nusabali

Ubah Ampas Tahu Jadi Superkapasitor

  • www.nusabali.com-ubah-ampas-tahu-jadi-superkapasitor

Dengan adanya superkapasitor dari ampas tahu sebagai alat penyimpan energi pengganti baterai yang lebih ramah lingkungan, dapat mengurangi limbah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik tahu.

Dua Siswa SMAN 3 Denpasar Berlaga di India


DENPASAR, NusaBali
Dua pelajar dari SMAN 3 Denpasar (Trisma), IGN Kusadhara Prema Dyotavaro dan Ketut Utari Mustika Putri terpilih oleh lembaga Innopa (sejenis LIPI) mewakili Indonesia dalam ajang India International Inovation Fair yang akan digelar di India, 7-9 September 2017. Dalam ajang itu, mereka membawakan karya ilmiah yakni tentang penelitian superkapasitor dari limbah ampas tahu.

Ditemui di SMAN 3 Denpasar, Senin (4/9), dua pelajar yang akrab dipanggil Prema dan Utari itu menjelaskan rancangan mereka. Penelitian ini berawal dari pengamatan ampas tahu di pabrik-pabrik tahu di Kota Denpasar. Dari survei yang mereka lakukan terhadap 15 persen pabrik tahu yang ada di Denpasar, rata-rata 1 pabrik menghasilkan 60 kg sampai 75 kg ampas tahu perhari. Ampas tahu ini, sangat sayang bila dibuang percuma.

Dalam ampas tahu tersebut diketahui memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan serat kasar. Protein dan karbohidrat sama-sama disusun oleh unsur senyawa organik, salah satunya unsur karbon (C). Nah, unsur karbon inilah yang menjadi bahan material superkapasitor. “Sebelumnya saya memang sudah pernah ikut penelitian di LIPI. Itu tentang limbah ampas tahu juga. Kali ini saya masih tertarik untuk mendalaminya, dan mengembangkan penelitian tentang pemanfaatan ampas tahu ini,” ungkap Prema.

Superkapasitor yang berfungsi untuk menyimpan energi, umumnya menggunakan bahan karbon sebagai elektroda. Penyimpan energi dalam superkapasitor terjadi karena terbentuknya pasangan ion dalam elektrolit dan elektron dalam bahan karbon pada permukaan antara elektrolit dan elektroda karbon. “Sebagai indikator atau parameter dalam penelitian ini adalah Tegangan (Volt). Ampas tahu ini kuat menjadi superkapasitor karena mengandung karbon. Sebelumnya ada juga penelitian superkapasitor dari limbah kulit kakau, tapi energi yang mampu disimpan itu baru setengah dari energi yang bisa kita simpan dari ampas tahu,” ujar Utari, menimpali.

“Banyak penelitian yang menghasilkan energi, tetapi jarang ada penelitian yang untuk menyimpan energi. Kami tertarik bikin superkapasitor ini karena dia bisa diisi ulang, dichargenya cepat, dan tahan lama,” katanya lagi.

Dengan menggunakan metode eksperimen, alat sederhana ini sudah sempat diuji coba sederhana, dengan menggunakan lampu LED. Hasilnya, dari penelitian yang dilakukan, mereka mendapatkan bahwa karbon aktif dari ampas tahu berpotensi sebagai material superkapasitor karena memiliki tegangan. Lampu LED mampu menyala. “Kapasitas superkapasitor dari limbah ampas tahu tanpa dicharge adalah 2 volt. Kemudian setelah dicharge selama 5 detik, ternyata mampu menyimpan energi sebesar 9,38 volt,” imbuh Prema.

Dikatakan, superkapasitor ini dapat menggantikan superkapasitor yang ada pada umumnya. Dengan adanya superkapasitor dari ampas tahu sebagai alat penyimpan energi pengganti baterai yang lebih ramah lingkungan, serta dapat mengurangi limbah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik tahu.

Terkait persiapan, baik Prema dan Utari mengaku sudah melakukan persiapan sejak jauh hari, meski waktu pelaksanaan sangat mepet dengan waktu terpilihnya mereka mewakili Indonesia. “Kami ngirim proposal ke Innopa bulan Juli lalu, dan akhirnya terpilih. Memang mepet sekali waktunya, tapi kami sudah menyiapkan materi presentasi dan poster,” kata Prema.

Meski mepet, keduanya mengaku optimis bisa mempersembahkan yang terbaik dalam ajang bergengsi itu. Apalagi ini merupakan kali pertama bagi Utari mengikuti even internasional. Ada rasa bangga menurutnya bisa ikut ajang internasional tersebut. “Saya deg-degan sih, tapi secara latihan dan persiapan sudah setiap hari rutin selama dua minggu ini,” imbuh Utari.

Sementara Kepala Sekolah SMAN 3 Denpasar, Drs I Ketut Suyastra mengatakan, pihak sekolah memberikan dukungan penuh tidak hanya berupa support dan doa, namun juga melalui pembinaan. Meski diakuinya, dari sisi anggaran tidak bisa sepenuhnya membantu, dan seringkali orang tua siswa sendiri juga membantu dari segi dana.

“Secara prinsip sekolah memberikan dukungan dengan pembinaan. SMAN 3 Denpasar merupakan sekolah riset, sehingga karya ilmiah bukan barang baru. Tidak hanya wadah dan pembinaan saja, infrastruktur termasuk jaringan kerjasama untuk mendukung riset bagi anak-anak. Banyak hal yang dilakukan agar prestasi tidak ujug-ujug, melainkan prestasi karena memang dibentuk dan dibina,” tandasnya. *in

Komentar