nusabali

Jalan Penghubung Dua Banjar Jebol

  • www.nusabali.com-jalan-penghubung-dua-banjar-jebol

Jalan penghubung Banjar Pegubugan dengan Banjar Bambang Biuang di Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem jebol, Minggu (10/2).

AMLAPURA, NusaBali

Jalan penghubung dua banjar di Desa Duda ini jebol sepanjang 10 meter dan lebar  7 meter ini akibat diterjang banjir sejak Selasa (28/11). Beruntung masih ada jalan pintas sehingga kedua banjar bertetangga ini tidak terisolir.

Jalan penghubung Banjar Pegubugan menuju Banjar Bambang Biaung sepanjang 1,3 kilometer ini awalnya adalah alur Sungai Panti. Selanjutnya alur sungai ini diaspal untuk dijadikan jalan. Setelah berubah jadi jalan, Sungai Panti tidak ada lagi. Menyusul hujan intensitas tinggi terjadi sejak Selasa (28/11), maka jalan tersebut dikepung banjir bercampur material lahar dan abu hingga menjebol jalan tersebut sepanjang 10 meter. Lokasi jebol di utara Tunon (kuburan kaum brahmana) atau selatan setra Banjar Adat Pegubugan.

Sebagian material banjir menyusuri jalan raya hingga tembus jalan provinsi depan SMAN Selat, sebagian berbelok ke lahan sawah, hingga terbentuk alur sungai yang baru. “Sebenarnya dari setra Banjar Adat Pegubugan menuju Banjar Bambang Biuang tidak ada alur sungai lagi. Telah berubah jadi jalan, makanya material banjir menjalar ke mana-mana,” jelas Kelian Banjar Pegubugan, I Komang Dana.

Komang Dana sempat menormalisasi Sungai Panti mulai dari Banjar Geriana Kauh, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, menuju banjar Pegubugan sepanjang 500 meter, dengan kedalaman 2 meter. Baru dikerjakan 200 meter, kembali ditimbun banjir. Warga Banjar Pegubugan I Wayan Darma menyayangkan, sisa alur sungai dikavling hingga berubah jadi selokan. Sehingga saat banjir datang, materialnya meluber ke sawah, pemukiman dan tegalan. “Jadinya banjir itu memunculkan alur sungai baru,” kata Darma.  

Terpisah, Perbekel Desa Duda I Gusti Agung Ngurah Putra telah berkoordinasi dengan Camat Selat I Nengah Danu rencana menormalisasi alur Sungai Panti dimulai dari Jembatan Bambang Biaung yang dikavling warga. Hanya saja, warga kurang merespons. “Warga merelakan lahannya hanyut, apabila dilanda banjir, dan tidak merelakan dinormalisasi menggunakan alat berat,” jelas Ngurah Putra. *k16

Komentar