nusabali

Nelayan Jembrana Paceklik Ikan

  • www.nusabali.com-nelayan-jembrana-paceklik-ikan

Tangkapan ikan pada tahun 2016 mencapai 7.030 ton. Menurun drastis dibanding tangkapan ikan selama tahun 2015 yang tembus 17.000 ton.

NEGARA, NusaBali

Balai Peneliti dan Observasi Laut (BPOL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berlokasi di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, agendakan penelitian untuk mengetahui penyebab paceklik ikan di Jembrana. Penelitian ini dilakukan setelah setahun lebih tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan turun drastis.

Informasi dari Tempat Penimbangan Ikan (TPI) PNN Pengambengan pada tahun 2016 tangkapan ikan mencapai 7.030 ton. Menurun drastis dibanding tangkapan ikan selama tahun 2015 yang tembus 17.000 ton. “Hingga awal tahun 2017, hasil tangkapan ikan masih lesu. Tidak ada nelayan melaut karena merugi,” ujar Kepala Seksi Tata Kelola dan Pelayanan Usaha PPN Pengambengan pada Dinas Perhubungan Kelautan dan Perikanan (PKP) Jembrana, Bagus Sudananjaya, Kamis (19/1).

Kepala BPOL KKP di Desa Perancak, I Nyoman Radiarta, mengatakan, paceklik ikan terdeteksi melalui satelit di kantornya. Termasuk paceklik ikan Lemuru (Pelagis) yang jadi andalan tangkapan nelayan di seputaran perairan Selat Bali. Paceklik ikan ini diperkirakan terjadi sampai bulan Maret depan. Dikatakan, tangkapan ikan menurun akibat banyak faktor. Salah satunya, perkiraan fenomena El Nino pada pertengahan tahun 2015 hingga tahun 2016. Kondisi panas itu menyebabkan suhu air di perairan menjadi hangat. “Sehingga ikan Lemuru kemungkinan bergerak lebih ke bawah dan tidak terjangkau alat tangkap nelayan,” duga Radiarta.

Kemungkinan lainnya, sambung Radiarta, ikan Lemuru telah bermigrasi. Namun ia belum yakin dengan berbagai kemungkinan itu karena tidak mendapat laporan langsung dari nelayan mengenai tangkapan ikan Lemuru maupun ikan tangkapan lainnya. “Itu semua masih asumsi. Untuk lebih memastikan penyebab paceklik ikan ini, kami akan melaksanakan penelitian di tahun 20017 ini dengan fokus kondisi perairan di Selat Bali. Mudah-mudahan, ada jawaban paceklik ikan dan solusinya,” ujar Radiarta.

Penelitian ini akan dilangsungkan empat kali menyesuaikan kondisi cuaca angin di lautan. Di antaranya ketika memasuki musim peralihan angin barat (Desember hingga Februari), musim angin barat (Maret-Mei), musim peralihan angin timur (Juni-Agustus), dan musim angin timur (September-November). Dalam penelitian ini, juga akan dikaji melalui tiga bidang pakar. Yakni, mengandalkan penginderaan jauh lewat satelit yang dipadukan secara oceanografi serta fisiografi. “Jadi akan menyeluruh dilihat. Seperti suhu permukaan laut, kesuburuan laut, data fisik sesuai kedalaman dipadukan dengan hasil tangkapan nelayan,” terangnya. Menurut rencana, ambil sample di PPN Pengambengan dan PPN Muncar, Kawa Timur.

Sementara nelayan yang ditemui di PPN Pengambengan mengaku pilih libur melaut. Jika dipaksakan hasilnya rugi karena tangkapan ikan tak seberapa. Selama menganggur dari kegiatan melaut, para nelayan pilih perbaiki jukung, alat tangkap, hingga jadi buruh serabutan. “Hampir setahun kami menganggur. Biasanya tangkap ikan Lemuru di perairan Selat Bali hingga ke Muncar Jawa Timur,” aku nelayan Jembrabna. * ode

Komentar