nusabali

Warga di Pengungsian Mulai Didera Sakit

  • www.nusabali.com-warga-di-pengungsian-mulai-didera-sakit

Balita dan lansia di lokasi pengungsian mulai mengalami sesak napas dan batuk-batuk. Bantuan masker dan oksigen sangat diperlukan. 

SINGARAJA, NusaBali
Warga Karangasem yang mengungsi di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, sehubungnan naiknya status Gunung Agung ke level awas, mulai menunjukkan gejala sakit. Sebagian besar mengalami sesak napas dan batuk-batuk. Sementara itu, distribusi bantuan belum merata.

Total warga yang mengungsi di Desa Les telah mencapai 1.685 orang. Gejala sakit yang dialami warga pengungsi diperkirakan akibat situasi lingkungan berdebu karena cuaca panas. Sebagian besar warga terutama anak-anak alami sesak napas dan batuk-batuk. Pos pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian menerima warga yang mengecek kesehatan sampai 50 orang per hari. “Sebagian besar alami gejala batuk-batuk dan sesak napas, terutama anak-anak,” kata Koordinator Tim Medis di Pos Pelayanan Kesehatan di lokasi pengungisan Desa Les, Bidan Inti Indah.  

Bidan Inti Indah mengaku, kondisi kesehatan warga di pengungisan Desa Les masih bisa ditangani dengan pelayanan kesehatan dan pemberian obat. Untuk saat ini stok obat bagi warga pengungsi masih cukup tersedia. Namun pihaknya berharap ada bantuan masker untuk warga pengungsi, karena akibat cuaca panas debu cukup banyak. “Stok masker masih kurang. Kalau bisa ada bantuan masker untuk para korban. Kalau obat saya rasa masih tersedia,” katanya.

Sementara itu, petugas medis di Pos Pelayanan Kesehatan juga merujuk seorang ibu yang tengah hamil tua ke RSUD Buleleng, Sabtu siang sekitar pukul 11.30 Wita. Ibu yang tengah hamil tua bernama Ni Wayan Tangkih, 36, asal Dusun Perasan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, ini terpaksa dirujuk karena khawatir air ketubannya pecah. Kekhawatiran ini lantaran usia kehamilan Tangkih sudah melewati perkiraan melahirkan. Semestinya proses persalinan sudah terjadi pada 3 September 2017 lalu, namun sejak Kamis (21/9) berada di pengungsian hingga kemarin belum ada tanda-tanda kelahiran. “Tadi (kemarin) siang kami rujuk. Kami khawatir air ketubannya pecah di dalam. Kalau itu terjadi sangat membahayakan bayi yang dikandungnya. Nah proses itu bisa diketahui dengan USG, jadi kami rujuk ke RSUD Buleleng,” ungkap Bidan Inti Indah.

Di tenda Pos Pelayanan Kesehatan juga terlihat Nengah Minggu, 45, asal Dusun Kayu Aya, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, yang dirawat karena alami kelumpuhan akibat terjatuh saat naik pohon aren, 11 tahun silam. Nengah Minggu terpaksa diajak mengungsi oleh keluarganya karena bencana alam ini. 

Data sementara Sabtu siang, jumlah warga dari beberapa desa di belahan Utara Karangasem yang mengungsi ke Buleleng mencapai 5.781 orang. Diperkirakan jumlah warga yang mengungsi akan terus bertambah, karena arus pengungisan dari wilayah Karangasem masih terus terjadi.

Sementara itu di Kabupaten Klungkung, karena kondisi di posko pengungsian cukup krodit, puluhan pengungsi menderita sakit dan harus dirujuk ke RSUD Klungkung. Hingga pukul 18.00 Wita kemarin, tercatat 27 pasein dirawat di RSUD Klungkung, di antaranya 26 pasein rawat inap dan 1 pasien bisa rawat jalan. “Dari 26 pasien tersebut 1 pasien kesadarannya menurun karena mengalami ganguan pernapasan, 6 bayi baru lahir, 2 ibu hamil, dan sisanya mengalami hipertensi, lelah jantung, pneumonia,” ujar Direktur RSUD Klungkung dr Nyoman Kesuma kepada NusaBali.

Kata dia, kebanyakan pasien yang dirawat di RSUD para lansia, mereka rata-rata sudah membawa sakit bawaan karena faktor usia. Ditambah di lokasi pengungsian krodit dan banyak yang dipikirkan, sehingga mereka menjadi stres dan mengalami sesak napas. Bahkan pihak RS kewalahan untuk menyiapkan pasokan oksigen. Namun sejauh ini masih bisa diupayakan.


SELANJUTNYA . . .

Komentar