nusabali

Keluarga Minta Tanggung Jawab Sekolah

  • www.nusabali.com-keluarga-minta-tanggung-jawab-sekolah

Orangtua dua siswi SMK Kesehatan Widarba Sukasada yang tewas tenggelam di Air Terjun Tembok Barak, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Senin (11/12) pagi), sangat terpukul dengan kematian putri tercintanya.

SINGARAJA, NusaBali
Mereka pun minta pertanggungjawaban pihak sekolah atas kematian tragis Kadek Dwi Asmarani, 17, dan Luh Devi Cahyani, 17. Karena kematian tragis putrinya, ayah dari korban Kadek Dwi Asmarani, yakni Gede Ada, 40, asal Banjar Pasut Katiasa, Desa Pegadungan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Senin kemarin datang ke Ruang Jenazah RSUD Buleleng di Singaraja. Gede Ada mengaku sangat sedih dan shock menenerima kabar duka kematian putrinya.

Menurut Gede Ada, dia mengetahui kabar duka kematian putrinya dari Kepala Dusun (Kadus) Pasut Katiasa. Dia pun meluncur ke RSUD Buleleng. Setibanya di rumah sakit, dia kecewe karena tak ada satu pun dari pihak sekolah menunggui jenazah putrinya. “Saya kecewa, pihak sekolah kok tidak ada satu pun di sini (RSUD Buleleng). Bahkan, saya tahu kejadian dari Kadus, bukan oleh sekolah,” sesal Gede Ada. “Saya akan tuntut pertanggungjawaban pihak sekolah yang lalai melakukan pengawasan kepada anak didiknya,” lanjut Gede Ada.

Korban Kadek Dwi Asmarani sendiri merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Gede Ada, 40, dan Made Resi, 38. Sejak memutuskan bersekolah di SMK Kesehatan Widarba, Dwi Asmarani jarang bertemu orangtuanya di kampung, karena harus tinggal di asrama sekolah. Menurut Gede Ada, dirinya baru ketemu putrinya saat mengantarkan bekal ke sekolah. Komunikasi pun cukup sulit dilakukan, karena para siswa SMK Kesehatan dilarang membawa HP.

Selaku orangtua, Gede Ada mengaku sangat terpukul dengan kejadian maut yang menimpa putrinya ini. Gede Ada mengaku terakhir kali bertemu putrinya ini seminggu lalu. “Saat itu, saya bawakan bekal dan juga kangen ketemu anak. Sebelumnya tidak ada firasat atau mimpi buruk, semuanya tenang,” katanya.

Menurut Gede Ada, dirinya curiga saat Kadus di kampungnya menelepon dan mengatakan anaknya sedang di rumah sakit, Senin kemarin. Kecurigaan itu muncul karena yang menginfokan pertama bukan dari pihak sekolah.

Kekecewaan serupa juga menimpa ibunda korban Luh Devi Cahyani, Komang Suryani, 35, asal Banjar Yeh Mas, Desa Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak Buleleng. Komang Suryani bersama anak dan keponakannya kemarin buru-buru ke SMK Kesehatan Widarba setelah mendapat kabar dari suaminya, Kadek Suarsana, 35, yang mengaku ditelepon pihak sekolah agar segera datang.

Namun, kata Suryani, setibanya di sekolah, dia tidak mendapat kejelasan. Dia hanya diberitahu bahwa  putri sulungnya, Devi Cahyani, sedang berada di RSUD Buleleng. Pihak sekolah menyuruh Suryani untuk datang ke Polsek Sukasada terlebih dulu sebelum menuju RS. “Saya baru tahu apa yang terjadi saat tiba di Polsek Sukasada. Katanya, anak saya sudah di Ruang Jenazah RSUD Buleleng,” sesal Suryani sambil menahan tangis.

Suryani mengaku sangat terkejut dengan kematian tragis putri sulungnya. Padahal, Devi Cahyani sudah berencana pulang kampung, 21 Desember 2017 mendatang, untuk merayakan ulang tahunnya. Namun, Devi Cahyani keburu tewas tenggelam di air terjun sebelum merayakan Ultah ke-17.

Menurut Suryani, sepekan sebelum peristiwa maut yang merenggut nyawa Devi Cahyani, dirinya sempat bermimpi buruk. Dalam mimpinya, Suryani bersembahyang di Pura Prajapati. Ternyata, ini firasat buruk akan kematian tragis putri tercintanya.  “Terakhir, Devi telepon ke rumah seminggu lalu, tapi dia tidak bilang kalau hari ini (kemarin) ada kegiatan begini (trekking ke air terjun). Saya masih tidak percaya,” keluh Suryani. *k23

Komentar