nusabali

Bayi Pengungsi Terkendala Matelubulanan

  • www.nusabali.com-bayi-pengungsi-terkendala-matelubulanan

Umur 20 hari saya sudah ajak mengungsi disini. Rencana Sabtu ini saya dijemput saudara di Singaraja untuk upacara anak disana.

GIANYAR, NusaBali
Ancaman erupsi Gunung Agung, Karangasem menjadikan ribuan pengungsi harus jenak di pengungsian, anyata lain di Posko Induk Lapangan Sutasoma, Sukawati, Gianyar. Di antara, para pengungsi itu terdapat bayi-bayi mungil berusia belasan hari hingga beberapa bulan. 

Bayi-bayi itu pun terkendala sentuhan ritual keagamaan, antara lain upacara Nutug Kambuhan karena bayi berusia 42 hari maupun upacara Telu Bulanan untuk bayi berusia 3 bulan kalender Bali. Seperti yang dialami I Putu Sudarsana, anak kelima dari Ni Wayan Rusni asal Banjar Keladian, Desa Besakih, Karangasem, mengungsi di Posko Sutasoma, Sukawati. Rusni mengaku pasrah. Karena bayinya, Putu Sudarsana lahir pada Redite Umanis, Lintang Sungsang Kala, Minggu (30/7/2017). Seharusnya bayi ini diupacarai Telu Bulanan pada Redite Umanis Lintang Sungsang, Minggu (8/10) lalu. Namun karena di pengungsian, orangtua ini tak tak bisa berbuat banyak. Bahkan untuk menghaturkan sebuah canang pun tak sanggup. "Sampun lewat tiga bulanan. Minggu dibi seharusnya (sudah lewat waktu tiga bulanan, Minggu dua hari lalu seharusnya diupacarai)," jelas Rusni. 

Dirinya pun hanya bisa berdoa agar sang buah hati tidak mengalami hal-hal buruk. "Kanggeang matanggehan dumun. Pas otonan astungkara tyang upacarai. Mudah-mudahan kayang nike sampun tenang di kampung (sementara waktu saya tunda dulu upacara tiga bulanannya. Saat otonan semoga bisa saya upacarai. Mudah-mudahan saat itu kondisi sudah tenang untuk kembali ke rumah)," ujarnya. Untuk diketahui, bayi mungil ini baru saja kembali dari opname di RSUD Sanjiwani Gianyar, karena terserang panas tinggi dan batuk.

Selain bayi Putu Sudarsana, ada juga bayi Ketut Yuda, usia 30 hari, juga terkendala menggelar upacara Nutug Kambuhan. Sang ibu, Ni Komang Sriasih,30, asal Banjar Sesana, Desa Sesana, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini berencana mengajak anak keempatnya ini ke Singaraja. "Umur 20 hari saya sudah ajak mengungsi disini. Rencana Sabtu ini saya dijemput saudara di Singaraja untuk upacara anak disana," jelasnya.

Terkait adanya bayi di posko pengungsian yang tak tersentuh manusa yadnya, tersebar informasi via Facebook bahwa Asram Bali Dharma Sastra di Perumahan Kubu Anyar Lestari, Banjar Dharma Kerti, Desa Tukad Mungga, Buleleng menyediakan jasa upacara Telu Bulanan. Bayi dan orangtua bayi akan dijemput ke pengungsian.

Dikonfirmasi via telepon, pengelola Asrham, Jero Mangku Nyoman Sedana membenarkan penyediaan jasa tersebut. Tercatat baru dua bayi yang diupacarai di asrhamnya. "Keduanya asal Tulamben, Karangasem. Kami jemput di Ubud dan di Gianyar," jelasnya. 

Mangku Nyoman Sedana mengaku terpanggil memfasilitasi upacara untuk bayi ini karena Telu Bulanan menjadi upacara wajib. "Ibaratnya sebelum tiga bulan itu, bayi masih berupa darah. Jadi harus dibersihkan secara niskala lewat upacara. Barulah setelah itu bisa masuk pura dan melakukan aktivitas di luar rumah," jelasnya. 

Dijelaskan Mangku Sedana, pelaksanaan upacara disesuaikan dengan hari lahir bayi. Jadi, tidak digelar secara massal. "Yang muput upacara, sulinggih," jelasnya. Namun, jasa upacara Telubulanan ini tak disediakan secara cuma-cuma. Setiap bayi dikenakan biaya Rp 1 juta. "Tidak gratis memang, karena dalam Hindu tidak ada upacara yang gratis. Semua perlu pengorbanan, namanya yadnya. Tapi perlu diketahui, nominal sebesar itu dipakai untuk nuur tirta dari sulinggih yang muput upacara. ‘’Sementara banten, kami dari asrham siapkan. Sebagai pertanggungjawaban, saya informasikan setiap kegiatan di akun FB. Karena saya tidak mau main-main dengan dunia niskala," jelasnya.7nvi

Komentar