nusabali

Ke Sekolah Jalan Kaki 6 Km dengan Sepatu Robek

  • www.nusabali.com-ke-sekolah-jalan-kaki-6-km-dengan-sepatu-robek

Kondisi keluarganya yang serba kekurangan, tak menyurutkan semangat I Wayan Arimbawa, 11, dan adiknya, I Made Aringenu, 9, untuk belajar.

Anak Keluarga Miskin di Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli


BANGLI, NusaBali
Meski harus menempuh perjalanan pergi–pulang sekolah dengan berjalan kaki sejauh sekitar 6 kilometer, dari rumahnya di Banjar Pulasari Kangin, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, menuju SDN 4 Peninjoan, dia tidak surut. Jarak 6 km itupun dia lalui dengan sepatu rusak parah.

Kondisi sepatu Arimbawa sudah tidak bisa disebut layak pakai. Bagian depan sepatu Arimbawa menganga. Kondisi sepatu Aringenu pun tak jauh beda, meski miliknya sedikit lebih baik. Karena kasihan, ibu kandung Arimbawa dan Aringenu, Ni Ketut Mawi, terpaksa meminjam sepatu untuk Arimbawa kepada kerabatnya, yang kebetulan memiliki anak sebaya dengan anaknya.

Arimbawa dan Aringenu adalah kakak beradik, anak pasangan Ni Ketut Mawi, 52, dengan almarhum I Nengah Runti. Menurut Mawi yang ditemui di rumahnya, Senin (4/9), suaminya, Nengah Runti meninggal sekitar dua tahun lalu karena sakit.

Sejak ditinggal suaminya, dia harus menghidupi dirinya dan dua anaknya. Sehari-hari Ketut Mawi bekerja sebagai buruh mencangkul. Penghasilannya Rp 25 ribu per hari. Upah tersebut digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari, termasuk bekal anak-anak. “Uang bekal Rp 10 ribu dibagi dua. Saya utamakan untuk anak dulu, kalau saya seadanya saja,” ujarnya.

Ketut Mawi mengatakan, sejak lama ingin membelikan sepatu anaknya, tetapi uang yang dimiliki belum cukup. Karena kasihan melihat anaknya ke sekolah dengan sepatu robek, Ketut Mawi terpaksa meminjamkan sepatu kepada saudaranya yang juga memiliki anak seusia Arimbawa.

Lanjutnya, Arimbawa dulu sempat mengalami kecelakaan tertimpa kayu sehingga dia terlambat masuk sekolah. Kini jadi satu kelas dengan adiknya, Aringenu, di kelas III SDN 4 Peninjoan. “Saat saya ajak cari kayu bakar, anak saya tertimpa kayu. Saat adiknya mulai sekolah akhirnya dia ikut,” tuturnya. Sementara ini sepatu yang dipakai oleh Aringenu jauh lebih bagus meski kondisinya juga robek.

Sempat anaknya mendapat bantuan dari sekolah sebesar Rp 1 juta untuk dua orang. Uang tersebut digunakan untuk membelikan perlengkapan sekolah. Sementara Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat, baru diterimanya, Senin (4/9) siang. “Baru dikasih kartu,” ujarnya seraya menanyakan fungsi kartu tersebut.

Arimbawa sendiri bercita-cita menjadi tentara. Dia berjanji akan rajin belajar meski belum jadi juara di kelas. “Tidak pernah juara di kelas,” ucapnya malu.

Di sisi lain, rumah yang ditempat Mawi bersama dua anaknya, kondisi juga rusak. Di beberapa sudut plafon terlepas, lantai rumah masih dari semen. Mawi mengaku kerena tidak bisa membeli lampu listrik, rumahnya gelap. “Sambungan listrik sudah ada dari orangtua, tapi waktu ini lampu mati, saya tidak bisa ganti,” tuturnya.

Selain bekerja sebagai buruh cangkul, Mawi juga memelihara seekor sapi. Kandang sapi itu tepat berada di samping dapur rumahnya. Sapi tersebut milik orang lain, bila nanti dijual hasilnya dibagi dua. Meski dalam keterbatasan dia berusaha agar anaknya tetap bisa mengenyam pendidikan. *e

Komentar