nusabali

Setahun, 1.043 Lontar Teridentifikasi di Buleleng

  • www.nusabali.com-setahun-1043-lontar-teridentifikasi-di-buleleng

Lontar Usana Bali dan Babad Gumi Hanya Ditemukan di Buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Dalam setahun, 1.043 cakep lontar berhasil diidentifikasi dan dikonservasi Penyuluh Bahasa Bali di Buleleng. Jumlah ini cukup fantastis, kerena jauh meningkat dibanding tahun 2016 yang hanya teridentifikasi 611 cakep lontar.

Dari 1.043 cakep lontar yang diidentifikasi dan dikonservasi di Buleleng tahun 2017 ini, sebanyak 858 cakep di antaranya berhasil diidentifikasi, sementara 185 cakep lontar lainnya berhasil dikonservasi Penyuluh Bahasa Bali. Ribuan cakep lontar ini tersebar di sejumlah kecamatan se-Buleleng.

Rinciannya, 326 cakep lontar di wilayah Kecamatan Buleleng, 317 cakep lontar di Kecamatan Sukasada, sebanyak 113 cakep lontar di wilayah Kecamatan Banjar, 100 cakep lontar di Kecamatan Sawan, 81 cakep lontar di Kecamatan Seririt, 80 cakep lontar di Kecamatan Busungbiu, 6 cakep lontar di Kecamatan Kubutambahan.

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, Nyoman Suka Ardiyasa, mengatakan dengan semakin banyaknya jumlah cakep lontar yang sudah teridentifikasi, menandakan bahwa krama Bali khususnya di Buleleng mulai terbuka untuk merawat dan membaca lontarnya. Menurut Suka Ardiyasa, sebagian besar cakep lontar yang diproses identifikasi ini awalnya ditemukan dalam keadaan rusak, karena tidak terawat dan tersentuh.

“Ini masih sebagian kecil saja, baru pindah dari griya satu ke griya yang lainnya. Contoh, awalnya dalam pemetaan di tahun 2016, hanya terdata 10 cakep lontar saja. Namun, setelah dilakukan diidentifikasi tahun 2017 ini, ditemukan 100-an cakep lontar. Ini ibarat gunung es, semakin digali, semakin bertambah jumlahnya,” ujar Suka Ardiyasa saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Selasa (26/12).

Suka Arjaya memperkirakan masih ada ribuan cakep lontar yang belum dikeluarkan krama Buleleng untuk diidentiufikasi dan dikonservasi. Pihaknya akan terus berupaya mengidentifikasi dan konservasi lontar tersebut.

Dalam 2 tahun perjalanannya, kata Suka Ardiyasa, Penyuluh Bahasa Bali terus menggali kekayaan yang tertuang dalam lontar-lontar yang tersebar di masyarakat. Sebagian lontar sudah terkonservasi, terutama lontar-lontar yang dianggap penting dan tidak ditemukan di perpustakaan maupun di Gedong Kirtya Singaraja, sekalipun. “Tujuan utama melakukan indetifikasi dan konservasi ini adalah upaya penyela-matan dini terhadap lontar-lontar yang kondisnya rusak,” katanya.

Suka Ardiyasa menyebutkan, setelah program identifikasi dna konservasi lontar di tahun 2017, Penyuluh Bahasa Bali nantinya akan menindaklanjuti kembali program serupa di tahun 2018. Penyuluh Bahasa Bali berencana menterjemahkan sejumlah lontar yang dianggap unik dan penting, sehingga ke depannya dapat terdokumentasi dan tetap hidup sebagai warisan budaya Bali.

Menurut Suka Ardiyasa, di Buleleng saja ada 5 cakep lontar unik dan penting yang rencananya akan diterjemahkan. Rinciannya, Lontar Usada Bekung, Lontar Aji Saraswati, Lontar Aksara Wyanjana, Lontar Mpu Lutuk, dan Lontar Mpu Roma Sinungsung.

Sementara itu, Koordinator Bidang Konservasi Lontar Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, Ida Bagus Ari Wijaya, mengatakan Buleleng menyimpan banyak lontar penting yang berkontribusi bagi peradaban Bali. Mulai dari lontar yang berkaitan dengan Gunung Agung hingga Lontar Usada, yang hanya ditemuai di wilayah Buleleng. “Bahkan, naskah lontar itu tidak ditemukan di Gedong Kirtya Singaraja, Pusdok, dan tempat lainnya,” jelas Ari Wijaya.

Ari Wijaya mencontohkan Lontar Usana Bali dan Lontar Babad Gumi, yang hanya ditemukan di Buleleng. Kedua cakep lontar ini menceritakan Bali dalam kurun waktu Tahun 10 Masehi ke atas. Bahkan, catatan-catatan gempa, erupsi Gunung Agung juga ditulis dalam Lontar Usana Bali. Ditemukan pula lontar-lontar dengan bahasan khusus, seperti Lontar Lelanang, yang isinya tentang memperbesar dan memperpanjang alat vital, serta mengobati penyakit laki-laki lainnya.

Bahkan, ada juga lontar sandingannya, yakni Lontar Pangrapet, yang isinya tentang cara membuat organ intim perempuan terasa seperti perawan kembali. Sedangkan usada China yaitu penggabungan pengobatan China dengan pengobatan Bali, juga tertulis dalam naskah lontar.

“Sudah saatnya kembali ke alam, membiarkan diri dirawat dan disembuhkan oleh alam. Sebab, alam memiliki rahasia yang pelan-pelan terungkap saat waktu mengizinkan manusia kembali kepada kesadarannya,” terang Ari Wijaya.

Sementara, peneliti dan ahli lontar, Sugi Lanus, mengatakan bangga akan kinerja Penyuluh Bahasa Bali. Gerakan pemetaan lontar yang dilakukan Penyuluh Bahasa Bali mulai dari identifikasi hingga konservasi, merupakan gerakan nyata dalam upaya penyelamatan naskah lontar yang ada di Bali.

Sugi Lanus pun berharap lontar jangan hanya dijadikan barang pusaka saja, apalagi di-tenget-tenget-kan secara berlebihan, sehingga akhirnya hancur dimakan ngetnget. “Ke depannya, bagaimana masyarakat lebih bijak untuk merawat dan mengetahui isi lontar yang mereka punya, sehingga lontar dapat bermanfaat untuk panyungsungnya dan masyarakat banyak,” ujar Sugi Lanus saat acara diskusi budaya ‘Pe-metaan Lontar di Kabupaten Buleleng’ yang digelar di Puri Seni Sasana Budaya Singaraja, Sabtu (23/12) lalu. *k23

Komentar