nusabali

Sang Maestro Nyoman Gunarsa Meninggal Dunia

  • www.nusabali.com-sang-maestro-nyoman-gunarsa-meninggal-dunia

Bali kehilangan salah satu ikon seni, menyusul meninggalnya sang maestro lukis, Dr I Nyoman Gunarsa, 73, Minggu (10/9) siang pukul 11.15 Wita.

7 Jam Sebelum Meninggal, Sempat Kumpulkan Keluarga di RS Sanglah


SEMARAPURA, NusaBali
Sang maestro menghembuskan napas terakhir di Wing Amerta Kamar Nomor 112 RS Sanglah, Denpasar, setelah empat hari dirawat sejak 7 September 2017 akibat komplikasi. Menurut Kasubbag Humas RS Sanglah, I Dewa Ketut Kresna, almarhum Nyoman Gunarsa menjalani rawat inap sejak 7 September 2017. Awalnya, seniman-akademisi ini datang ke RS Sangkah dengan keluhan panas tinggi. Almarhum selama ini diketahui memiliki riwayat stroke, sakit jantung, dan ginjal.

“Beliau (Gunarsa) juga punya riwayat jantung dan ginjal, selain stroke. Makanya beliau dirawat tiga dokter spesialis, yaitu spesialis jantung, ginjal, dan interna," jelas Dewa Kresna saat dikonfirmasi NusaBali di RS Sanglah, Minggu kemarin.

Dewa Kresna menambahkan, sang maestro lukis kelahiran tahun 1944 asal Banjar Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini sebenarnya merupakan pasien rawat jalan yang telah lama melakukan pengobatan di RS Sanglah. Almarhum kerap melakukan kontrol di Wing Amerta RS Sanglah bersama istrinya. Bahkan, almarhum juga pernah menjalani operasi pemasangan ring jantung di RS Sanglah. “Almarhum memang pasien sejak lama, ke RS Sanglah sudah berulang-ulang,” katanya.

Menurut Dewa Kresna, kondisi almarhum Gunarsa drop kemarin pagi sekitar pukul 10.00 Wita, ketika mengalami sesak napas. Tim medis pun segera memasangkan alat EKG (ecocardiografi) dan dikonsulkan ke semua dokter spesialis yang menanganinya. Namun, Tuhan berkehendak lain. Sang maestro berusia 73 tahun menghembuskan napas terakhirnya di ruang perawatan tepat pukul 11.15 Wita.

Almarhum Nyoman Gunarsa berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Indrawati, 3 anak (Luh Astiti Andrawati, Gede Artison Andarawatta, Komang Artisti Sekar Linuih) dan 7 cucu. Si sulung Luh Astiti Andrawati saat ini tengah berada di Amerika dan perjalanan pulang ke Bali. Sedangkan anak nomor dua, Gede Artison, adalah Ketua DPC Demokrat Klungkung dan sekaligus anggota DPRD Klungkung.

Pantauan NusaBali, jenazah almarhum tiba di rumah duka tepatnya di Museum Gunarsa di Banjar Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Minggu siang pukul 14.00 Wita. Jenazah almarhum dibawa menggunakan mobil ambulans dari RS Sanglah.

Kedatangan jenazahnya disambut isak tangis keluarganya, termasuk sang istri Indrawati dan anak ketiganya, Komang Artisti Sekar Linuih. Sedangkan putra keduanya keduanya, Gede Artison Andarawatta alias Sony yang kini anggota Fraksi Demokrat DPRD Klungkung, berusaha tegar. Sejumlah pejabat kemarin siang berdatangan ke rumah duka, termasuk Kapolres Klungkung AKBP Bambang Tertianto.

Selain diselimuti suasana duka, pihak keluarga kemarin siang mulai sibuk menyiapkan prosesi upacara. Minggu kemarin, pihak keluarga nunasan (minta petunjuk) ke Griya di Batu Tabih, Kecamatan Klungkung. Berdasarkan petunjuk sulinggih, jenazah almahum Gunarsa akan diaben pada Saniscara Pon Gumbreg, Sabtu (30/9) mendatang, di Setra Desa Pakraman Banda, Desa Takmung. Sedangkan ritual nyiramang layon lan ngeringkes akan dilaksanakan sehari sebelumnya pada Sukra Wage Gumbreg, Jumat (29/9).

Istri Gunarsa, Indrawati, mengatakan almarhum masuk RS Sanglah sejak Kamis (7/9) lalu, dengan gejala batuk-batuk dan sesak napas. “Beliau memang sempat sakit stroke beberapa tahun lalu, dan juga mengalami gangguan jantung,” ujar Indrawati didampingi anak keduanya, Gede Artison, di rumah duka kemarin.

Kondisi almarhum sempat membaik. Bahkan, Minggu dinihari pukul 04.00 Wita atau sekitar 7 jam sebelum meninggal, almarhum sempat meminta istri dan anaknya berkumpul di RS Sanglah, karena ingin memberikan pesan-pesan terakhir. Salah satu pesannya, almarhum meminta agar saat pengabenan jenazahnya nanti menggunakan sarana Lembu berwarna ungu.

Selain itu, almarhum juga meminta karya lukisan dan museumnya tetap dilestarikan ke depannya. “Beliau berpesan seperti itu, tentu pesan itu akan kami jalankan,” kenang Gede Artison. Karena dirasa kondisi ayahnya sudah membaik, Gede Artison akhirnya kemarin pilih pulang ke Desa Banda. Namun, bagitu sampai di rumah, Ketua DPC Demokrat Klungkung ini mendapatkan kabar kalau ayahnya meninggal. “Saya baru sampai rumah, mendapat informasi itu, langsung balik ke RS Sanglah,” katanya.

Sementara itu, Ketua Majelis Pertimbangan Kebudayaan (Listibya) Kabupaten Klu-ngkung, I Dewa Gede Alit Saputra, mengaku sangat kehilangan atas meninggalnya maestro seni Nyoman Gunarsa. Terlebih dirinya pernah bekerja di Museum Seni lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa periode 2001-2007. Ketika Dewa Alit masih menjabat Sekretaris Listibya Klungkung, almarhum Gunarsa menjadi Ketua Listibya Klungkung.

Almarhum Gunarsa dan Dewa Alit, melalui Listibya Klungkung, pernah meluncurkan penghargaan Aji Sewaka Nugraha tahun 2008. Penghargaan ini ditujukan kepada para seniman Klungkung yang berjasa dalam bidangnya. Sebelumnya, sekitar  tahun 1997, almarhum Gunarsa menyumbangkan sejumlah patung kreasinya yang kini terpajang di beberapa titik jalan raya di Kota Semarapura, seperti Patung Jogor Manik (di Lingkungan Lebah), Patung Sang Suratma (di Pertigaan Besang), dan Patung Yudhistira bersama Asu (anjing) di depan SMAN 1 Semarapura.

Menurut Dewa Alit, kecerdasan Gunarsa sebagai seniman dibdang seni rupa klasik Bali, terbilang tiada banding. Buktinya, karya-karya Gunarsa yang spektakuler jadi incaran para kolektor. ‘’Tak hanya karya lukisan, lompatan pikiran dan ide-ide budayanya amat brilian dan cemerlang,” jelas Dewa Alit kepada NusaBali, Minggu kemarin.

Menurut Dewa Alit, almarhum Gunarsa seniman besar yang tak mau nyaman sendiri. Almarhum amat kritis terhadap lingkungannya dan selalu berhasrat untuk meluruskan hal-hal yang dianggapnya bengkok, sekalipun itu di luar ranah kesenian. Misalnya, almarhum Gunarsa memprotes pembangunan Dermaga Gunaksa di bekas Galian C Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, yang disebutnya amat dipaksakan pemerintah.

Dewa Alit selaku Ketua Listibya Klungkung menilai almarhum Gunarsa meninggalkan PR besar. Salahs atunya, Listibya dan almarhum sepakat untuk mendaftarkan Museum Seni Lukisan Klasik Bali Nyoman Gunarsa sebagai cagar budaya. “Pendaftaran kepada tim cagar budaya ini sedang dalam proses di Jakarta,” papar Dewa Alit. *wa,i,lsa

Komentar