nusabali

Limbah Sapi Numpuk di Lokasi Penampungan

  • www.nusabali.com-limbah-sapi-numpuk-di-lokasi-penampungan

Lokasi penampungan ternak milik warga pengungsi Gunung Agung, di Banjar Pengumbahan, Desa Les, Kecamatan Tejakula, mulai penuh dengan kotoran ternak.

Dikhawatiri Jadi Sumber Penyakit di Musim Hujan


SINGARAJA, NusaBali
Penumpukan kotoran itu pun dikhawatirkan dapat mengundang bakteri penyakit, jika tidak segera diangkut. Kekhawatiran itu muncul seiring musim penghujan.

Di lokasi penampungan kini terdapat sekitar 300 ekor ternak, rinciannya 285 sapi, 40 kambing, dan 22 babi. Jumlah ternak itu dimiliki sekitar 53 KK asal Banjarj Pucang dan Bonyoh, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem. Dengan jumlah ternak sebanyak itu, diperkirakan tiap hari bisa menghasilkan kotoran hingga 10 truk. “Karena kotorannya semakin banyak, kami agak kewalahan mau dibawa kemana. Takutnya ini menjadi sumber bakteri yang dapat mencemari lingkungan. Apalagi sekarang ini musim penghujan. Kalau kena air hujan, pasti becek dan muncul bau,” ungkap Koordinator penampungan ternak di Banjar Pengumbahan, Mangku Nyoman Suwetra, 43, Senin (4/12).

Menurut Mangku Suwetra, selama ini masing-masing pemilik ternak sudah membersihkan kontoran dari kandang. Pembersihan dilakukan tiap hari, pagi dan sore. Hanya saja, kotoran itu sebatas dikumpulkan di pinggir kandang, hingga menumpuk. Pemilik ternak tidak berani membuang ke tempat lain, karena lokasi penampungan sifatnya dipinjamkan. “Pemilik tiap pagi, kadang sore kotoran ternak itu dibersihkan dari kandang. Cuma hanya ditumpuk di pinggir saja, karena terlalu banyak kini terus menumpuk,” katanya.

Mangku Suwetra berharap ada alat yang dapat mengolah kotran ternak itu menjadi pupuk organic. Sehingga kotoran itu tidak menumpuk, dan pemilik ternak yang mengungsi juga punya pekerjaan termasuk bisa menjadi penghasilan, kalau pupuk yang dihasilkan bisa dijual.

“Kalau diolah menjadi pupuk organik, otomatis kami ada kegiatan, ada pendapatan tambahan.  Karena pupuk organik ini selalu laris dicari banyak orang, nilai jualnya tinggi, dibandingkan limbah padatnya yang belum diolah. Biasanya petani sangat membutuhkan pupuk organik untuk tanaman cengkih,  padi,  jagung. Makanya kami berharap agar secepatnya dibantu alat pengolahan ini, “ ujarnya.

Sementara terkait dengan pemenuhan pakan ternak, Mangku Suwetra mengaku tak ada masalah.  Sebab para peternak selama ini mencari pakan ternak ke Desa Ban. Selain itu,  kondisi rumput di desanya juga masih bagus lantaran belum terpapar abu vulkanik. “Pakan ternak tidak masalah.  Warga langsung mencari pakan di kebunnya masing-masing. Sampai saat ini kondisi rumput masih bagus, belum terkena abu vullanis,” terangnya.

Bahkan saat ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, rutin memberikan bantuan pakan ternak berupa sentrat untuk sapi-sapi milik pengungsi. Bantuan itu digelontor setiap 2 minggu sekali sebanyak 5 ton sentrat. Setiap perekor sapi dijatah 1 kilogram per hari. *k19

Komentar