nusabali

Ketua Dewan Usulkan Tektekan Masuk Kalender Budaya

  • www.nusabali.com-ketua-dewan-usulkan-tektekan-masuk-kalender-budaya

Ketua DPRD Tabanan, I Ketut ‘Boping’ Suryadi membuka secara resmi Parade Tektekan Nangluk Merana Desa Pakraman Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan, Sabtu (25/3) malam.

TABANAN, NusaBali

Atraksi budaya yang telah dirintis sejak 4 tahun lalu ini dipadati penonton. Acara pembukaan dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan Tabanan IGN Supanji, Camat Kediri Made Murdika bersama seluruh perbekel se-Kediri, anggota Fraksi PDIP DPRD Tabanan Made Suarta, dan tokoh masyarakat Kediri, Nyoman Mulyadi.

Boping menegaskan komitmennya untuk mendukung kegiatan budaya yang diselenggarakan Desa Pekraman Kediri ini. Sebab, kegiatan ini menjadi salah satu implementasi ajaran Tri Sakti Bung Karno, terutama berkepribadian dalam bidang kebudayaan. Boping pun meminta Dinas Kebudayan memasukkan Parade Tektekan Nangluk Merana sebagai kalender tahunan event kebudayaan kabupaten. Sehingga, pelaksanaannya bisa berlangsung dari tahun ke tahun.

Bendesa Adat Kediri sekaligus Ketua Panitia Parade Tektekan Nangluk Merana, Anak Agung Ngurah Gede Panji Wisnu menjelaskan, tradisi tektekan telah mengakar dan diwarisi secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. “Berdasarkan keterangan para orangtua kami, tradisi ini muncul bersamaan dari gerubug atau wabah yang terjadi di Kediri. Konon, saat itu warga banyak mengalami sakit, ada yang meninggal. Sementara hasil tani gagal karena diserang hama,” tuturnya.

Untuk mengatasi gerubug tersebut, para tokoh masyarakat dan pamangku pada saat itu sepakat memohon petunjuk niskala dengan melakukan persembahyangan di Pura Puseh. “Para tetua kami mendapatkan petunjuk bahwa gerubug hanya bisa dihilangkan dengan bunyi-bunyian. Sejak saat itu masyarakat Kediri turun keliling desa membunyikan tektekan. Setelah beberapa hari dilaksanakan ada keajaiban segala wabah hilang,” imbuhnya.

Karena itu, sambungnya, tradisi tektekan di Kediri memiliki fungsi niskala yakni mengatasai nangluk merana. Pelaksanaannya tidak bisa diprediksi karena bergantung pada ada atau tidaknya wabah di wewidangan Desa Pekraman Kediri. Ditambahkan, tektekan ini juga memiliki fungsi sekala yakni hiburan dalam bentuk seni tabuh dan seni tari.

Panji Wisnu mengatakan, sejak tahun 2014, krama Desa Pekraman Kediri sepakat menggelar tektekan sebagai kegiatan rutin tahunan, khususnya menjelang Hari rRya Nyepi. “Bila di tempat lain, kegiatan Nyepi disambut dengan pembuatan dan parade ogoh-ogoh atau keplug-keplugan, di Desa Pakraman Kediri kami sepakat meniadakan itu dan menggantinya dengan tektekan,” tandasnya.

Dijelaskan, ritual tektekan tahun ini telah digelar sejak tanggal 17 Maret. Tektekan digelar secara maraton dari malam ke malam di seluruh wewidangan desa pekraman. Khusus parade, hari pertama, Sabtu (25/3) ada penampilan tiga banjar masing-masing Banjar Panti, Banjar Sema, dan Banjar Jagasatru. Hari kedua, Minggu (26/3) parade akan diisi atraksi dari Banjar Delod Puri, Banjar Puseh, Banjar Pande, serta Banjar Tanjung Bungkak. * k21

Komentar