nusabali

131 Hotel di Karangasem Terpaksa Tutup

  • www.nusabali.com-131-hotel-di-karangasem-terpaksa-tutup

Tingkat hunian hotel hanya 30 persen, ITDC Nusa Dua kembali gulirkan festival lampion

Tamu Sepi karena Erupsi, Karyawan Hotel Kerja 15 Hari

AMLAPURA, NusaBali
Inilah dampak riil erupsi Gunung Agung yang kini tengah berlangsung. Sebanyak 131 hotel di Karangasem sudah tutup operasi, karena wisatawan sepi akibat terganggunya penerbangan. Meski belum terjadi PHK, namun sejumlah hotel hanya memberlakukan 15 hari kerja dalam sebulan.

Ketua PHRI Karangasem, I Wayan Tama, menyatakan berdasarkan laporan yang di-terimanya, sekitar 65 persen dari 203 hotel di Karangasem sudah tutup operasional akibat ekses erupsi Gunung Agung. Artinya, ada sekitar 131 hotel di Karangasem yang sudah stop operasional. Sedangkan sebagian hotel yang masih beroperasi disebutkan hanya melayani wisatawan untuk menghabiskan masa tinggalnya di Karangasem.

Menurut Wayan Tama, sejumlah hotel berbintang di Karangasem juga sudah tutup operasional, antara lain, Hotel Amankila (di Desa/Kecamatan Manggis) dan Hotel Alila (di Banjar Buitan, Desa/Kecamatan Manggis). "Hanya petugas kebersihan dan keamanan yang masih berjaga-jaga di hotel-hotel yang aktivitas tutup. Banyak juga hotel yang memberlakukan 15 hari kerja," ungkap Wayan Tama di Amlapura, Rabu (6/12).

Wayan Tama menyebutkan, meski hotel-hotel sudah tutup operasional, namun kar-yawannya masih tetap menerima gaji pokok untuk Desember 2017. “Namun, saya belum tahu untuk bulan Januari 2018, apakah karyawan hotel masih terima gaji atau tidak," katanya. "Syukur, sejauh ini belum ada karyawan hotel yang di-PHK," lanjut Wayan Tama.

Sementara, Chief Engineering Hotel Amankila, I Nengah Jati, membantah operasioanl hotelnya ditutup. "Siapa bilang tutup, ini buktinya masih beroperasi, hotel kami mempekerjakan 207 karyawan. Memang hari ini (Rabu) tidak ada wisatawan, tapi mulai besok (Kamis) tamu akan berdatangan," sergah Nengah Jati saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Rabu kemarin.

Menurut Nengah Jati, wisatawan yang menginap di Hotel Amankila justru merasa senang karena bisa berlibur di Karangasem sambil menyaksikan erupsi Gunung Agung. "Hanya saja, persoalannya penerbangan terkadang terganggu," keluh Nengah Jati.

Secara terpisah, Human Resources Hotel Alila, Ni Ketut Suseni, juga membantah aktivitas hotelnya dilaporkan sudah tutup. "Memang sempat tutup 26 -30 November 2017 lalu, untuk bersih-bersih menghilangkan debu vulkanik. Selanjutnya, Hotel Alila buka normal seperti biasa," beber Ketut Suseni sembari menyebut kunjungan wisatawan masih normal, dengan dilayani 110 karyawan yang dipekerjakan di Hotel Alila.

Sementara itu, tingkat hunian hotel di kawasan wisata Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung juga menurun drastis karena terganggunya penerbangan di Bandara Internasional Ngurah Rai akibat erupsi Gunung Agung. Saat ini, tingkat hunian di The Nusa Dua, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) hanya mencapai 30 persen. Ini anjlok drastis dibanding peruode yang sama (Desember) tahun 2016 lalu.

Direktur Strategi Korporasi dan Keuangan ITDC, Jatmiko K Santosa, mengatakan penurunan jumlah hunian ini tidak perlu dirisaukan, karena masih dalam batas toleransi. Namun, pihaknya berharap agar pemerintah bersama komponen pariwisata memasang strategi yang baik agar kunjungan wisatawan kembali pulih.

“Kini saatnya kita pulihkan keadaan. ITDC dalam hal ini berupaya untuk mengadakan sejumlah event. Tujuannya, untuk membangkitan gairah wisatawan yang telah sangsi dengan kondisi Gunung Agung. Harapannya, kunjungan wisatawan segera normal kembali,” jelas Jatmiko Santoso secara terpisah di Nusa Dua, Rabu kemarin.

Selain mengadakan banyak event sebagai upaya recovery, ITDC selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga berencana mendatangkan turis dari China. Namun, turis yang semula direncanakan datang awal Desember 2017 ini, memutuskan mundur seminggu. “Sangat tidak bijaksana mengundang turis ke Bali dalam situasi seperti saat ini. Namun, mari tunjukkan bahwa situasi Bali masih normal,” tegas Jatmiko.

Untuk meyakinkan calon wisatwan, kata Jatmiko, perayaan pergantian tahun 2017 pada 31 Desember nanti akan digelar di luar hotel, dengan atraksi pesta kembang api. Tahun-tahun sebelumnya, perayaan pergantuan tahun dilaksanakan di dalam hotel.

Selain itu, kata Jatmiko, untuk kedua kalinya akan digelar festival lampion di Nusa Dua selama sebulan lebih, mulai 8 Desember 2017 hingga 24 Januari 2017. Festival lampion pertama kali digelar tahun 2016 lalu, ketika targetnya hanya dikunjungi 45.000 wistaawan, namun kunjungan jauh melampaui target hingga 200.000 orang. “Sedangkan target kunjungan pestuival lampion tahun 2017 ini adalah 38.000 orang," jelas Jatmiko.

Sementara, anjloknya tingkat hunian hotel akibat erupsi Gunung Agung juga terjadi di kampung turis Kuta, Badung. Pengamat pariwisata asal Legian, Kecamatan Kuta, Nyoman Rutha Ady, mengatakan tingkat hunian kamar hotel di kampung turis periode November-Desember 2017 ini hanya berkisar 40 persen. Ini turun drastis dibanding periode yang sama tahun 2016 dengan tingkat hunian mencapai 60 persen.

Menurut Rutha Ady, pemerintah bersama-sama pemangku kepentingan pariwisata dan masyarakat perlu melakukan tindakan antisipasi terhadap penurunan kunjungan turis ke Bali. "Saatnya untuk membenahi konsep, infrastruktur, dan pengelolaan kepariwisataan Bali sebagai upaya menjaga citra Pulau Dewata tetap menjadi primadona bagi wisatawan domestik dan mancanegara," harap Rutha Ady. *k16,p

Komentar