Api sendiri diempon oleh empat banjar yakni Banjar Ayah, Triwangsa, Roban serta Banjar Peliatan. Serta krama pengempon sebanyak 512 kepala keluarga kurang lebih 1500 jiwa. cr62

Komentar