nusabali

Empat Dasawarsa Punah, Legong Tombol Bangkit

  • www.nusabali.com-empat-dasawarsa-punah-legong-tombol-bangkit

Kesenian rekonstruksi tari Legong Tombol yang dibawakan oleh Sanggar Ling Kawi, Desa Patemon, Buleleng, benar-benar memikat hati penonton. Dua penari legong dengan gemulainya berhasil memikat penonton yang memadati Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Kamis (23/6).

DENPASAR, NusaBali
Kesenian Legong Tombol untuk pertama kalinya kembali dipentaskan, setelah sempat punah dalam empat dasawarsa terakhir. Terakhir kali dipentaskan di Desa Banyuatis, Buleleng, tahun 1963 silam.

Menurut Koordinator Pementasan, I Gusti Ngurah Eka Prasetya, Kesenian Legong Tombol ciptaan dari sang maestro legong, Wayan Rindi, sebenarnya lahir di lingkungan Kerajaan Karangasem pada tahun 1950-an dengan iringan Gambelan Palegongan dan Semara Pagulingan. Tari ini tergolong tari penyambutan. Namun karena situasi politik pada masa itu, tari tersebut tak pernah dipentaskan lagi di lingkungan Kerajaan Karangasem.

"Tari Legong Tombol kemudian dibawa ke Desa Banyuatis pada tahun 1959 oleh penciptanya, Wayan Rindi. Sejak dari itu beliau bersama keluarga Pan Manikan di Banyuatis berusaha menghidupkan kembali kesenian itu," ceritanya.

Dari upaya memperkenalkan Legong Tombol pada masa itu, Legong Tombol kembali meraih masa kejayaan pada tahun 1960, dimana saat itu sempat dipentaskan untuk menyambut Presiden Soekarno di Istana Tampaksiring. Namun karena konflik politik, Legong Tombol tak lagi ditarikan hingga hilang bak ditelan zaman.

Setelah empat dasawarsa tak ditarikan lagi, akhirnya pada tahun 2015, Ida Ayu Wimba Ruspawati kemudian menjadikan Legong Tombol sebagai bahan penelitian sekaligus objek disertasi, untuk pendidikan doktoralnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Hanya Men Gumbring, satu-satunya penari Legong Tombol yang masih hidup yang menjadi narasumbernya. Kesenian Legong Tombol ini lantas direkonstruksi selama setahun terakhir hingga bisa dipentaskan untuk pertama kalinya pada PKB ke-38 ini.

"Kami masih menggunakan gambelan gong pacek milik Pan Manikan, yang digunakan waktu tahun 1959 silam. Sedangkan untuk tarinya kami belajar langsung dari Men Gumbring. Merekam beliau saat menari, dan juga berlatih bersama beliau," katanya. 7 i

Komentar