nusabali

Dalam Setahun, Dua Kali Krama Persembahkan 857 Babi Guling

  • www.nusabali.com-dalam-setahun-dua-kali-krama-persembahkan-857-babi-guling

Setiap kepala keluarga dikenakan persembahan masing-masing satu babi guling saat Usaba Dalem di Pura Dalem pada Tilem Kasanga dan Usaba Sumbu di Pura Panti Kaler pada Tilem Kasa.

Keunikan Upacara Ritual Ngusaba di Desa Pakraman Timbrah, Kecamatan Karangasem

AMLAPURA, NusaBali
Krama Desa Pakraman Timbrah, Kecamatan Karangasem melaksanakan tradisi ritual Usaba Dalem sehari pasca Tilem Kasanga (bulan mati kesembilan sistem penanggalan Bali), yang jatuh pada Soma Pon Dungulan, Senin (8/2). Ritual ini ditandai dengan persembahan 857 babi guling di Pura Dalem, Desa Pakraman Timbrah.

Usaba Dalem yang disertai pesrembahan 857 babi guling ini digelar setahun sekali di Pura Dalem Desa Pakraman Timbrah saat momentum Tilam Kasanga. Pelaksanaannya bisa tepat saat Tilem Kasanga, bisa juga sehari setelah Tilem Kasanga. Dalam kurun setahun, krama Desa Pakraman Timbrah dua kali menghaturkan babi giling. Satunya lagi adalah persembahan babi guling saat upacara Usaba Sumbu di Pura Panti Kaler yang selalu dilaksanakan pada Tilem Kasa (bulan pertamna sistem penanggalan Bali).

Persembahan babi guling dari krama adat saat Usaba Dalem maupun Usaba Sumbu ini merupakan salah satu unsur wewalungan (prani). Babi guling merupakan salah satu lambang kemakmuarn semesta. Babi guling dipersembahkan sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah yang dilimpahkan Sang Maha Pemurah. Harapannya, di kemudian hari nanti Sang Maha Pencipta kembali menganugerahi kesuburan untuk umatnya.

Sebelum dijadikan guling, babi terlebih dulu disemblih melalui prosesi ritual lukat dan supat, di mana hewan kurban dituek (ditusuk) dua kali dengan mantra khusus. Setelah menjadi babi guling itulah, kemudian dipersembahkan ke Pura Dalem dengan harapan agar roh babi meningkat statusnya jika kelak reinkarnasi.

Meski prosesi ritual Usaba Dalem dengan persembahan 857 babi guling baru digelar pukul 16.00 Wita, namun suasana di Desa Pakraman Timbrah sudah ramai sejak sejak siang. Kemudian, sore sekitar pukul 15.00 Wita, krama lanang (laku-laki) terlihat lalulalang memikul babi guling menuju Pura Dalem, yang berjarak sekitar 400 meter arah selatan dari pusat desa. 

Pantauan NusaBali, babi guling dipikul krama Desa Pakraman Timbrah beriringan menuju Pura Dalem. Setibanya di Pura Dalem, babi guling yang jumlah keseluruhannya mencapai 857 ekor sesuai jumlah krama adat, dijejer rapi lengkap dengan upakara yang dibutuhkan. Sedangkan bambu yang sebelumnya digunakan memikul babi guling, ditempatkan berjejer di tembok depan Pura Dalem.

Usai pamuspaan Usaba Dalem dilaksanakan malam harinya, krama Desa Pakraman Timbrah yang jumlahnya 857 KK kembai beriringan pulang ke rumahnya masing-masing, sambil memikul babi guling yang telah dipersembahkan. Mereka berasal dari 4 banjar pauman dan 6 banjar adat yang ada di Desa Pakraman Timbrah. Rinciannya, Banjar Pauman Gede (Desa), Banjar Pauman Lambuan, Banjar Pauman Beji, dan Banjar Pauman Manak Yeh, serta Banjar Adat Kaja Kauh, Banjar Adat Kelod Kangin, Banjar Adat Tengah, Banjar Adat Kaja Kangin, Banjar Adat Sasabu Taman Sari, dan Banjar Adat Sasabu Desa.

Kelain Desa Pakraman Timbrah, I Nengah Wija, menyatakan jumlah krama di desanya saat ini mencapai 857. Mereka sebetulnya tidak semua wajib haturkan persembahan babi guling saat Usaba Dalem. Bagi keluarga yang cuntaka (kotor secara niskala karena ada kematian), dibebaskan dari kewajiban menghaturkan babi guling ke Pura Dalem. Bahkan, mereka menerima jotan (kiriman daging babi guling) ke rumahnya masing-masing dari krama lainnya yang tidak cuntaka.

Sedangkan bagi krama yang tidak cuntaka pun, kata Bendesa Nengah Wija, tidak diwajibkan setor babi guling ke Pura Dalem. ”Tidak ada sanksi adat bagi krama yang tidak mempersembahkan babi guling,” jelas Bendesa Nengah Wija kepada NusaBali di Pura Dalem Desa Pakraman Timbrah, Senin petang.

Meski tidak wajib dan tak ada sanksi bagi mereka yang tidak mempersembahkan babi guling, menurut Bendesa Nengah Wija, seluruh krama yang tidak cuntaka tetap bikin persembahan saat Usaba Dalem di Pura Dalem. Maalahnya, mereka merasa tidak enak hati jika sampai tak bikin haturan babi guling.

Babi guling yang dihaturkan krama adat ke Pura Dalem saat Usaba Dalem juga tidak ada ketentuan baku mengenai beratnya. Semua tergantung kemampuan krama masing-masing. Selama ini, babi guling yang jadi haturan utuk Usaba Dalem di Pura Dalem bervariasi kisaran berat 30 kg hingga 80 kg.

Kelian Kerta Desa, Desa Pakraamn Timbrah, I Nengah Sudarsa, misalnya, mengaku mabanten babi guling seberat 60 kg. ”Babi yang saya jadikan guling ini dipelihara sejak masih kucit (anak babi). Dulu kucit ini dibeli seharga Rp 400.000, lalu dipelihara beberapa bulan sampai disemblih dan dijadikan babi guling seberat 60 kg,” ungkap Nengah Sudarsa yang juga anggoata Fraksi Golkar DPRD Karangasem.

Selain Usaba Dalem, krama Desa Pakraman Timbrah juga selalu melaksanakan Usaba Sumbu yang ditandai pesrembahan babi guling setahun sekali. Bedanya, Usaba Sumbu digelar saat Tilem Kasa di Pura Panti Kaler, sebagai hulunya Desa Pakraman Timbrah.
Sama seperti Usaba Dalem, babi guling yang dipersembahkan dalam upacara Usaba Sumbu juga berasal dari krama adat. Bagi krama yang cuntaka pun tidak dikenakan babi gulung. Mereka justru dikirimi suguhan babi guling ke rumahnya masing-masing, seusai upacara Usaba Sumbu.

Krama Desa Pakraman Timbrah selalu menyongsong pacara Usaaba Sumbu maupun Usaba Dalem dengan sukacita. Bahkan, 6 bulan sebelum Usaba Sumbu maupun Usaba Dalem, setiap keluarga telah bersiap memelihara kucit untuk dihaturkan sebagai babi guling. 7 k16

Komentar