nusabali

Serunya Perang Tipat Bantal di Desa Adat Padang Luwih

  • www.nusabali.com-serunya-perang-tipat-bantal-di-desa-adat-padang-luwih

Tradisi perang tipat (yang terbuat dari beras) dan bantal (terbuat dari beras ketan) tidak saja dilakukan krama Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung

MANGUPURA, NusaBali
Krama Desa Adat Padang Luwih, Dalung, Kecamatan Kuta Utara, juga melakukan tradisi serupa sebagai ucapan syukur atas karunia sang pencipta. Perang tipat-bantal warga Desa Adat Padang Luwih digelar bertepatan dengan Purnama Kapat pada Saniscara Pon Pahang, Sabtu (15/10) sore sekitar pukul 17.00 Wita.

Perang tersebut melibatkan enam banjar adat, di antaranya Banjar Tegal Jaya, Banjar Celuk, Banjar Jeroan, Banjar Pendem, Banjar Gaji, dan Banjar Kuanji. Ada sekitar 535 KK atau sekitar 2.365 jiwa terlibat dalam tradisi ini. Tidak hanya orangtua, kalangan anak muda, perempuan dan wanita pun ikut berpartisipasi.

Bendesa Adat Padang Luwih, I Gusti Ketut Suparta, mengatakan tradisi perang tipat-bantal diselenggarakan secara turun temurun setiap tahun sebagai ucap syukur atas apa yang telah sang pencipta berikan. Konon masyarakat setempat dahulu kala mengalami paceklik, namun setelah krama bersembahyang di Pura Desa pada waktu Purnama Kapat, akhirnya masa sulit yang dirasakan warga kemudian berlalu. Dan sebagai ungkapan rasa syukur, masyarakat melaksanakan perang tipat-bantal.

“Tradisi ini ungkapan syukur kapada Tuhan, karena hasil panen melimpah. Sebab, masyarakat disini dahulunya dominan berprofesi sebagai petani,” ucapnya. Tradisi ini diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Padang Luwih, setelah itu dilanjutkan dengan makan bersama. Suguhan yang jadi santapan bersama usai persembahyangan bersama adalah yang dibawa oleh warga sendiri, berupa nasi dengan lauk pauk seperti sate ikan, ayam betutu, dan lain-lain. Setelah itu, sebagian tipat-bantal akan dilakukan alat pertempuran dalam tradisi tahunan ini.

Suparta mengatakan tipat-bantal untuk perang adalah yang masyarakat bawa sendiri dari rumah. Masing-masing KK membawa sekitar 6 buah tipat dan juga membawa 6 buah bantal (terbuat dari beras ketan). “Sebelum perang berlangsung warga dibagi menjadi dua kelompok, yakni di sebelah Utara dan sebelah Selatan pura desa. Setelah dibagi krama dari dua kelompok lalu saling lempar tipat yang krama bawa masing-masing dari rumahnya,” jelasnya.

Berdasarkan pantauan, antusiasme masyarakat sungguh besar dalam mempertahankan tradisi perang tipat-bantal yang dihelat sekitar pukul 17.00 Wita di Jalan Raya Padang Luwih, usai persembahyangan bersama di pura desa setempat. * asa

Komentar