nusabali

259 Warga Sebudi Mengungsi di Candikuning

  • www.nusabali.com-259-warga-sebudi-mengungsi-di-candikuning

Pada tahun 1935 dan 1963 saat Gunung Agung meletus, warga Karangasem juga madunungan ke Desa Candikuning dan menetap sebagai warga desa.

TABANAN, NusaBali

Sebanyak 259 warga Desa Sebudi dan Desa Amerta Buwana (keduanya Kecamatan Selat), Desa Ban Kecamatan Kubu, serta Desa Kumala Kecamatan Bebandem, Karangasem pilih mengungsi ke Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Mereka berangkat dengan menumpang truk dan pick up, tiba di kawasan dingin Desa Candikuning, Rabu (20/9) dinihari. Pengungsi yang hamil dan mengajak bayi tinggal di rumah kerabat. Sementara pengungsi lainnya dikumpulkan di Balai Banjar Kembang Merta dan dibuatkan posko (tempat pedunungan).

Perbekel Desa Candikuning, Made Mudita menerangkan, sejak Gunung Agung meletuas pada tahun 1935 dan 1963, leluhur warga Karangasem banyak tinggal di Desa Candikuning. Sehingga saat status Gunung Agung jadi awas, pengungsi mendatangi keluarganya di Candikuning. Dari data sementara pengungsi berjumlah 259 orang. “Balita dan lansia ditempatkan khusus di rumah-rumah warga. Kami juga menyiapkan Posko (tempat pedunungan) di Balai Banjar Kembang Merta,” jelas Mudita, Jumat (22/9).

Mudita menegaskan, ada 3 unit bangunan di Balai Banjar Kembang Merta yang diperuntukkan bagi pengungsi. “Kami tata dengan menggunakan alat seadanya seperti karung untuk membuat dinding agar tidak dingin di malam hari,” terang Mudita. Warga diimbau membantu krama pengungsi untuk logistik karena ada di antara mereka tidak bawa uang. “Kami sudah imbau warga untuk berbagi karena sifatnya kemanusiaan,” imbuh Mudita.

Sementara Bendesa Adat Kembang Merta, I Nyomah Sukita menerangkan, warga Karangasem yang mengungsi ke Desa Candikuning sudah berdatangan sejak Selasa (19/7). Ia sudah menyiapkan Balai Banjar Kembang Merta untuk dijadikan tempat pedunungan bukan tempat pengungsian. Terkait pengungsi yang masih SD, ia akan berkoordinasi dengan SDN 3 Candikuning untuk mengikutkan siswa SD dari Karangasem bersekolah di sana. Sukita juga mengharapkan bantuan dari pemerintah berupa selimut dan alas tidur terutama untuk balita dan anak kecil. “Informasi yang kami terima, warga Karangasem masih akan terus berdatangan. Kami akan data untuk mempermudah menyalurkan bantuan,” tandas Sukita.

Warga Karangasem yang mengungsi ke rumah kerabatnya di Candikuning sebelumnya sempat dikumpulkan di Balai Banjar Kembang Merta oleh perbekel, bendesa adat, dan kepolisian. Mereka dikumpulkan untuk diberikan arahan agar selalu menjaga kesehatan.Petugas BPBD Tabanan dan Polsek Baturiti telah turun melakukan pendataan. “Kami akan terus berpatroli bersama warga dan pecalang agar tidak adanya gangguan-gangguan negatif bagi pengungsi,” tegas Kapolsek Baturiti Kompol I Nengah Semadi.

Salah seorang pengungsi, Ni Nyoman Sayang, 55, krama Banjar Telungbwana, Desa Sebudi saat ditemui di posko pedunungan menangis menceritakan dirinya dengan suami mengungsi tidak bawa uang. Tabungan sebesar Rp 30 juta di koperasi tidak bisa ditarik karena yang punya koperasi lagi keluar kota. Sementara pengungsi yang tengah hamil, Ni Ketut Nari, 22, warga Banjar Telungbuwana mengaku menumpang truk ke Tabanan. “Saya kesini berlima bersama suami, anak, dan mertua,” ujarnya. Ia menempuh perjalanan ke Tabanan dari Desa Ban selama 4 jam. Parahnya lagi, ia sedang hamil 7 bulan berdesak-desakan di dalam bus hingga merasa pusing dan mual. Pengungsi lainnya, Ni Kadek Weta, 27, mengajak bayi berumur 20 hari mengungsi ke Tabanan. Ia bersama bayinya juga berdesak-desakan di dalam truk. *d

Komentar