nusabali

Anak Kedua dan Ketiga Lahir di Hari dan Jam yang Sama, Juga Miliki Benjolan

  • www.nusabali.com-anak-kedua-dan-ketiga-lahir-di-hari-dan-jam-yang-sama-juga-miliki-benjolan

Seorang pengungsi, Ni Kadek Lestari, 26, baru saja melahirkan anak ketiganya di salah satu bidan di Klungkung, Minggu (22/10) dini hari.

Lahir dengan Benjolan, Bayi Kadek Lestari Dirujuk ke RSUP Sanglah  

DENPASAR, NusaBali
Namun karena sang bayi memiliki kelainan di punggung bawah berupa benjolan sebesar telur puyuh, wanita beserta bayi asal Desa Buanagiri, Bebandem, Karangasem, ini harus dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar, kemarin pagi.

Suami Lestari, Made Budayana yang ditemui di depan ruang Cempaka 1 RSUP Sanglah, menuturkan, anak ketiganya lahir dengan cara normal pukul 02.30 Wita. Tetapi karena bayi berjenis kelamin perempuan ini mengalami kelainan di punggung sehingga segera dilarikan ke RS Klungkung, lalu dirujuk ke RSUP Sanglah. “Walau ada benjolan, tapi lahirnya normal. Nangis biasa, minum ASI juga biasa. Kondisinya baik-baik saja, cuma ada benjolan di punggung bawah,” ujarnya.

Bayi perempuan tersebut lahir dengan berat 3,7 kilogram dan panjang 51 centimeter. Hingga saat ini benjolan tersebut belum diketahui diagnosanya. Terungkap, benjolan tersebut hampir mirip dengan benjolan yang dialami anak keduanya, Komang Ngurah Juniarta, yang kini sudah meninggal. Uniknya, anak Budayana nomor dua dan tiga sama persis hari dan waktu kelahirannya, hari Minggu pukul 02.30 Wita dini hari.

“Benjolan seperti ini mirip dengan yang diderita kakaknya, anak saya yang nomor dua laki-laki. Bahkan anak kedua saya juga mengalami hydrocephalus. Dia hanya bertahan tujuh bulan saja. Kalau yang pertama, anak cewek, normal, sekarang sudah kelas 1 SD. Namanya Ni Kadek Sinta,” tuturnya.

Budayana mengaku, selama kehamilan istrinya tidak pernah mengeluh sakit   kecuali menjelang kelahiran. Bahkan, istrinya sudah rutin melakukan pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan normal. Budayana juga mengatakan tidak ada kelainan yang bersifat menurun dari keluarga besarnya. “Mudah-mudahan, keduanya baik ibu dan bayi yang ini kondisinya sehat. Kami hanya bisa berdoa,” ucapnya berkali-kali.

Disinggung terkait firasat tidak enak sebelum kelahiran anaknya tersebut, pria berambut keriting ini mengaku hanya sempat bermimpi dicari ular, dan Gunung Agung meletus. Namun, mimpi itu sudah lama sekitar dua bulan lalu. “Saat mimpi itu, saya masih di rumah. Kami mengungsi selama 29 hari di Jalan Kresna, Klungkung, di rumah Pak Mangku,” katanya.  

Sementara disinggung mengenai biaya perawatan, dia mengaku belum tahu pasti karena si bayi belum memiliki kartu jaminan kesehatan. Sedangkan kartu jaminan kesehatan milik Ni Kadek Lestari, kata Budayan, tidak bisa digunakan untuk si bayi. Akibatnya, Budayana harus mengurus kartu anaknya, segera. Pembuatan kartu bayi ini memerlukan kartu pengungsi untuk memastikan bahwa bayi tersebut merupakan anak warga yang mengungsi.

“Sejauh ini belum ada biaya rumah sakit yang diminta, tapi tidak tahu besok. Tadi saya sudah telepon kakak dan kepala lingkungan agar anak saya ini dibuatkan kartu bayi,” katanya.

Sementara untuk keperluan bayi, saat ini beberapa sudah dibelinya. Sedangkan sisanya seperti pakaian menggunakan pakaian bekas layak pakai yang digunakan anak keduanya. “Untuk sementara ini saya beli sendiri popok, makanan, karena saya bingung juga kalau di sini (RSUP Sanglah) di mana mencari logistik, karena saya ngungsi. Sedangkan kartu ngungsi saya dibawa kakak pulang, untuk keperluan membuat kartu bayi itu,” katanya. *in

Komentar