nusabali

Siswa Pengungsi Tuntaskan UAS di Posko

  • www.nusabali.com-siswa-pengungsi-tuntaskan-uas-di-posko

Tinggal di posko pengungsian, tak menghalangi kewajiban para siswa menyelesaikan Ujian Akhir Semester (UAS).

GIANYAR, NusaBali

Seperti tampak pada Rabu (29/11), salah seorang siswa Kadek Adi Wiranata, serius mengerjakan soal-soal UAS. Siswa kelas VII SMPN 1 Jungutan, Kecamatan Bebandem ini mengerjakan soal sendirian. Dia tanpa diawasi guru maupun dibantu orangtua di Blok D posko itu. Kata Adi Wiranata, soal-soal UAS dititip oleh guru melalui salah satu warga yang dipercaya. Soal dikirim sekaligus, mulai pelaksanaan UAS hari pertama hingga akhir. Namun, dijawab per hari sesuai jadwal mata pelajaran.

Salah seorang warga Banjar Mumbul, Desa Jungutan, Wayan Bawa, menyatakan soal tersebut ada yang dititip oleh gurunya dan dibawakan oleh warga yang mengungsi. “Sekolah kan masih buka. Jadi ada orangtua yang ambilkan soal untuk dititip sama siswanya,” ujarnya Wayan Bawa. Bawa juga memiliki seorang putra di SMPN Jungutan dan ikut mengerjakan soal yang dititip oleh gurunya. “Kalau anak saya sudah selesai duluan, langsung dia main di luar,” jelas Bawa yang seorang buruh proyek itu.

Dia menjelaskan, walau tidak ada guru dan pengawas, para siswa yang ujian di pengungsian ini tetap mandiri. “Kami orang tuanya juga diam, tidak akan membantu dia jawab soal. Kasih otaknya bekerja,” jelas Bawa yang balik lagi ke pengungsian Sutasoma pada Senin lalu (27/11).

Gurunya juga menitipkan seluruh soal ujian mulai hari pertama hingga hari terakhir. “Nanti setelah selesai, ada warga di sini bawa motor langsung kumpulkan jawabannya ke Karangasem lagi,” ujarnya. Hal itu diakui sudah merupakan kesepakatan antara orang tua dan guru. “Mau bagaimana, begini kondisinya, kami terpaksa mengungsi,” jelas Bawa yang membawa istri dan dua orang anaknya itu.

Dijelaskan Bawa, situasi di desanya kini sudah tidak nyaman. “Bau belerang keras sekali, kami dengar suara gemuruh juga, ada juga hujan abu, kami gelisah di sana, makanya balik lagi ke pengungsian ini,” jelas Bawa. Yang membuatnya sedih, padi yang ada di desanya kini berubah menjadi hitam. “Bulir padi kena debu, kami nggak tahu, apakah itu bisa dipakai atau tidak. Kalau abunya beracun, berarti mati. Ini sebenarnya musim panen, tapi kami belum berani panen karena situasi begini,” tukasnya.

Data di Posko Sutasoma, pengsungsi di Posko Sutasoma 323 jiwa. Pengungsi di Gianyar, baik di posko maupun di pengungsian mandiri, 2.950 jiwa. Mereka tersebar di tujuh kecamatan. *nvi

Komentar