nusabali

Pengungsi Anak-anak Disekolahkan

  • www.nusabali.com-pengungsi-anak-anak-disekolahkan

Anak-anak usia sekolah di lokasi pengungsian mendapat perhatian khusus dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng.

Disdikpora Buleleng Usulkan Perpindahan


SINGARAJA, NusaBali
Mereka akan disekolahkan di sekolah terdekat sesuai jenjang pendidikan. Rencananya mereka mulai ditampung di sekolah-sekolah terdekat Senin (25/9) hari ini. Disdikpora Buleleng juga usulkan perpindahan mereka untuk kejelasan data pokok pendidikan (Dapodik).

Jumlah anak-anak usia sekolah yang berhasil didata di lokasi pengungsian Desa Les dan Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng sebanyak 439 orang. Rinciannya sebanyak 291 orang adalah siswa SD, 102 SMP, dan 46 orang adalah anak-anak SMA/SMK. Anak-anak ini sempat terputus sekolahnya akibat diajak mengungsi oleh keluarganya akibat status Gunung Agung naik level sejak Kamis (21/9) pekan lalu.

Kepala Disdikpora Buleleng I Gede Suyasa Minggu (24/9) mengungkapkan, anak-anak usia sekolah yang berhasil didata tersebut akan disekolahkan di sekolah terdekat dengan lokasi pengungsi. Langkah ini agar anak-anak tersebut tidak ketinggalan materi pendidikan, di samping meringankan beban mental mereka.

Dikatakan, persoalan bagi anak-anak di pengungsian tidak cukup dengan mengikutkan kembal ke bangku sekolah. Namun kondisi psikis anak-anak pengungsi perlu menjadi perhatian serius akibat tekanan diajak mengungsi dan berada di tempat yang baru. Sehingga mereka dapat berinteraksi saat bersekolah di lingkungan yang baru. “Saya kira kondisi psikis anak-anak ini juga harus dipulihkan, karena mereka truma dalam situasi panik  saat evekuasi dan bertahan di pengungsian, sehingga pembelajaran berjalan dan mereka bisa berinteraksi dengan baik di sekolah baru,” jelasnya.

Terkait kelengkapan seragam, sepatu, dan buku pelajaran, Suyasa menyatakan hal itu tidak menjadi keharusan. Untuk sementara mereka akan dibantu buku agar bisa mengikuti proses belajar mengajar. “ Tidak masalah tanpa seragam, tanpa sepatu dan bahkan buku pelajaran, yang penting anak-anak tetap mendapat  pendidikannya,” kata Suyasa, birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula ini.

Disinggung daya tampung sekolah yang dijadikan tempat menerima anak-anak pengungsi? Suyasa menegaskan, dalam kondisi seperti ini semua sekolah dapat menampung mereka. Apalagi dengan kebijkan zonasi, sejatinya mereka masih bisa ditampung dengan kelebihan siswa di tiap sekolah tidak terlalu banyak. Dia mencontohkan, SDN1 Penuktukan dan SDN 7 dan 8 Tejakula masih ada bangko kosong, sehinga anak-anak ini dipastikan tertampung. Demikian juga untuk SMP dan SMA/ SMK dengan penerapan zonasi sekolah tidak ada yang kelebihan siswa, tapi justru masih memiliki sisaa bangku. “Walau ada tambahan siswa dari pengungsi ini bisa tertampung semua, karena sekarang tidak ada sekolah yang kelebihan murid setelah kebijakan zonasi berlaku,” jelasnya.

Suyasa juga mengungkapkan telah mengusulkan pemindahan mereka ke Disdikpora Pemprov Bali dan Disdikpora Karangasem. Langkah ini untuk memastikan Dapodik para siswa pengungsi karena masalah waktu pengungsian yang tidak jelas. Diperkirakan situasi mereka di pengungsian akan cukup lama. Sedangkan Desember 2017 merupakan tahap pembagian raport tengah semester bagi seluruh siswa. “Kalau nanti mereka tidak di mutasi, siapa yang tandatangani rapor mereka. Tidak mungkin guru disini tandatangan, tanpa ada Dapodik siswa yang bersangkutan. Karena itu kita sudah usulkan agar ada mutasi. Kita tidak bisa memprediksi situasi ini (pengungsian,red) sampai kapan, kalau sebulan dua bulan tidak masalah, tapi kalau lewat sampai Desember kan kasihan mereka,” ungkapnya. *k19

Komentar