nusabali

Berbagai Diksi Lokal

  • www.nusabali.com-berbagai-diksi-lokal

Era sekarang membuat banyak orang mengalami stres. Godaan tersebar di setiap ruang dan ide, ada ini ada itu dan masalah begini dan begitu.

Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya
  
Apabila stres itu tidak dikelola secara bijak, maka tidak mustahil menjadi penyakit dan bahkan dapat menjadi pemicu kematian. Salah satu cara mengelola stres adalah melalui temu kangen dengan sahabat atau kerabat terdekat. Dukungan emosi yang didapatkan dari teman dan orang tercinta dapat membantu mengurangi beban masalah. Menurut Teresa Ellen Seeman, profesor medis dari UCLA School of Public Health, bahwa seseorang yang mendapat dukungan dan hubungan sosial positif, tekanan darah, gula darah, metabolisme, dan stres, hormonnya lebih stabil.

Sesungguhnya, banyak tempat dapat dimanfaatkan sebagai lokasi temu kangen. Misalnya, bale banjar atau tempat-tempat sederhana dapat digunakan sebagai tempat temu kangen tersebut. Tidak harus temu kangen dihabiskan dengan makan-makan. Seperti halnya dengan reuni. Reuni sering dijadikan tempat bertemu dengan teman lawas untuk pamer dan hura-hura. Temu kangen dapat digunakan untuk ‘building a community’, membangun kebersamaan yang bersahaja. Sukses suatu temu kangen bukan ditentukan dari banyaknya jumlah yang hadir. Tetapi bagaimana peristiwa guyub tersebut menjadi landasan untuk terus membina kebersamaan. Juga, peristiwa guyub tersebut dapat digunakan untuk membuat suatu komunitas yang peduli satu sama lainnya. Temu kangen dapat menjadi wahana saling berbagi dan berharap setiap pertemuan melahirkan sesuatu yang positif dan produktif.

Di Bali dikenal berbagai diksi ‘temu’. Misalnya, temu wirasa yang mengacu pada pertemuan untuk memadukan perasaan satu dengan lainnya. Dalam seni tari, wirasa lebih menunjukkan pada ekspresi yang ditampilkan di wajah seorang penari. Gerakan penari merupakan wiraga yang disesuaikan dengan gamelan pengiringnya, sehingga menampilkan keseluruhan wirupa atau sosok penari. 

Satu lagi diksi temu wicara dikenal di masyarakat Bali. Temu wicara merupakan pertemuan untuk membicarakan atau membahas suatu masalah atau topik. Temu wicara lebih sering digunakan dalam suatu pertemuan adat dan budaya. Tetapi belakangan ini, dua diksi lokal ini populer di kalangan pemerintah daerah, yaitu: temu wicara dan temu wirasa. Gubernur Bali sering melakukan temu wirasa dengan seluruh kalangan krama Bali. Tidak ketinggalan Bupati Klungkung sering melakukan temu wirasa dengan masyarakat Klungkung, untuk membahas berbagai persoalan dari hulu ke hilir. Strategi lokal ini digunakan untuk mempersempit jarak komunikasi antara elite dan krama biasa.

Dengan memperpendek jarak komunikasi, maka persepsi ruang dan manusia akan mudah terbentuk menurut Edward T Mulyana (2005). Biasanya kita mempunyai ruang yang biasa digunakan sendiri. Artinya, orang membuat jarak secara sengaja atau tidak sengaja.  Jarak atau ruang memiliki fungsi keamanan, komunikasi, afeksi, atau bahkan ancaman. Fungsi keamanan lebih untuk menjamin rasa aman dari serangan orang lain. Fungsi komunikasi adalah untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain. Ketika orang merasa dekat, maka fungsi afeksi yang berperan. Ancaman atau intervensi akan dirasakan apabila orang lain melakukan pelanggaran terhadap ruang seseorang. Jarak psikologis merupakan suatu ruang di mana seseorang mulai merasa cemas saat orang lain memasuki batas wilayahnya. Berkomunikasi bukan sekadar pertukaran pesan atau gagasan. Pertukaran gagasan tersebut harus dapat berlangsung dalam suasana nyaman, lancar, dan produktif, maka jarak komunikasi tersebut harus diperpendek secara rasional. Jangan terlalu dekat dan jangan terlalu berjarak. Strategi menggunakan kearifan lokal, seperti temu wirasa, temu kangen, temu wicara atau temu wiraga akan sangat membantu apabila dilakukan tulus nekeng tuwas. Semoga. *

Komentar