nusabali

Sagung Wah dan Tabu Rah Bertemu di Cak

  • www.nusabali.com-sagung-wah-dan-tabu-rah-bertemu-di-cak

Meski dihadang kendala jam pelajaran di sekolah, namun bukan batasan bagi kedua sekolah, SMA Negeri 1 Tabanan dan SMA Negeri 1 Gianyar untuk tetap berkarya.

DENPASAR, NusaBali
Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar, kembali dihebohkan dengan penampilan seni cak. Kali ini, dua SMA kembali bertemu antara SMA Negeri 1 Tabanan (Smasta) dan SMA Negeri 1 Gianyar (Dosman). Keduanya sukses membuat seisi tribun sorak sorai.

Riuh tepuk tangan penonton menyambut SMA Negeri 1 Tabanan yang diwakili oleh Teater Jineng sebagai penampil pertama parade cak. Perpaduan berbagai ekstra seperti teater, tari, dan tabuh sukses membuat penonton takjub. Apalagi ditambah beberapa penari yang menampilkan fire dance. Suara penonton maupun pendukung tiada hentinya bergema.      

Pada parade cak tahun ini, Teater Jineng Smasta menampilkan cak inovasi bertajuk Satria Darma Jayanti yang mengisahkan perjuangan rakyat Tabanan melawan Belanda. Adapun tokoh istimewa yang ditonjolkan yakni Sagung Wah, putri raja Tabanan yang memiliki jiwa kesatria dan patriotisme. Jiwa itu, dikuatkan lagi pada akhir pementasan, dimana sekelompok penari mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Suasana pun haru.

“Kami adalah mengangkat kisah nyata, tentang kisah perjuangan Tabanan melawan Belanda. Dengan ini, tentunya akan memperkenalkan sejarah Tabanan kepada masyarakat,” terang pembina Teater Jineng SMAN 1 Tabanan, I Gusti Ayu Ratih Parayuti.

Sementara Smasta menampilkan wibawanya sikap patriotisme Sagung Wah, lain lagi dengan penampilan SMA Negeri 1 Gianyar. Mereka lebih menonjolkan suasana yang kental akan tradisi Bali yakni pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya. Mereka mengangkat Tabuh Rah, fenomena yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat Bali. “Sebenarnya, tabuh rah ini rangkaian dari upacara Bhuta Yadnya, tapi banyak yang mengaitkannya dengan tajen (istilah sabung ayam di Bali, red),” ujar penanggung jawab pementasan Dosman, Putu Gede Pramana Putra.

Pihaknya berharap, dengan adanya penampilan ini dapat menepis anggapan masyarakat tentang tabuh rah. Maka, parade cak yang bertajuk Tabuh Rah ini bercerita tentang asal-mula rangkaian upacara Bhuta Yadnya. Penari kecak pun menyebar keseluruh panggung. Pada  pertengahan pentas, muncul sekelompok penari dengan kostum burung garuda yangg diiringi oleh lantunan gending khas Bali, menambah kentalnya budaya Bali yang ditampilkan. Meski demikian kentalnya tradis, tetap ada pakem modern diperlihatkan dari kostum dan koreografinya.

Kedua penampilan memukau parade cak modern tak terlepas dari kontribusi seluruh pihak di dalamnya. Kekompakan dan solidaritas ditunjukkan demi tetap menjaga kualitas penampilan. Meski dihadang kendala jam pelajaran di sekolah, namun bukan batasan bagi kedua sekolah ini untuk tetap berkarya. Namun, bagi pembimbing Teater Jineng Smasta, I Gusti Ayu Ratih Parayuti, perlu mendapat kesempatan lainnya, tidak hanya di seni cak. “Kalau bisa mungkin di seni yang lain, tidak di kecak lagi. Karena dari tahun lalu dapatnya kecak, supaya bisa menampilkan yang baru lah,” harapnya. *in

Komentar