nusabali

Berbunyi, Kulkul Keramat Puri Agung Klungkung

  • www.nusabali.com-berbunyi-kulkul-keramat-puri-agung-klungkung

Kulkul keramat lanang-istri (laki-laki–perempuan) di Puri Agung Klungkung berbunyi secara gaib pada Jumat (22/9) malam.

SEMARAPURA, NusaBali
Bercermin dari musibah bencana alam sebelumnya, diyakini jika kulkul itu berbunyi akan terjadi marabahaya atau musibah bencana alam. Oleh karena itu masyarakat diminta agar senantisa berdoa dan mengenakan benang tridatu pada pergelangan tangan kanan.

Kulkul keramat yang juga disebut Pajenengan itu merupakan stana Dewa Iswara. Keberadaannya sudah ada sejak zaman Kerajaan Klungkung. Diketahui kulkul tersebut berbunyi berbunyi secara gaib pada Jumat (22/9) sekitar pukul 23.00 Wita. Namun tidak sembarang orang bisa mendengar suara kulkul itu. Bunyi kulkul hanya bisa didengar oleh orang-orang tertentu saja.

Pamangku Pajenengan (Kulkul) di Puri Agung Klungkung, Jro Mangku Nyoman Sastrawan saat ditemui pada Sabtu (23/9) sore, mengakui kulkul tersebut telah berbunyi sendiri. “Sekitar pukul 23.00 Wita Ida Bhatara Pajenengan Puri Agung Klungkung bersuara gaib. Yang mendengarkan dari Puri Batan Bunut, Klungkung, Tjokorda Gde Agung dan Ketut Kuning, warga dari Kecamatan Dawan, Klungkung,” ujar Jro Mangku Sastrawan kepada NusaBali.

Warga yang mendengar bunyi kulkul itu langsung menyampakan kepada Jro Mangku Sastrawan. Kata dia, bunyi kulkul tersebut memang memiliki suara yang khas, yakni bunyinya ‘dang-dung, dang-dung’. 

Disebutkan kalau kulkul keramat itu bersuara secara niskala, diyakini sebagai pertanda akan ada bencana alam. Oleh karena itu diharapkan agar umat/krama senantiasa bersembahyang. Di samping itu sesuai Sabda Ida Bhatara Pajenengan agar mengenakan benang tridatu di pergelangan tangan kanan untuk memohon keselamatan.

Pasca-bunyi kulkul di Puri Agung Klungkung pada Sabtu kemarin puluhan warga tangkil untuk sembahyang ke Pajenengan di Puri Agung Klungkung. Krama yang sembahyang juga diberikan benang tridatu untuk diikatkan di pergelangan tangan kanan. “Sudah banyak yang tangkil untuk sembahyang,” imbuh Jro Mangku Sastrawan.

Diakui kulkul itu sebelumnya sempat berbunyi pada Januari 2017 lalu, atau beberapa hari sebelum terjadinya musibah tanah longsor di tiga desa berbeda di Kecamatan Kintamani, Bangli, hingga mengakibatkan 12 nyawa melayang dan 9 korban terluka, Jumat (10/2) dini hari.

Lebih lanjut Jro Mangku Sastrawan menjelaskan, keberadaan kulkul itu sudah ada sejak zaman kerajaan di Klungkung. Ketika terjadi perang antara Belanda dengan Raja Klungkung atau Puputan Klungkung. Pajenengan itu diselamatkan dan dipindahkan ke Pura Dalem Kresek, di lingkungan Bendul, Klungkung, yang lokasinya tidak jauh dari Puri Agung Klungkung.

Ternyata beberapa waktu kemudian terjadi musibah di keluarga Puri Agung Klungkung. Kemudian seorang keluarga puri mendengar ada pawisik supaya Pajenengan itu dikembalikan lagi ke tempatnya semula, dan hal itu dilakukan. Kulkul itu memang pantang dibunyikan dan hanya dibiarkan bersuara secara alami. “Suaranya bisa terdengar hingga ke luar Pulau Bali,” tuturnya. *wa

Komentar