nusabali

'Kami Mendengar Gemuruh dari Bawah Tanah'

  • www.nusabali.com-kami-mendengar-gemuruh-dari-bawah-tanah

Pengungsi berada di Gedung Tarung Drajat di Banjar Kesambi, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, kemarin.

DENPASAR, NusaBali

Pasca ditetapkannya status ‘Awas’ Gunung Agung, sebanyak 175 orang warga dari Banjar Kawan dan Banjar Padang Tunggal, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem, mengungsi ke Banjar Kesambi, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Minggu (24/9).

Sebelum mengungsi, masyarakat setempat yang rata-rata berada di radius 6-12 kilometer dari puncak Gunung Agung mengaku sempat mendengar suara gemuruh dari bawah permukaan tanah. Suara gemuruh ini diakui berbeda dengan saat Gunung Agung meletus pada tahun 1963. Ketika itu gemuruh terdengar pada puncak gunung. "Selain guncangan (gempa) yang makin sering terjadi dan makin keras, suara gemuruh juga kami dengar dari bawah tanah,” ujar Made Simpen, 60, ditemui di tempat pengungsian berlokasi di Gedung Tarung Drajat, Banjar Kesambi, Kesiman Kertalangu, kemarin.

Simpen mengaku takut dan curiga suara gemuruh dari bawah tanah itu karena galian C yang selama ini dikeruk semakin dalam.

Menurut Simpen, yang juga sebagai saksi mata meletusnya Gunung Agung tahun 1963, ada beberapa tanda-tanda perbedaan dari Gunung Agung saat ini dengan pada tahun 1963 silam. “Kalau dulu sebelum meletus hawa sekitar Gunung Agung sangat panas sampai radius 6 kilometer, suara gemuruh terdengar dari puncak gunung, tumbuh-tumbuhan semua layu dan hewan-hewan pada turun gunung,” kenangnya.

Namun sekarang kata dia, hawa pada jarak 6 kilometer masih terasa dingin bahkan tumbuh-tumbuhan masih terlihat segar. Asap juga belum terlihat jelas pada puncak gunung padahal dalam sudah status Awas.  

"Berbeda dengan tahun 1963, waktu itu saya masih umur 7 tahun, saat itu hawanya panas, tapi sekarang ini berbeda, kami sekarang melihat Gunung Agung normal-normal saja. Tapi karena gempa makin sering dan tambah kuat, juga ada suara gemuruh di bawah tanah makanya kami takut dan semua mengungsi," kata Simpen.

Sementara itu, Kepala Dusun Banjar Kesambi, Kadek Kanda saat ditemui di lokasi pengungsian mengatakan, pihaknya menerima pengungsi pada Jumat malam karena ada pengungsi yang memiliki keluarga tinggal di Banjar Kesambi, Kesiman Kertalangu.

Menurut Kanda, Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara sempat meninjau pengungsi dan ingin memindahkan ke Posko Utama di Jalan Danau Tempe I, namun mereka menolak dengan alasan sudah nyaman di tempat tersebut. "Karena mereka menolak kami tidak bisa memaksakan mereka. Tempat ini akhirnya dijadikan Posko Pengungsian IV di Denpasar," ujarnya.

Sementara Plt Kepala BPBD Kota Denpasar I Made Prapta menyebut data pengungsi per Minggu (24/9) di Kota Denpasar mencapai 1.467 orang. “Kemungkinan akan bertambah lagi, karena malam ini (kemarin) sudah ada laporan masuk 50-100 pengungsi lagi,” ujarnya. *cr63

Komentar