nusabali

129 Krama Keracunan Nasi Yasa

  • www.nusabali.com-129-krama-keracunan-nasi-yasa

Sebelum santap bersama, ada sekitar 180 bungkus nasi yasa yang terpaksa ditarik, karena kondisinya agak basi

Petaka di Pura Penataran Jagat, Desa Batuan Kaler


GIANYAR, NusaBali
Sedikitnya 129 krama keracunan massal usai menyantap nasi yasa serangkaian Karya Pedudusan Agung Mamungkah lan Ngenteg Linggih di Pura Penataran Jagat Desa Pakraman Ganggangan Cangi, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar pas Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu (1/11) malam. Dari 118 korban keracuan, 17 orang di antaranya harus menjalani rawat inap di rumah sakit.

Informasi di lapangan, para korban keracunan ramai-ramai menyantap nasi yasa di Pura Penataran Jaggat Desa Pakraman Ganggangan Cangi, Rabu malam sekitar pukul 19.00 Wita. Nasi yasa yang disantap ini berisi lauk berupa gerang goreng, telor dadar, kacang, saur, ayam sisit, kacang panjang mentah, dan mentimun. Berselang 4 jam kemudian, sekitar pukul 21.00 Wita, para korban mulai mengalami gejala keracunan, seperti pusing, mual, dan muntah-muntah. Mereka kemudian dilarikan keluarganya ke sejumlah rumah sakit di kawasan Gianyar, Kamis (2/11) dini hari mulai pukul 03.00 Wita.

Para korban keracunan dari berbagai usia, didomimasi anak-anak. Mereka semuanya berasal dari Banjar Cangi, Desa Batuan Kaler sekali krama penyungsung Pura Penataran Jagat Desa Pakraman Cangi. Sedangkan dari 17 korban keracunan yang harus dirawat inap juga didominasi anak-anak usia 6 hingga 10 tahun.

Dari total 129 korban keracunan, sebanyak 52 orang di antaranya dilarikan keluarganya ke RSUD Sanjiwani Gianyar. Sedangkan 51 korban lainya dilarikan ke RS Ari Canti Deswa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar. Selain itu, ada 22 pasien korban keracunan dilarikan ke RS Ganesha Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Sementara 4 pasien korban keracunan lagi dilarikan ke RS Primagana Desa Batubu-lan, Kecamatan Celuk, Gianyar.

Hingga Kamis sore, ada 17 korban keracunan yang harus menjalani perawatan inap di rumah sakit, karena kondisinya belum stabil. Rinciannya, 16 pasien dirawat di RS Ari Canti Desa Mas dan 1 pasien dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar. Sedangkan 101 pasien korban keracunan lainnya dibolehkan pulang dari RS dan cukup menjalani rawat jalan.

Manggala (Ketua Panitia) Karya Pedudusan Agung Mamungkah lan Ngenteg Linggih di Pura Penataran Jagat Desa Pakraman Ganggangan Cangi, IB Siwanyana, menyatakan nasi yasa yang disantap ramai-ramai di pura, Rabu malam, dibuat bersama-sama krama yang kebagian tugas di puwaregan (dapur). Makanan dibuat dengan bahan baku beras mencapai 170 kilogram untuk 1.500 porsi nasi yasa.

Menurut IB Siwanyana, proses pengolahan nasi yasa ini dikerjakan di satu lokasi yakni puwaregan pura, sejak Selasa (31/10) tengah malam pukul 24.00 Wita. Nasi yasa tersebut baru dikonsumsi keesokan harinya, Rabu malam. "Mulai masak nasi dari jam 12 malam (pukul 24.00 Wita) dan baru selesai jam 4 dinihari (pukul 04.00 Wita)," ungkap IB Siwanyana saat ditemui NusaBali di Pura Penataran Jagat Desa Pakraman Ganggangan Cangi, Kamis kemarin.

Selanjutnya, kata Siwanyana, nasi ditambahkan bumbu suna, cekuh, kunyit dan diolah kembali. Sedangkan petugas dapur lainnya menyiapkan lauk seperti gerang goreng, telor dadar, kacang, saur, ayam sisit, kacang panjang mentah, dan irisan mentimun. "Nasi yasa mulai dibungkus Rabu siang sekitar jam 1 (pukul 13.00 Wita, Red) sampai jam 4 sore (pukul 16.00 Wita). Ada yang dibungkus pakai tamas, ada yang dimika," kenang Siwanyana.

Menurut Siwanyana, nasi yasa ini untuk pertama kalinya disiapkan dalam jumlah besar. Pasalnya, Ratu Sesuhunan Kahyangan Tiga dan Manca Tedun ke Pura Panataran Jagat yang diiringi ribuan krama, Rabu malam. Prosesi nedunang Ratu Sesuhunan ini berjalan lancar. Bahkan, Siwanyana sendiri sempat pulang dan beristirahat di kediamannya.

Namun, Rabu malam sekitar pukul 23.00 Wita, Siwanyana dibangunkan oleh sejumlah krama yang menginformasikan terjadi peristiwa keracunan massal. Seketika itu pula, berita keracunan massal menggegerkan warga sekitar. Siwanyana selaku Manggala Karya Pedudusan Agung Mamungkah lan Ngenteg Linggih pun langsung nunas tirta (air suci) di Pura Penataran Jagat sebagai upaya niskala mengatasi keracunan massal ini. Para korban keracunan dperciki tirta. "Ya, langsung malam itu juga semua korban keracunan diperciki tirta, dengan harapan lekas membaik," cerita Siwanyana.

Ditemui NusaBali terpisah, Kamis kemarin, Prajuru Pura Penataran Jagat Desa Pakraman Ganggangan Cangi, I Wayan Sukadina, mengungkapkan pihaknya sempat mengecek kondisi nasi yasa sebelum dibagikan kepada krama di pura, termasuk 118 korban keracunan. Dari total 1.500 bungkus nasi yasa, 2 keranjang (berisi sekitar 180 bungkus) di antaranya sudah ditarik.

"Sebelum dibagikan, kami sempat cek kondisi nasi yasa. Ternyata ada beberapa makanan yang kurang baik. Makanya, 2 keranjang kami tarik karena agak basi. Sedangkan yang lain juga kami cek ulang, kondisinya masih bagus, makanya berani kami bagikan," jelas Wayan Sukadina.

Menurut Sukadina, jika memasak nasi dalam jumlah banyak, biasanya menggunakan sistem rolling. Krama yang mendapat giliran diminta untuk memasak nasi sekitar 10 kilogram di rumah masing-masing. Lalu, nasi tersebut dikumpulkan ke puwaregan pura pada waktu yang bersamaan, sehingga kondisi nasi matang bersamaan pula. ”Namun, khusus untuk kali ini, kondisi berbeda, nasi dimasak sekalian dalam satu lokasi (di puwaregan pura), karena krama sibuk terkait upacara Galung-an,” papar Sukadina.

Sukadina menyebutkan, musibah keracunan massal ini menjadi pengalaman berharga. Pihaknya berharap kasus ini tidak terulang kembali, mengingat selama prosesi karya, ada beberapa kegiatan yang memerlukan konsumsi dalam jumlah besar. "Sebagai antisipasi, kami akan saklek dengan batas waktu penyajian. Tadi (kemarin) disarankan agar makanan disajikan maksimal 4 jam sebelum dikonsumsi. Ke depan, kami koordinasi juga ke Dinas Kesehatan agar ini tidak terulang," tandas Sukadina.

Sementara itu, Kepala UPT Kesehatan Masyarakat Sukawati I, dr Made Udayana, mengatakan pihaknya sudah melakukan pendataan dan pengambilan sampel makanan yang diduga menyebabkan keracunan massal di Pura Penataran Jagat Desa Pakraman Ganggangan Cangi. Selain itu, pihaknya juga membuka posko kesehatan di areal pura untuk menangani krama lainnya yang turut mengkonsumsi makanan yang sama, dengan gejala pusing, mual, dan muntah. "Sampel makanan kami periksa bekerjasama dengan Labkes Gianyar. Sampel yang diperiksa, seperti nasi, lauk, sayur, dan air yang dipakai memasak," papar dr Uda-yana saat dikonfirmasi terpisah, Kamis kemarin.

Menurut dr Udayana, pihaknya belum bisa memastikan apa penyebab utama keracunan massal usai santap nasi yasa ini. Sebab, semua harus menunggu hasil uji laboratorium antara 3-7 hari ke depan. "Masih diteliti lagi, biar benar. Tunggu hasil laboratorium. Nanti akan ketahuan apakah karena kuman atau yang lain? Suspect-nya memang mengarah ke makanan," tegas dr Udayana.

Untuk memastikan kondisi seluruh krama yang turut mengkonsumsi nasi yasa di pura, kata dr Udayana, UPT Kesehatan Masyarakat Sukawati I juga menerjunkan sejumlah tenaga medis melakukan survei ke rumah-rumah penduduk di Desa Pakraman Ganggangan Cangi. "Tim ini menelusuri langsung ke masyarakat. Kemarin mungkin ikut makan, ada gejala, tapi tidak berobat. Itu yang kami sasar. Sudah ada form, mereka akan didata gejala dan makanan yang dikonsumi. Dari data itu, nanti dilakukan penelitian lebih lanjut," katanya.

Sementara, salah satu pasien korban keracunan yang hingga kemarin masih dirawat inap di RS Ari Canti Desa Mas adalah Ni Putu Kinar, 7. Bocah perepuan berusia 7 tahun ini tampak masih tergolek lemas di ruuang perawatan, dengan ditunggui orangtuanya.

Menurut sang ayah, Pan Kinar, putri ciliknya yang santap satu tamas nasi yasa mulai mengeluh gejala mual, Rabu malam pukul 21.30 Wita atau berselang 2,5 jam pasca malan. "Setelah mual, anak saya sempat muntah sekali. Lalu, mau diam 10 menit, habis itu muntah lagi. Badannya sudah lemas, ya langsung saya larikan ke sini (RS Ari Canti)," ungkap Pan Kinar, Kamis kemarin.

Pan Kinar mengaku sangat kaget, karena ketika tiba di RS Ari Canti, ternyata sudah cukup banyak ada krama sedesa yang dibawa ke rumah sakit dengan keluhan yang sama. "Saat itu juga saya curiga, penyebab keracunan adalah nasi yasa," kenang Pan Kinar.

Pan Kinar sendiri sebenarnya ikut bersama-sama menikmati nasi yasa di pura malam itu. Menurut Pan Kinar, nasi yang dia dapatkan agak basi. Namun, karena melihat antusiasme krama lainnya menyantap sambil magibung, Pan Kinar pun larut dalam kebersamaan. Beruntung, dia cuma mencicipi sedikit, sehingga tidak sampai keracunan.

"Pas makan sesuap, saya rasakan nasi sudah agak basah kayak basi. Karena pica (pemberian), tidak enak membuahnya, apalagi di pura. Saya tetap makan, tapi sedikit. Sedangkan anak saya habis katanya satu tamas. Saya juga sempat pusing, tapi anak saya lebih parah sampai muntah mencret," katanya.

Pan Kinar mengaku bingung untuk biaya pengobatan putri ciliknya di rumah sakit. Sebab, dirinya tak tercover BPJS Kesehatan. "Saya masuk pasien umum, karena memang belum masuk BPJS. Maunya cari kamar paling murah, katanya cuma ada ini, Kelas VIP bertiga, sehari berharga Rp 500.000 untuk biaya kamar saja," keluh Pan Sinar.

Sedangkan Prajuru Pura Penataran Jagat Desa Pakraman Ganggangan Cangi, Wayan Sukadina, mengakui ada dua pasien korban keracunan massal yang pasiem umum. Selebihnya, sudah memanfaatkan BPJS Kesehatan, baik mandiri maupun KIS. "Ada dua pasien yang gngak punya BPJS. Makanya, kami akan koordinasikan dengan prajuru supaya dapat meringankan beban mereka. Sebab prajuru juga punya kewajiban secara moral atas kejadian ini," ujar Sukadina. *nvi

Komentar