nusabali

Gelung Kori Pura Langon Mendadak Ambruk

  • www.nusabali.com-gelung-kori-pura-langon-mendadak-ambruk

Gelung Kori (pintu utama) setinggi 5 meter di Pura Langon, Banjar Pasdalem, Kelurahan Gianyar mendadak ambruk, Sabtu (20/1) sore pukul 17.00 Wita, diduga karena keropos akibat termakan usia.

GIANYAR, NusaBali

Gelung Kori yang diperkirakan dibangun tahun 1917 ini ambruk menimpa Bale Patok di Pura Langon. Tidak ada korban jiwa maupun terluka akibat ambruknya Gelung Kori di Pura Langon, karena saat kejadian sopre itu, suasana di lokasi sedang sepi aktrivitas. Tapi, gara-gara tertimpa ambruknya Gelung Kori berusia 101 tahun ke arah utara, Bale Patok berukuran 3 meter x 3 meter juga roboh hingga rata dengan tanah. Antara Gelung Kori dan Bale Patok hanya berjarak sekitar 2,5 meter.

Menurut Pangemong Pura Langon, Dewa Mangku Langon, Gelung Kori di Pura Langon ambruk setelah diguyur hujan lebat berjam-jam. “Sebelum Gelung Kori ambruk, ada hujan lebat sejak Jumat (19/1) malam pukul 22.00 Wita. Begitu hujan reda Sabtu sore, Gelung Kori malah ambruk,” ungkap Dewa Mangku Langon saat ditemui NusaBali di kediamnnya di Banjar Pasdalem, Kota Gianyar, Senin (22/1).

Dewa Mangku Langon menyebutkan, pondasi Gelung Kori Pura Langon memang sudah sejak lama rapuh di sisi utara. Itu sebabnya, Gelung Kori ini tidak pernah lagi dibuka sejak beberapa tahun terakhir, karena ditakutkan roboh. Rencana semula, renovasi Pura Langon yang diempon Puri Agung Gianyar ini sudah diwacanakan sejak lama. Namun, hingga awal tahun 2018 ini tak kunjung ada perbaikan.

“Informasinya memang akan ada renovasi. Tapi, saya sendiri tidak tahu kapan. Karena dari pihak Puri Gianyar yang menangani itu,” jelas Dewa Mangku Langon. Dia juga menyebutkan, petugas Dinas PUPR Gianyar sudah langsung melakukan pembersihan puing reruntuhan Gelung Kori. “Sampai sekarang masih dibersihkan, karena meterialnya cukup banyak,” katanya.

Menurut Dewa Mangku Langon, selain Puri Agung Gianyar, Pura Langon juga diempon sekitar 50 KK krama dari tiga banjar di Kelurahan Gianyar, yakni Banjar Pasdalem, Banjar Sengguan, dan Banjar Tegal Tugu, serta Kelurahan Beng. “Kami pengempon selaku pengayah. Segala biaya untuk pura ini ditanggung dari pihak puri,” bebernya.

Disebutkan, karya pujawali Pura Langon dilaknasdakan 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Anggara Kasih Tambir. Berdasarkan cerita para tetua, Pura Langon awalnya merupakan Pura Ibu (Paibon). “Hanya mereka yang telah dinobatkan sebagai raja saja yang melinggih di Pura Langon,” papar Dewa Mangku Langon.

Hal itu dapat dilihat dari jumlah palinggih utama yang ada dalam Pura Langon, yakni 6 unit. Hingga 22 Desember 1896, telah dinobatkan 8 raja di Gianyar. Raja terakhir adalah Dewa Gde Raka (Dewa Manggis VIII). “Dalam pura ini berstana Raja Gianyar ke-2, 3, 4, 5, 7, dan 8. Sedangkan Raja Gianyar ke-1 dan 6 berstana di Pura Penataran Agung Beng,” jelasnya.

Dulunya, kata Dewa Mangku Langon, Kerajaan Gianyar terpusat di Kelurahan Beng. Karena suatu hal, terjadi pemekaran sekitar 200 meter ke arah selatan. Lalu, puri ini disebut Griya Anyar yang lama-lama menjadi Puri Gianyar.

Pura Langon sendiri pernah mengalami kerusakan parah hingga seluruhnya rata dengan tanah sekitar tahun 1917. “Waktu itu, terjadi gempa besar. Semua bangunan roboh hingga rata dengan tanah. Setelah itu, pura direhab total. Setahu saya, tidak pernah ada lagi renovasi total sejak tahun 2017,” katanya. * nvi

Komentar