nusabali

Bale Gong Ambruk Diterjang Puting Peliung

  • www.nusabali.com-bale-gong-ambruk-diterjang-puting-peliung

Bencana angin puting beliung menerjang areal Pura Manik Corong di Banjar Sema, Desa Pakraman Sumita, Kecamatan Gianyar, Senin (13/11) siang.

GIANYAR, NusaBali
Akibatnya, bangunan Bale Gong berukuran 9 meter x 3 meter dengan ketinggian 6 meter di Madya Manmdala Pura Manik Corong ambruk hingga rata dengan tanah. Menurut kesaksian salah satu krama setempat, I Putu Suyadnya, 36, angin ngelinus (puting beliung) muncul tiba-tiba saat koindisi hujan gerimis, Senin siang sekitar pukul 13.20 wita. Angin berputar bergerak cepat dari areal persawahan (arah barat) menuju Pura Manik Corong.

"Kejadiannya begitu cepat, hanya 15-20 detik. Tiba-tiba, Bale Gong di Pura Manik Corong sudah ambruk,” jelas saksi Putu Suyadnya di Pura Manik Corong, Senin kemarin. "Ketika diterjang angin ngelinus, Bale Gong sempat terangkat naik, lalu jatuh ambruk," lanjut Suyadnya.

Selain menghancurkan Bale Gong di Pura Manik Corong, angin puting beliung kemarin siang juga merusak tembek penyengker sisi utrara pura sepanjang 9 meter. Tembok penyengker ini ambruk tertimpa reruntuhan Bale Gong.

Bukan hanya itu, bencana puting beliung kemarin siang juga merobohkan satu pohon Ketapang di pemukiman Desa Sumiita, hingga menimpa sejumlah penjor. Anehnya, tidak satu pun rumah penduduk yang rusak diterjang puting beliung. Bahkan, banunan Bale Kulkul setinggi 8 meter yang posisinya berdampingan persis di sebelah timur Bale Gong Pura Manik Corong, juga selamat dari amuk puting beliung.

Sementara itu, Bendesa Pakraman Sumita, I Gede Putra, 55, bangunan Bale Gong di Pura Manik Corong yang ambruk diterjang puting beliung, menggunakan sistem bangunan Bali. Salah satu ciri khasnya, saka (tiang penyangga) Bale Gong hanya ditancapkan pada sendi (tatakan beton), tanpa pengikat.

Bendesa Gede Putra menduga bangunan Bale Gong di Pura Manik Corong langsung terangkat saat diterjang puting beliung, kemudian jatuh berserakan. Tidak ada satu pun saka yang masih berdiri utuh. Bangunan Bale Gong yang ambruk ini sebetulnya baru rampung dibangun sekitar 2 bulan lalu. “Bale Gong yang pengerjaannya memakan waktu selama 3 bulan ini, kini hancur diterjang angin ngelinus,” keluh Gede Putra.

Mirisnya lagi, kata Gede Putra, bangunan Bale Gong di Pura Manik Corong belum sempat diupacarai pamelaspas, sudah keburu ambruk diterjang puting beliung. Rencana awal, bangunan Bale Gong yang baru rampung dibagun ini hendak dipelaspas bersamaan dengan Karya Mamungkah di Pura manik Corong saat Tumpek Landep, tahun 2018 depan. “Bale Gong belum dipelaspas dan belum sempat digunakan sama sekali, eh roboh duluan," katanya.

Gede Putra menjelaskan, Bale Gong yang roboh ini dibangun dengan biaya Rp 250 juta. Dana sebesar itu bersumber dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dan urunan krama penyungsung Pura Manik Corong yang berjumlah 500 kepala keluarga (KK). "Masing-masing KK urunan Rp 250.000. Selebihnya, dari BKK dan dana punia," papar Gede Putra.

Pasca bencana puting beliung, kata Gede Putra, krama Desa Pakraman Sumita selaku penyungsung Pura Manik Corong harus berpikir keras membangun kembali Bale Gong. Sebab, saat Karya Mamungkah sekitar 4 bulan ke depan, bangunan Bale Gong sudah harus rampung dibangun. Tembok penyengker juga harus diperbaiki, karena kena runtuhan Bale Gong. "Harus direnovasi ulang ini, kaitannya dengan Karya Mamungkah pada Tumpek Landep mendatang," jelas Gede Putra. *nvi

Komentar