nusabali

Guru Besar Universitas Leiden Dukung Museum Lontar

  • www.nusabali.com-guru-besar-universitas-leiden-dukung-museum-lontar

Desa Pakraman Dukuh Penaban, Kecamatan/Kabupaten Karangasem mlaspas Museum Lontar pada Anggara Paing Langkir, Selasa (14/11).

AMLAPURA, NusaBali

Pembangunan Museum Lontar mendapatkan dukungan dari Guru Besar Universitas Leiden, Belanda, Prof Hedi Hizler dan sejumlah pemerhati lontar di Bali. Mlaspas Museum Lontar dipuput Pamangku Pura Kahyangan Tiga, Jro Mangku Made Natih diikuti 38 pamangku lainnya. Usai mlaspas dilanjutkan dengan acara serasehan.

Museum Lontar berupa bangunan tradisional beratap ilalang berdinding gedeg (anyaman bambu). Bangunan itu berupa Bale Sangkul Putih, Bale Sakanem, Bale Sakapat, dan wantilan. Balai-balai tersebut tempat menyimpan 151 cakep lontar milik Desa Pakraman Dukuh Penaban juga tempat pasraman pamangku se-Desa Pakraman Dukuh Penaban sebanyak 38 orang. Museum Lontar dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektare milik desa. Rencana ke depan membangun tempat hiburan, tempat rekreasi, dan kolam renang.

Bendesa Pakraman Dukuh Penaban, Jro Nengah Suarya didampingi Penyarikan I Nengah Sudana Wirawan mengatakan, museum itu bukan sekadar menyimpan lontar tetapi nantinya untuk media belajar mengenal aksara Bali, belajar menulis aksara Bali di daun lontar, dan belajar mawirama dan sebagainya. Sementara Prof Hedi Hizler yang juga Konsultan 11 museum di Leiden Belanda dan museum yang ada di Eropa sanggup menyumbang 4.000 jilid salinan lontar yang disalin ke dalam kertas untuk dibaca dan dipelajari.

Prof Hedi Hizler juga bersedia mempromosikan Museum Lontar Desa Pakraman Dukuh Penaban dan memberikan dukungan tata cara pengelolaan secara profesional. “Saya kagum dengan masyarakat Desa Dukuh Penaban, baru kali ini di dunia ada desa mendirikan museum. Paling tidak telah didukung masyarakat dan baik untuk kelangsungannya,” ujar Prof Hedi Hizler yang fasih berbahasa Bali dan membaca lontar Bali. Prof Hedi Hizler yang dosen purbakala, peneliti Jawa kuno, sansekerta, sejarah Bali dan pemerhati lontar Bali berjanji akan datang sesering mungkin. Apalagi, museum tersebut satu paket dengan desa wisata.

Pemerhati lontar Bali, Ida I Dewa Gede Catra yang menggagas berdirinya museum itu mengatakan, tujuannya bukan sekadar menyimpan lontar kuno, tetapi terpenting melakukan pembelajaran kepada generasi. “Saya siap membimbing generasi muda yang peduli pelestarian lontar,” janji Dewa Catra. Sedangkan pemerhati lontar Sugi Lanus juga memberi pemahaman cara mendapatkan lontar sakral sebanyak mungkin. “Caranya, salin lontar yang disakralkan, isinya tetap kuno, salinannya bisa kita pelajari di sini,” jelas budayawan asal Singaraja itu. *k16

Komentar