nusabali

Sebagian Sulinggih Belum Mau Ngungsi

  • www.nusabali.com-sebagian-sulinggih-belum-mau-ngungsi

Sebagian sulinggih yang bermukim di zona merah atau KRB (kawasan rawan bencana) III Gunung Agung belum mengungsi ke tempat aman.

AMLAPURA, NusaBali

Hingga Jumat (22/9), mereka masih bertahan di kediamannya kawasan Desa Jungutan (Kecamatan Bebandem, Karangasem), Desa Sebudi (Kecamatan Selat, Karangasem), dan Desa Dukuh (Kecamatan Kubu, Karangasem).

Data yang dihimpun NusaBali, para sulinggih di Desa Jungutan, tersebar di tiga griya, masing-masing Griya Ulon (sebanyak 6 sulinggih), Griya Tengah (4 sulinggih), dan Griya Pekarangan (3 sulinggih). Sedangkan di Desa Sebudi, sulinggih tinggal di Griya Dukuh Jayati, Banjar Badeg (2 sulinggih). Salah satunya, satunya Ida Rsi Mpu Dukuh Jayati. Sebaliknya, untuk Desa Dukuh, sulinggi tinggal di Banjar Caniga (2 sulinggih suami istri).

Menurut Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Jungutan, Ida Bagus Parwata, sebagian sulinggih di desanya telah mengungsi ke rumah keluarga mereka di luar Karangasem. Namun, sebagian sulinggih lagi masih bertahan di kampung seraya melihat situasi lebih lanjut. "Jadi, belum semua sulinggih mjengungsi, sebagian masih tunggu situasi," jelas IB Parwata kepada NusaBali, Jumat kemarin.

Sekadar dicatat, ketika terjadi bencana Gunung Agung meletus tahun 1963, semua griya di Desa Jungutan tertimbun lahar. Maklum, Desa Jungutan merupakan jalur lahar yang berada dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. 

Kondisi berbeda terjadi di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, yang masuk zona merah radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Di desa ini tidak ada sulinggih, yang ada puluhan pamangku. "Para pamangku di sini belum mengungsi, karena situasi Gunung Agung masih landai," ujar Pamangku Pura Merajan Kanginan Besakih, Jro Mangku Suyasa.

Di sisi lain, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri mengingatkan siapa pun yang tinggal di zona merah (KRB III) wajib dievakuasi, sehingga tidak ada lagi warga yang bertahan, termasuk sulinggih dan para pamangku.

Menurut Mas Sumatri, karena yang diungsikan adalah sulinggih, maka sedapat mungkin dievakuasi ke rumah keluarganya yang lokasinya cukup aman. Warga masih diberikan kesempatan untuk berkemas-kemas selama status siaga, kemudian meninggalkan rumahnya untuk mengungsi.

Sementara itu, dari belasan ribu warga korban bencana bencana Gunung Agung yang sudah mengungsi, Jumat kemarin, sebagian di antaranya membawa serta hewan ternak mereka. Termasuk di antaranya warga yang menghungsi ke Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, yang membawa serta ternak kambing.

Sedangkan pengungsi dari Banjar Temukus, Desa Besakih, I Wayan Pasek, mengaku terpaksa menjual ternak sapi miliknya dengan harga miring. Sapinya yang normal berharga Rp 12 juta, dijual hanya Rp 9 juta. Satu sapinya lagi yang berharga Rp 15 juta dijual dengan Rp 12 juta. *k16

Komentar