nusabali

Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar Berusia 247 Tahun

  • www.nusabali.com-penyuluh-bahasa-bali-konservasi-lontar-berusia-247-tahun

Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Beraban, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Ni Made Ria Purnamiati, 27, konservasi koleksi lontar milik I Wayan Suda, 47, warga Banjar Teges, Desa Beraban, Jumat (20/1)

TABANAN, NusaBali
Suda mewarisi 27 cakep lontar yang ditulis oleh leluhurnya. Sayang, Suda tak pernah baca lontar warisan leluhur itu. Alasannya, lontar tenget (angker) tak boleh sembarangan buka dan baca lontar.

Suda memperkirakan, lontar warisan leluhurnya itu telah berumur 247 tahun. Lontar itu ditulis oleh kumpi atau buyut perempuannya. Dari 27 cakep lontar itu, isinya tentang wariga dan tata cara upacara panglukatan. “Dari dulu saya jarang mengambil bahkan tidak pernah merawat. Hari ini saya memberanikan diri mengambil dan membiarkan lontar dirawat oleh Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Beraban,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Banjar Teges, Jumat (20/1).

Suda menambahkan, lontar-lontar itu jarang dibaca. “Lontar in ditulis oleh kumpi. Saya mewarisanya dan merawatnya hari ini atas bantuan Penyuluh Bahasa Bali agar tetap bagus,” ungkapnya. Ia pun menyambut baik Penyuluh Bahasa Bali yang turun merawat lontar dan mengajarkan warga baca lontar. “Punya lontar tapi belum tentu bisa membacanya. Adanya Penyuluh Bahasa Bali kita jadi tahu isi lontar itu,” imbuh Suda.

Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Beraban, Ni Made Ria Purnamiati sudah dua kali melakukan konservasi lontar di rumah Suda. “Identifikasi lontar ke rumah warga sudah sejak tahun 2016. Konservasinya dimulai tahun 2017,” ujar penyuluh asal Banjar Bale Agung, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur ini. Dalam konservasi, Penyuluh melakukan perawatan berupa membersihkan lontar agar tulisannya jadi jelas dibaca dan keawetan lontar bisa dipertahankan. Lontar mudah rusak dimakan rayap. “Kita bersihkan pakai tumbukan kemiri yang dibakar, minyak daun sereh dicampur alkohol 96 persen,” terang Ria.

Dikatakan, konservasi lontar merupakan program yang dibiayai Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Selama identifikasi ataupun konservasi, banyak lontar milik warga yang sudah rusak dimakan rayap, ada pula yang masih utuh. “Ada juga yang tidak diizinkan disentuh pemiliknya dengan alasan tenget,” jelas Ria, Penyuluh Bahasa Bali alumnus IHDN Denpasar ini. * d

Komentar