nusabali

Pengungsi Usia Sekolah Ditelusuri Ulang

  • www.nusabali.com-pengungsi-usia-sekolah-ditelusuri-ulang

Pemindahan pengungsi dari Desa Les membuat siswa pengungsi yang sudah sempat sekolah ikut bergeser dari sekolah penampungnya.

Dirancang Guru Kontrak bagi Pengungsi
 
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng kembali harus mendata ulang anak-anak pengungsi usia sekolah yang ikut pindah bersama orangtuanya dari tenda pengungsian di Desa Les, Kecamatan Tejakula. Pendataan itu agar mereka kembali bisa ikuti pendidikan di sekolah terdekat tempat mereka ditampung sekarang.

Semula Disdikpora mencatat ada sebanyak 2.600 anak-anak usia sekolah, mulai dari PAUD, SD, dan SMP yang mengungsi ke Buleleng. Selama ini mereka sudah bisa mendapat pendidikan di sekolah terdekat. Nah, menyusul ada pemindahan pengungsi dari tenda pengungsian Desa Les, ke sejumlah desa di wilayah Kecamatan Tejakula, dipastikan anak-anak usia sekolah itu ada yang tempati lokasi yang jauh dari lokasi sekolah sebelumnya. Disdikpora pun harus mendata kembali anak-anak yang ikut pindah orangtuanya tersebut. Pendataan akan dilakukan setelah seluruh pengungsi di tenda pengungsian dipindah oleh Satgas Penanganan Pengungsi Gunung Agung. “Kita akan data ulang mereka. Tapi kita masih menunggu data dari Satgas, kemana seluruh warga pengungsi di tenda pengungsian itu dipindahkan. Kalau datanya itu ada, kita akan data anak-anak usia sekolah itu,” kata Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa, saat ditemui di sela-sela Rakor Disdiokpora Selasa (10/10) di Gedung Mr Ketut Pudja (eks Pelabuhan Buleleng).

Lebih lanjut Suyasa menyebut, Satgas berjanji akan memberikan data jumlah dan tempat pengungsi yang dipindah dalam sepekan. Setelah data didapat, Disdikpora akan menyambangi kantong-kantong tempat pengungsi asal tenda pengungsian untuk mendata jumlah anak usia sekolah ditempat tersebut. “Setelah datanya komplit, baru kita bisa pikirkan sekolah terdekat dimana. Sehingga seluruh anak usia sekolah bisa mengikuti pendidikan kembali. Sekarang jelas mereka tidak bisa mengikuti pendidikan lagi, karena bisa jadi tempat pindahnya itu jauh dari sekolah sebelumnya,” terang Suyasa.  

Kadisdikpora Suyasa juga mengungkapkan berencana mengangkat guru kontrak khusus melayani anak-anak pengungsi. Hanya saja, guru kontrak yang diangkat itu berada di bawah tanggungjawab Satgas karena berkaitan dengan honornya. “Karena kalau kita tidak mungkin bisa alokasikan dana untuk mengangkat guru kontrak. Kita mau mengangkat, tapi dananya menggunakan dana bencana. Kita sudah sampaikan, tapi apakah itu memungkinkan atau tidak,” ujarnya.

Diperkirakan untuk bisa melayani pendidikan anak-anak pengungsi, diperkirakan hanya perlu 20 tenaga guru kontrak. Sejauh ini, pihaknya tengah pikirkan berkoordinasi dengan pihak Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, agar mahasiswa semester akhir bisa memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak usia sekolah. “Kalau guru kontrak paling kita perlu sekitar 20 orang. Selama belum ada, kita sudah berkoordinasi dengan Undiksa agar bisa melibatkan mahasiswa semester akhir menjadi guru pengajar. Kita juga libatkan relawan yang memang punya kompentensi guru,” ujar Suyasa.

Disdikpora Buleleng juga mengusulkan agar anak-anak usia pendidikan yang mengungsi ke Buleleng dimutasi dari tempatnya sekolah di Karangasem. Langkah ini untuk memastikan Dapodik para siswa pengungsi karena masalah waktu pengungsian yang tidak jelas. Diperkirakan situasi mereka di pengungsian akan cukup lama. Sedangkan Desember 2017 merupakan tahap pembagian raport tengah semester bagi seluruh siswa. “Kalau nanti mereka tidak di mutasi, siapa yang tandatangani rapor mereka. Tidak mungkin guru disini tandatangan, tanpa ada Dapodik siswa yang bersangkutan. Karena itu kita sudah usulkan agar ada mutasi. Kita tidak bisa memprediksi situasi ini (pengungsian,red) sampai kapan, kalau sebulan dua bulan tidak masalah, tapi kalau lewat sampai Desember kan kasihan mereka,” ungkapnya. 7k19


Komentar