nusabali

Kader Senior Sebut Golkar

  • www.nusabali.com-kader-senior-sebut-golkar

Tjok Pemecutan sarankan Sudikerta selaku ketua partai agar lebih peka dan jernih melihat masalah

Buntut Peristiwa Tak Terduga Mundurnya Yuda Suparsana

DENPASAR, NusaBali
Mundurnya Putu Yuda Suparsana dari struktur kepengurusan DPP Golkar dan DPD I Golkar Bali, menandakan soliditas kader Beringin semakin lemah. Kalangan kader senior pun mengingatkan Golkar Bali ‘lampu merah’ alias darurat, sehingga harus segera dibenahi.

Peringatan ini, antara lain, disampaikan mantan Ketua OKK DPD I Golkar bali dua periode, Dewa Ngakan Rai Budiasa, di Denpasar, Selasa (26/7). Rai Budiasa meng-ingatkan, mundurnya Yuda Suparsana dari struktur kepengurusan partai semakin menunjukkan Golkar lemah. Mundurnya Yuda Suparsana dari jabatan Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Bangli DPD I Golkar Bali dan Departemen Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, menjadi pertanyaan besar.

“Pertama, mundurnya kenapa? Apa benar hanya karena mengadakan acara tandingan bersama AMPI Bali? Kedua, mundurnya Yuda Suparsana membuat Golkar semakin lemah soliditasnya,” tandas Rai Budiasa. Dia mengingatkan, Golkar Bali sebelumnya sudah melemah dengan dipecatnya sejumlah kader. Belum lagi, kasus cabutnya tokoh-tokoh Golkar seperti I Gusti Agung Danil Yunandha Yudha. Kemudian, terjadi gejolak dalam Musda Golkar Kabupaten termasuk Tabanan. “Golkar Bali sudah lampu merah menurut saya selaku kader. Sudah harus ditangani. Kalau ibarat pasien, sudah gawat darurat ini,” katanya.

Apa obatnya? Menurut Rai Budiasa, obat mujarabnya adalah introspeksi diri bagi elite partai dan pemimpinnya. “Ya, evaluasi-lah. Elite terutama pucuk pimpinan sudah harus melakukan sebuah upaya. Apa sesungguhnya yang terjadi?. Ini kondisi paling parah yang pernah terjadi di Golkar,” tegas politisi senior asal Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar ini.

Rai Budiasa menyebutkan, tidak masuk akal kalau Yuda Suparsana dinilai melanggar disiplin partai karena mengadakan acara tandingan bersama AMPI Bali. Rai Budiasa sendiri mengaku diundang oleh Yuda Suparsana datang ke acara AMPI di depan Pura Jagatnatha Denpasar, yang berlangsung pada hari yang sama dengan acara DPD I Golkar Bali di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, Minggu (24/7). “Kalau dianggap menandingi acara pelantikan Ketua DPD II Golkar se-Bali, itu mengada-ngada. Acara AMPI Bali itu merencanakan jauh sebelum agenda pelantikan bersama Ketua DPD II Golkar se-Bali ditetapkan,”  papar Rai Budiasa.

Lagipula, lanjut dia, keberadaan AMPI adalah sebuah ormas, tidak terkait dengan acara Partai Golkar. Yuda Suparsana sendiri adalah Ketua DPD AMPI Bali. “Saya khawatir ini hanya persaingan politik personal antara Yuda Suparsana dengan sesama kader, sehingga terjadi saling jegal. Yuda Suparsana lebih memilih mundur daripada ribut-ribut.”

Sedangkan Srikandi Politik yang mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali 2010-2012, Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati, mengingatakan Golkar tidaklah solid seperti yang digembar-gemborkan Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta. “Apalagi, sampai menyebut partai lain ketar-ketir karena Golkar makin solid. Buktinya sekarang, justru makin tidak solid. Bohong banget bilang solid,” sindir Wigunawati, Selasa kemarin.

Menurut Wigunawati, pengertian solid adalah kompak dan saling menghargai, tidak saling menyakiti. ”Golkar sekarang tidak kompak, karena tercerai-berai, banyak yang dipecat dan pilih cabut dari Golkar,” ujar mantan Ketua Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) Provinsi Bali yang kini menjabat Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Bali ini.

Sayangnya, Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta belum bisa dimintai konfirmasi terkait masalah ini. Saat dihubungi NusaBali per telepon, Selasa kemarin, ponselnya diarahkan mailbox. Sebaliknya, Yuda Suparsana tetap bungkam soal mundurnya dia dari kepengurusan partai tingkat pusat maupun provinsi.

Bahkan, sempat beredar isu kalau Yuda Suparsana pindah partai. Saat dihubungi Nu-saBali terkait isu ini, Selasa sore, Yuda Suparsana menjawab melalui SMS. Aduh, ngawur isu itu,” tandas kader asal Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem yang sudah 19 tahun berkiprah di Golkar ini.

Sementara itu, sesepuh Golkar Ida Tjokorda Pemecutan XI tidak mau menyalahkan Yuda Suparsana dalam kasus ini. Dugaan Tjok Pemecutan, ada miskomunikasi antara kader Golkar dalam mengadakan acara di masyarakat. Menurut dia, Yuda Suparsana sudah lebih dulu menetapkan agenda bersama AMPI Bali. Sedangkan pelantikan pengurus DPD I Golkar Bali dan Ketua DPD II Golkar se-Bali ditetapkan belakangan.

"Tapi, bagaimana pun, Yuda Suparsana harusnya koordinasi dengan DPD I Golkar sebagai induk partai. Kan ada waktu untuk memindahkan acara. Komunikasi dong," ujar Tjok Pemecutan saat dikonfirmasi NusaBali tadi malam. Tjok Pemecutan mengingatkan, siapa pun yang ikut di Golkar, harus tunduk dengan aturan partai. "AMPI itu ibarat anak. Ia harus tunduk dengan orangtua. Partai Golkar itu alat perjuangan, bukan sekaa tuak. Saat minum tuak, mabuk seenaknya. Ketika kena masalah, organisasi yang hancur. Nama baik partai yang kena dampak. Partai itu alat perjuangan, jangan dipakai main-main," tegas Tjok Pemecutan.

Mantan Ketua DPRD Badung ini pun sarankan Sudikerta selaku ketua partai agar lebih peka dan jernih melihat masalah. "Lakukan pendekatan dari hati ke hati. Bukan untuk Yuda Suparsana saja, tapi buat semua kader, supaya tidak ada pilih kasih dan ada yang merasa dianaktirikan. Selama ini, saya lihat pelaksanaan aturan organisasi yang lembek. Maka, ada saja yang cawe-cawe," katanya.

Tjok Pemecutan mengingatkan Sudikerta soal dukungan dan deklarasi pencalonan ke Pilgub Bali 2018 adalah bukti masih lemahnya komunikasi dengan kader. "Kalau memang Sudikerta diusung dan dideklarasikan sebagai Calon Gubernur Bali, nggak cukup serahkan secarik kertas begitu. Semua Ketua DPD II Golkar harus teriakkan yel-yel dan ada hitam di atas putih. Itu masih lemah dukungannya." * nat

Komentar