PPDB Bakta Paling Beda, Ada Jalur Adat
Dibanding SMA negeri lainnya di Tabanan, SMAN 1 Kediri (Bakta) paling beda. Pembedanya, di sekolah ini ada jalur adat, selain jalur Nilai Ujian Nasional (NUN), jalur prestasi, dan jalur siswa kurang mampu.
TABANAN, NusaBali
Jalur adat ini telah dipakai sejak sekolah yang berlokasi di Bingin Ambe, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri ini didirikan. Pada PPDB tahun ajaran 2016/2017 ini, SMAN 1 Kediri mendapat jatah 360 siswa atau 10 kelas. Masing-masing kelas diisi rombongan belajar sebanyak 36 siswa. Khusus jalur adat ini mendapat jatah satu kelas atau 36 siswa (10 persen). Ketua Panitia PPDB Bakta, Ida Bagus Semarajaya mengatakan, jalur NUN dari jatah 60 persen (216) siswa terjaring 242 siswa. Siswa jalur prestasi dari jatah 72 (20 persen), hanya terisi 71 siswa. Sementara siswa kurang mampu yang terjaring tahun ini hanya 11 dari jatah 72 siswa (20 persen). “Jalur siswa kurang mampu tak terpenuhi dibawa ke NUN,” terang Semarajaya, Selasa (28/6).
Dikatakan, kuota siswa kurang mampu tak terpenuhi karena persyaratan harus punya KPS (Kartu Perlindungan Sosial). “Kami hanya menerimanya 11 siswa kurang mampu,” jelasnya. Hal yang sama juga disampaikan Kepala SMAN 2 Tabanan, I Gede Made Samba yang dapat jatah 360 siswa. Dikatakan, dari jalur NUN (20 persen) seharusnya 126 membengkak jadi 276 siswa. Jalur prestasi terpenuhi 20 persen atau sebanyak 72 siswa. Sedangkan dari jatah 72 siswa kurang mampu (20 persen) hanya terjaring 12 siswa. Sisa kuota jalur siswa kurang mampu dibawa ke NUN.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Tabanan, I Putu Santika mengakui hampir seluruh SMA/SMK negeri di Tabanan tak mampu penuhi kuota siswa kurang mampu. Penyebabnya, syarat ketat harus menunjukkan KPS. Dikatakan, surat keterangan kurang mampu dari perbekel (kepala desa) tak berlaku untuk PPDB. Sedangkan kalau anak yatim piatu jika ingin masuk sekolah negeri harus di sekolah yang ada di kecamatan tempat tinggalnya. “Jangan sampai yang dari kecamatan jauh seperti Pupuan masuk ke Kecamatan Kerambitan, kan sama saja itu tidak bisa,” ujar Santika. 7 cr61
Jalur adat ini telah dipakai sejak sekolah yang berlokasi di Bingin Ambe, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri ini didirikan. Pada PPDB tahun ajaran 2016/2017 ini, SMAN 1 Kediri mendapat jatah 360 siswa atau 10 kelas. Masing-masing kelas diisi rombongan belajar sebanyak 36 siswa. Khusus jalur adat ini mendapat jatah satu kelas atau 36 siswa (10 persen). Ketua Panitia PPDB Bakta, Ida Bagus Semarajaya mengatakan, jalur NUN dari jatah 60 persen (216) siswa terjaring 242 siswa. Siswa jalur prestasi dari jatah 72 (20 persen), hanya terisi 71 siswa. Sementara siswa kurang mampu yang terjaring tahun ini hanya 11 dari jatah 72 siswa (20 persen). “Jalur siswa kurang mampu tak terpenuhi dibawa ke NUN,” terang Semarajaya, Selasa (28/6).
Dikatakan, kuota siswa kurang mampu tak terpenuhi karena persyaratan harus punya KPS (Kartu Perlindungan Sosial). “Kami hanya menerimanya 11 siswa kurang mampu,” jelasnya. Hal yang sama juga disampaikan Kepala SMAN 2 Tabanan, I Gede Made Samba yang dapat jatah 360 siswa. Dikatakan, dari jalur NUN (20 persen) seharusnya 126 membengkak jadi 276 siswa. Jalur prestasi terpenuhi 20 persen atau sebanyak 72 siswa. Sedangkan dari jatah 72 siswa kurang mampu (20 persen) hanya terjaring 12 siswa. Sisa kuota jalur siswa kurang mampu dibawa ke NUN.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Tabanan, I Putu Santika mengakui hampir seluruh SMA/SMK negeri di Tabanan tak mampu penuhi kuota siswa kurang mampu. Penyebabnya, syarat ketat harus menunjukkan KPS. Dikatakan, surat keterangan kurang mampu dari perbekel (kepala desa) tak berlaku untuk PPDB. Sedangkan kalau anak yatim piatu jika ingin masuk sekolah negeri harus di sekolah yang ada di kecamatan tempat tinggalnya. “Jangan sampai yang dari kecamatan jauh seperti Pupuan masuk ke Kecamatan Kerambitan, kan sama saja itu tidak bisa,” ujar Santika. 7 cr61
Komentar