nusabali

Sebelum Diserang, Surfer AS Ngaku Lihat Hiu 2 Meter

  • www.nusabali.com-sebelum-diserang-surfer-as-ngaku-lihat-hiu-2-meter

Surfer asal Amerika Serikat, Ryan Darwin Milenar Boarman, 26, mengaku sempat melihat hiu sepanjang 2 meter saat aktivitas surfing di Pantai Balian, Banjar Pengasahan, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selamadeg Barat, Tabanan, Senin (25/4) pagi. 

Pasca Teror Hiu, Dewan Usul Bentuk Balawista

TABANAN, NusaBali
Tak lama berselang, surfer berusia 26 tahun ini langsung diserang hiu hingga terluka parah di bagian lengan kanan dan kemudian terpaksa dirujuk ke Singapura untuk menjalani perawatan.

Pengakuan Ryan Darwin ini disampaikan Wakil Direktur RS Kasih Ibu Tabanan, dr Pujariani, kepada NusaBali, Rabu (27/4). Menurut dr Pujariani, korban Ryan Darwin menceritakan kisahnya sempat melihat hiu sepanjang 2 meter saat menjalani perawatan di RS Kasih Ibu Tabanan selama dua hari, 25-26 April 2016.

"Berkali-kali pasien ini (korban Ryan Darwin) mengatakan sempat lihat hiu sepanjang 2 meter sebelum akhirnya diserang. Saya tidak bisa katakan detail. Yang jelas, luka di lengannya memang cukup dalam. Dia mengaku lihat ada hiu," jelas Pujariani di RS Kasih Ibu Tabanan, Rabu kemarin.

Hanya saja, Pujariani tidak merinci apakah Ryan Darwin memang jadi korban gigitan hiu atau bukan. Menurut Pujarini, korban Ryan Darwin menderita luka gigitan cukup ekstrem di bagian siku tangan kanannya. "Lukanya cukup parah, pasien harus dapat banyak jaritan. Tapi, detailnya tidak bisa saya katakan, karena ini atas permintaan pasien," elak Pujarini.

Korban Ryan Darwin sendiri sebelumnya tiba-tiba mengerang kesakitan bersimbah darah saat surfing di Pantai Balian, Desa Lalanglinggah, Senin pagi pukul 07.00 Wita. Ryan Darwin yang diketahui menginap di Balian Surf Camp, Desa Lalanglinggah bersama teman wanitanya asal Jerman, Rosa Averesch, 23, pagi itu turun ke pantai untuk surfing bersama kekasihnya sejak pukul 06.30 Wita.

Seorang pegawai Balian Surf Camp, I Wayan Sukadana, 58, yang sejak awal mengawasi aktivitas surfing pagi itu, kemudian mengevakuasi korban Ryan Darwin dari Pantai Balian. Selanjutnya, korban Ryan Darwin dibawa ke RS Kasih Ibu di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan yang berjarak sekitar 11 kilometar arah timur dari lokasi musibah. 

Karena lukanya cukup parah, hari itu juga surfer Amerika Serikat ini dirujuk ke RS Kasih Ibu Tabanan yang berlokasi di Kampung Kodok, Banjar Tegal Belodan, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan. Korban dirawat di Ruang VIP B Nomor 302. Namun, Selasa (27/4) malam sekitar pukul 22.00 Wita, korban Ryan Darwin dirujuk ke Singapura atas permintaan yang bersangkutan.

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Tabanan, I Made Subagia, menyatalan tidak tahu persis apakah memang ada hiu atau tidak di Pantai Balian dan sekitarnya. Menurut Subagia, sejauh ini pihaknya juga belum pernah mendengar ada hiu di pantai lainnya. Yang dia tahu, hanya sebatas gelombang tinggi. Kalau ancaman serangan hiu, belum pernah muncul dalam rapat-rakat koordinasi.

Meski demikian, kata Subagia, pihaknya tetap mengimbau para nelayan di sepanjang pantai lokasi surfing untuk berhati-hati. “Kami hanya sebatas memberikan imbauan agar nelayan berhati-hati,” ujar Subagia saat dikonfirmasi NusaBali di Tabanan, Rabu kemarin.

Di sisi lain, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede (IKG) Sanjaya usul agar pengelola pantai pasang bendera merah tanda bahaya. Masalahnya, kawasan pantai di Tabanan ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Wabup Sanjaya mengaku terkejut juga dengan pemberitaan wisatawan terserang hiu di Pantai Balian.

“Pengelola pantai dan pengelola surfing harus betul-betul menjaga tamunya, karena ini menyangkut nyawa orang,” pesan Sanjaya saat dihubungi terpisah di Tabanan, Rabu kemarin. Menurut Sanjaya, paling sederhana dan langkah cepat pengelola mulai pasang bendera merah di tepi pantai, sebagai tanda bahaya. Sanjaya menegaskan, musibah dugaan serangan hiu harus segera disikapi untuk menghindari jangan sampai wisatawan kampanye negatif bahwa pantai di Tabanan berbahaya untuk dikunjungi.

Sedangkan anggota Fraksi PDIP DPRD Tabanan yang notabene mantan petugas Balawista (Badan Penyelamat Wisata) di Pantai Kuta, I Gusti Komang Wastana, menyatakan harus segera dibentuk Balawista. Untuk tahap awal, Balawista diprioritaskan di pantai-pantai yang ada vila dan hotelnya, karena menyangkut masalah biaya. 

Menurut IGK Wastana, para pengelola vila dan hotel pun nantinya harus ikut urunan dana untuk menggaji petugas Balawista. Alasannya, mereka yang paling berkepentingan dengan keamanan wisatawan karena menginap di hotel atau vila yang dikelolanya. “Balawista perlu dibentuk agar wisatawan merasa nyaman berkunjung di pantai,” ujar Wastana yang juga Ketua PAC PDIP Kerambitan.

Pemikiran hampir senada disampaikan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Tabanan, I Wayan Adnyana. Menurut Adnyana, karena surfer diduga tergigit hiu mencerminkan lemahnya peranan pengawas pantai. Disbudpar Tabanan sendiri telah berkoordinasi dengan Pemprov Bali untuk bentukan penjaga pantai di daerahnya. “Dengan kasus surfer Amerika Serikat ini, kita harapkan pengelola objek wisata tergugah mempercepat pembentukan Balawista,” kata Adnyana. 

Adnyana menyebutkan, pantai-pantai di Tabanan yang ramai dikunjungi wisatawan umum maupun surfer adalah Pantai Tanah Lot (di Desa Beraban, Kecamatan Kediri), Pantai Kedungu (Desa Belalang, Kecamatan Kediri), Pantai Yeh Gangga (Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan), Pantai Kelating (Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan), Pantai Kelecung (Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur), Pantai Soka (Desa Antap, Kecamatan Selemadeg), dan Pantai Balian (Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat). 7 cr61,k21

Komentar