nusabali

Pilih Ngiring Jadi Pamangku Setelah Hidupnya Morat-marit

  • www.nusabali.com-pilih-ngiring-jadi-pamangku-setelah-hidupnya-morat-marit

Karena jatuh miskin pasca jadi terpidana kasus korupsi dana APBD, Nyoman Sudarmaja Duniaji kini terpaksa berobat dengan layanan JKBM dan dapat perawatan Kelas III di rumah sakit.

Balada Nyoman Sudarmaja Duniaji, Mantan Ketua DPRD Buleleng 1999-2004

Kehidupan seseorang tidak ubahnya seperti roda pedati, yang terkadang berada di atas, ada kalanya di bawah. Ini pula terjadi dalam kehidupan Nyoman Sudarmaja Duniaji, 61, mantan Ketua DPRD Buleleng 1999-2004. Tokoh asal Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Buleleng ini pilih ngayah jadi pamangku pura, setelah hidupnya morat-marit dan jatuh miskin.

Balada Nyoman Sudarmaja Duniaji memang membuat banyak orang trenyuh. Dia pernah menjadi orang penting di wilayah Bali Utara dalam kapasitasanya sebagai Ketua DPC PDI Buleleng, Ketua DPC PDIP Buleleng, lalu Ketua DPRD Buleleng 1999-2004 dari Fraksi PDIP, hingga maju sebagai Calon Bupati Buleleng di Pilkada 2002. Waktu itu, ke mana pun kakinya melangkah, Sudarmaja selalu diatur protokoler dan didampingi para ajudan, sekaligus sekretaris pribadi.

Namun, kehidupan Sudarmaja berubah 180 derajat setelah turun tahta dari kursi Kedua Dewan dan sempat kalah di Pilkada Buleleng 2002. Bahkan, kehidupan Sudarmaja kemudian morat marit dan jatuh miskin, terlebih setelah sempat jadi terpidana kasus korupsi APBD selaku mantan Ketua DPRD Buleleng 1999-2004. 

Saat ini, Sudarmaja dalam kondisi sakit stroke. Karena tak lagi punya harta pasca jatuh miskin, sang mantan Ketua Dewan kini terpaksa memakai Kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) untuk biaya berobat. Sudarmaja kini tinggal di kampung halamannya, Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, karena dua rumahnya di Kota Singaraja telah dijual. Sudarmaja pun mulai tekuni spiritual menjadi seorang pamangku di salah satu pura keluarga. 

Kisah kehidupan Sudarmaja ini berawal dari ketertarikannya terjun ke dunia politik tahun 1980-an. Kala itu, dia pilih gabung di PDI (sebelum berubah jadi PDIP tahun 1999). Pilihannya itu dilandasi simpati, karena PDI di wilayah Seririt selalu ditekan oleh penguasa. Saat putuskan terjun gabung PDI, Sudarmaja baru pulang kampung setelah tamat S1 Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan (STIK) Denpasar, yang kini menjadi Undiknas.
Begitu pulang kampung, Sudarmaja membuka usaha percetakan kecil-kecilan di rumahnya, sambil bekerja di Yayasan TP 45 Singaraja, sebagai pengawas keuangan. Nah, kariernya langsung menanjak di mana Sudarjama ditunjuk menjabat Kepala Sekolah (Kasek) SMA TP 45 Seririt. 

Setelah cukup lama berada di kampung, Sudarmaja mulai tertarik terjun ke politik karena ingin mengetahui dunia politik. Apalagi, PDI di wilayah Seririt kala itu sedang mengalami tekanan politik dari penguasa. Akhirnya, pada 1989 Sudarmaja ditunjuk menjadi Ketua PAC PDI Seririt. 

Begitu ditunjuk sebagai Ketua PAC PDI Seririt, Sudarmaja mulai fokus di kancah perpolitikan hingga meninggalkan jabatannya di Yayasan Pendidikan TP 45. Setelah terjun ke dunia politik, tekanan-tekanan terus dirasakan Sudarmaja. “Begitu dilantik, banyak teman saya yang rumahnya dihancurkan. Demikian pula rumah saya. Puncaknya di tahun 1990-an, rumah saya dirusak dan dijarah. Kedoknya perampokan,” kenang Sudarmaja saat ditemui NusaBali di rumahnya kawasan Desa Bubunan, Jumat (5/2) siang.

Sudarmaja mengisahkan, dirinya sempat nyaris tewas karena ditebas golok di bagian kening oleh kawanan perampok yang merampas semua harta bendanya saat tengah malam. Satu karyawan percetakan yang dia pekerjakan juga ikut ditebas perampok, karena coba melawan. 

“Tekanan waktu itu benar-benar pahit. Saya pun berpura-pura mati waktu itu, karena saya memikirkan keluarga. Istri sedang hambil 6 bulan saat itu. Semua harta saya diambil, kawanan bersenjata golok itu hanya mencari saya. Kalau tidak pura-pura mati, saya mungkin sudah mati beneran. Sekarang tebasan di dahi masih membekas, karena dapat 15 jaritan,” tutur ayah 5 anak dari pernikahannya dengan Luh Partini ini.

Peristiwa mengerikan itu ternyata tidak membuat Sudarmaja kapok menggeluti politik. Meski keluarganya sudah meminta Sudarmaja mundur dari perpolitikan saat mengetahui kejadian tersebut, dia tetap bertahan. Sudarmaja tetap berjalan dengan idealismenya, sampai akhirnya dia terpilih menjadi Wakil Ketua DPC PDI Buleleng tahun 1993. 

Selanjutnya...

Komentar